Perfect- 15

934 74 15
                                    

Hatchiii

Sudah sejak semalam Selena bersin-bersin. Ia juga merasa kedinginan hingga masih berbaring di atas kasur meski sudah jam enam tepat. Ia memutuskan untuk tidak sekolah.

Tapi semuanya lenyap begitu Lydia memasuki kamarnya.

"Ya ampun, Selena, kamu belum bangun? Ini udah jam enam, nanti kamu terlambat ke sekolah," ucapnya dengan menyingkap tirai agar sinar matahari masuk ke kamarnya.

"Aku izin gak sekolah, ya. Badanku gak enak, Mom," suaranya sedikit bergetar khas orang sakit.

Lydia segera menghampiri Selena Dan duduk di tepi ranjang. "Kamu sakit? Tapi kan hari ini kamu harus mengumpulkan tugas Bahasa Indonesia kamu."

"Sehari aja, Mom. Besok Selena sekolah dan ngumpulin tugasnya."

"Darling, kalau kamu ngumpulinnya besok, nilai kamu akan dikurangi. Kamu gak mau, kan nilai kamu anjlok lagi?"

Wanita itu hanya menginginkan kesempurnaan. Bahkan ia rela mengorbankan anaknya sendiri yang sedang sakit. Ibu macam apa dia ini?

Selena diam dalam balutan selimutnya. Apa Lydia sudah tidak memiliki hati? Selena sedang sakit, dan dia tahu itu. Kenapa masih memaksanya sekolah?

Selena tidak pernah ingin mendapat nilai sempurna kalau kesehatannya harus dipertaruhkan.

"Mom, I'm sick. Kalau terjadi sesuatu sama aku gimana?"

Wanita itu diam memperhatikan wajah Selena. Matanya memang merah. Dia segera menempelkan tangannya pada dahi Selena Yang terasa panas.

"Cuma demam biasa. Momy punya obatnya. Yang penting sekarang kamu bangun dan siap-siap sekolah. Jangan lupa tugasnya di kumpulkan. Nanti kamu bisa istirahat setelah pulang sekolah, ya," Lydia mengecup kening Selena lantas beranjak keluar untuk mencari obat ang dimaksud.

Sementara Selena? Ia terduduk. Rasanya ia ingin menangis. Orang sakit itu butuh istirahat. Kenapa Lydia tidak mengerti juga?

Dia hanya akan bisa mengumpulkan tugasnya saat dia masih bisa berjalan. Kita lihat, sampai kapan dia akan bertahan dalam paksaan ini.

***

"Kenapa lo, Len?" tanya Mona bingung. Sebab sejak pagi, cewek itu hanya menelungkupkan kepalanya di meja.

"Gak pa-pa," balas Selena serak.

Ia ingin menantang penyakitnya sekarang. Kalau ia tumbang, biarkan saja. Biar Lydia tahu seberapa sakitnya dia saat ini.

Kedua temannya Bianca dan Kimberly pun ikut heran dengan hal itu. Pasalnya Selena selalu terlihat ceria bahkan kerap kali menyombongkan diri.

Tapi yang mereka lihat kali ini malah Selena dengan lesu yang entah wajahnya terlihat seperti apa.

"Apa Selena sakit, ya?" tanya Kimberly saat mereka menjauh dari tempat Selena, namun masih memperhatikan cewek itu.

Pandangan datarnya masih saja menatap pada cewek yang menelungkupkan wajahnya.

"Yakali. Lo pikir tante Lydia bakal ngizinin dia sakit?" balas Mona.

Ya, ketiganya mengetahui segalanya tentang perangai Lydia. Termasuk tuntutan wanita itu agar Selena menjadi satu-satunya yang paling sempurna tanpa kekurangan suatu apa pun.

Mendengarnya membuat Kimberly menatap tajam. "Yang bikin dia sakit itu Tuhan. Tante Lydia mungkin bisa lakuin apa pun. Tapi dia bukan Tuhan yang semuanya harus berjalan seperti yang dia mau."

Perfect [SELESAI]Where stories live. Discover now