Perfect- 29

739 54 15
                                    

"Edgar serius dengan perkataannya, Nona Selena Magdalena."

Selena yang mendengar suara itu lantas menolehkan wajahnya ke arah pintu dengan air mata yang sudah lolos begitu saja.

Belum juga air matanya mengering melihat kondisi Edgar, dan sekarang air matanya harus kembali mengalir dengan penuturan dua orang ini.

Matanya yang masih terisak terus melihat seorang pria yang terus mendekatinya. Ia menutup matanya sejenak untuk menenangkan pikirannya.

"Apa yang kamu pikirkan, hem? Edgar benar-benar mencintai kamu dan memperlakukan kamu bagai seorang Ratu? Kamu harus bangun dari mimpimu, Sayang," laki-laki itu menyeringai. Ia tersenyum senang atas kebungkaman Selena.

Selena tidak cukup terkejut mendengarnya, ia justru dengan berani menatap laki-laki itu. "Kalau benar yang kemarin adalah mimpi, saya berharap untuk tidak pernah bangun lagi, Om."

Pernyataan barusan membuat Tora Alonzo, ayahnya Edgar menaikkan satu alisnya. Dia suka yang menantang. "Kalau begitu mau saya bantu untuk mewujudkan keinginan kamu itu?"

Diamnya Selena membuat Edgar terkekeh di sana. Dan itu membuat perhatian keduanya teralih pada cowok yang sedang duduk di ranjang.

Untuk sesaat lelaki dengan rompi abu-abu dan celana senada itu menatap Selena sebelum kemudian menghampiri putranya. "Apa kabar My Boy?"

"Baik, Pa. Apalagi setelah melihat hiburan menyenangkan seperti ini," ia menatap Selena yang juga menatapnya.

Tora mengikuti arah pandang anaknya. "Iya, iya. Tapi kamu tau, sepertinya Papa menyesal menyuruh kamu menyakiti hatinya. Dia anak yang sangat cantik. Mungkin bisa dipertimbangkan untuk menjadi ibu baru kamu."

Selena membuang muka dan menyeka air matanya dengan kasar. Edgar yang melihat itu kemudian tersenyum. "Gimana sama penawaran bokap gue? Ya, lo gak jelek-jelek amat buat jadi nyokap tiri gue."

Cowok itu menekankan kata 'nyokap tiri' untuk semakin melukai perasaan Selena.

Tadinya Edgar pikir Selena akan mengamuk dan mengatakan banyak hal. Tapi cewek itu malah tersenyum. Senyuman perih yang tidak pernah Edgar lihat darinya.

"Mungkin gue bukan cewek idaman, gue nyusahin dan ngerepotin. Tapi gue udah menjatuhkan cinta gue sama lo, artinya gue gak bisa pergi ke lain hati lagi."

Cowok itu menatapnya datar tanpa ekspresi. "Lo tau, kan gue cuma menjadikan lo objek balas dendam bokap gue. Semua yang kita lakuin selama ini, cuma kebohongan."

Selena mengangguk sembari mengusap air matanya. Apa kalian tahu bagaimana rasanya? Ini sangat perih. Dibohongi oleh orang yang begitu kalian cintai dan kalian percayai.

Orang yang baru saja hadir dalam kehidupan Selena yang mampu mengubah warna hidupnya. Semua hal baik dalam dirinya sekarang hanya tinggal kenangan.

Selena tidak akan bisa lagi merasakan semua kejutan yang Edgar lakukan untuknya. Tuhan, ini rasanya terlalu cepat.

Perlahan Selena mendongak, memberanikan diri menatap Edgar. Berusaha tidak terganggu dengan perih yang ia terima begitu melihat mata itu. Mata yang biasanya menatapnya dengan penuh cinta.

Ah, cinta itu kan hanya kebohongan.

"Iya, gue tau. Lo bisa melakukan semua hal di dunia ini untuk semakin nyakitin gue, tapi lo gak bisa paksa gue buat berhenti sayang sama lo," ia menjeda. "Gue bukan cewek yang akan terus mengemis cinta sama cowok yang gak menghargai perasaan gue. Tapi lo tau, kan cinta itu gak bisa dipaksakan. Gue akan membiarkan hati gue merasakan apa yang dia mau. Meski harus tetap mencintai cowok berengsek kayak lo."

Perfect [SELESAI]Where stories live. Discover now