Perfect- 05

1K 69 2
                                    

Selamat pagi

Terimakasih yang sudah baca.

Jangan lupa vote dan komen ya.

Lapyu

***

"Emang lo tau rumahnya di mana?"

Selena bungkam. Ia lantas merasakan anak itu menarik-narik dress-nya. Kemudian ia kembali berjongkok. "Dion nggak mau pulang! Dion nggak mau pulang sama Bapak!" rengeknya.

Selena kemudian menatap cowok yang masih berdiri di depannya meminta pendapat. "Dion harus pulang, nanti orang tua kamu nyariin," balas cowok itu.

"Tapi Dion nanti dipukulin sama Bapak. Dion takut. Dion nggak mau pulang!"

"Bapak sama Ibu kamu udah pisah?" tanya Selena. Ia begitu yakin. Sebab ia juga pernah merasakan menjadi seperti anak ini saat orangtuanya cerai dulu. Meski mereka sampai saat ini masih menyayangi Selena.

Dion hanya mengangguk. "Kalau gitu kita pulangnya ke rumah Ibu kamu aja. Kakak akan anter kamu. Tapi kamu kasih tau alamat rumah Ibu kamu, ya," ucap Selena lagi.

Melihat tidak ada respon, Selena mengotak-atik tasnya dan menemukan sebatang coklat. Pemberian Leo tadi. Tapi ia tidak menyukainya lagi karena sudah membentaknya begitu saja.

Selena menyerahkan coklat itu pada Dion. "Ini coklat buat kamu. Tapi sekarang kamu berhenti nangis dan kita pulang. Oke?"

Untuk sesaat cowok itu terkesima. Edgar tidak menyangka cewek angkuh seperti Selena bisa selembut ini. Ia mulai kembali ke alam sadar saat Selena bicara.

"Gue udah tau mau anter anak ini ke mana."

"Gue temenin," ucap Edgar membuat Selena menaikan satu alisnya.

"Giliran di sekolah aja lo sok-sok an ngusir gue. Sekarang aja pas gak ada orang lo baik."

"Jangan mikir aneh-aneh. Mulut lo kadang nggak bisa dijaga. Kalau lo ketemu orang kayak tadi lagi bisa abis lo."

Selena mendengus. "Iya, deh."

Mereka kemudian mulai berjalan dengan Edgar di belakang mereka berniat menjaga. Selena dan Dion tampak sudah akrab. Bahkan sesekali mereka tertawa bersama.

Kali ini untuk pertama kalinya Edgar melihat sisi lain dari seorang Selena Magdalena, si Miss Perfect yang sombongnya kebangetan.

"Kak, ini rumah Dion," ucap Dion dengan sumringah.

Selena menatap rumah di depannya. Bangunannya tampak sederhana. Tapi begitu melihat seorang wanita yang keluar dan menyambut anaknya, ia menjadi ikut tersenyum.

Dia baru menyadari satu hal meski tidak mau mengakuinya. Bahagia itu sederhana. Tidak serumit seperti yang selama ini ia lakukan.

"Terimakasih sudah mengantar anak saya pulang. Maaf merepotkan," ucap wanita itu.

"Sama-sama Bu. Nggak merepotkan sama sekali kok. Lagipula teman saya ini anaknya baik," balas Edgar sambil menatap Selena. Keduanya lantas saling tatap selama beberapa detik sebelum kemudian memutus kontak matanya.

Ini pertama kalinya Edgar berkata hal baik tentang Selena.

"Kalau begitu mari mampir dulu."

"Nggak perlu, Bu. Kalau begitu kami pamit pulang dulu. Udah malam."

Edgar lantas mengacak rambut Dion pelan. "Jagain Ibunya, ya."

"Siap, kak!"

Edgar dan Selena sama-sama tersenyum melihat Dion. "Permisi, Bu!"

Perfect [SELESAI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang