Perfect- 27

757 49 2
                                    

Suasana kantin di jam istirahat begini memang sedang ramai-ramainya. Ditambah Selena and the geng yang menyerobot antrian karena tidak mau mengantre.

Dari kejauhan, Edgar memperhatikan dengan senyuman yang terbit di bibirnya. Kedua tangannya dimasukkan ke dalam saku blazer.

Ia melihat bagaimana tingkah kekanakan 'pacarnya' itu.

"Apa, sih? Lo yang mepet-mepetin gue, ewh," samar-samar Edgar mendengar suara Selena.

Cewek itu sedang membawa semangkuk cuanki dengan sebelah tangannya memegang pop ice.

"Minggir, minggir! Primadona mau lewat gak usah ngalangin, deh!"

Sorot mata Edgar masih mengikuti keempatnya yang kini sudah duduk di salah satu meja kosong. Selena tengah mengipas-ngipaskan tangannya ke wajahnya sendiri.

"Sumpah, ya gerah banget. Lagian gue heran deh udah dikasih tanda biar ngantri juga masih aja pada ngeyel," Selena menggerutu dengan sebelah tangan yang masih mengipasi wajahnya.

"Nggak nyadar, Mbak sendirinya juga nyerobot antrian," cibir Mona yang sedang memotong baksonya.

Bianca dan Kimberly sudah mulai memakan pesanan mereka.

Selena mengibaskan rambutnya angkuh dan menatap Mona. "Gue kan primadona sekolah, jadi gak ada aturannya, oke."

"Tau deh yang primadona sekolah."

Baru saja ia akan menyuapkan cuanki ke dalam mulutnya, Selena melihat Edgar yang sedang menatapnya.

Sorot matanya berbinar dan senyumnya mengembang. "Gengs, gue nyamperin cowok gue dulu, ya."

Pandanan matanya masih belum beralih dari Edgar.

Bianca menyimpan sendok dengan sedikit keras membuat bunyi yang cukup keras juga. "Lo kebiasaan mojok mulu, dah kalau udah ada Edgar."

"Ya, gimana ya. Gue udah gak jomblo sekarang. Makanya lo cari cowok, Bi."

"Gak perlu dicari juga itu cowok udah nyamperin gue duluan. Emang dasarnya aja gue pemilih. Yakali gue dapet cowok tapi gak dipilih dulu, ewh," Bianca mengibaskan rambutnya dan kembali memakan bakso miliknya.

Selena hanya menahan tawa mendengar temannya yang satu itu.

"Ya udah lah, ya," Selena berdiri dengan mangkuk cuanki dan pop ice di kedua tangannya. "Gue mau pacaran dulu, Babai."

Tanpa menunggu jawaban, ia segera melangkah menghampiri Edgar kemudian duduk di sampingnya. "Hai, pacarnya Selena."

Senyuman masih tak luntur juga dari bibir Selena, membuat Edgar juga ikut tersenyum seraya membantunya menata mangkuk dan juga pop ice.

"Lo gak makan, Edgar?" tanya Selena.

"Lagi dipesenin Roland sama yang lain."

Selena hanya mengangguk sekenanya. "Edgar, cuanki-nya panas, tiupin dong," ucapnya dengan manja seperti biasa.

Tangan cowok itu bergerak meraih mangkuk Selena dan mulai meniupinya. "Lo gak pernah berubah, ya, Sel."

"Gue kan suka ngeliat lo perhatian sama gue," ucap Selena polos dengan menopang wajahnya sendiri sambil memperhatikan wajah Edgar.

"Jadi lo nyuruh gue pesenin makan biar lo bisa pacaran?"

Edgar dan Selena mendongak, menatap Roland dan kedua lainnya yang sedang berdiri di samping mereka.

"Tega lo. Hati gue sakit, Gar. Atit," Samuel dramatis dengan memegang dadanya sendiri.

"Lo kenapa, sih, Sam?" tanya Selena heran dengan menaikan salah satu alisnya.

Perfect [SELESAI]Where stories live. Discover now