Perfect- 21

905 65 3
                                    

"Momy kecewa, ya sama kamu. Kenapa tadi malam kamu malah pergi sama Edgar? Momy udah bilang jauhi dia. Momy lebih setuju kamu sama Leo dari pada sama laki-laki yang modelnya seperti Edgar."

Selena berusaha tidak terganggu dengan perkataan itu. Namun tetap saja, ia masih bisa mendengar semua perkataan pedas itu.

Ia kemudian berhenti dan menatap Lydia yang berada dua anak tangga lebih tinggi darinya. "Aku udah mencoba menuruti semua kemauan Momy. Tapi Momy gak berhak mengatur lingkar pertemanan aku. Aku gak nyaman, Mom, sama kak Leo."

"Momy ini Ibu kamu. Momy hanya ingin yang terbaik untuk kamu."

"Tapi itu bukan berarti Momy tau segalanya, kan? Momy hanya seorang Ibu, bukannya Tuhan."

Selena mempercepat langkah kakinya menuruni satu persatu anak tangga. Selama enam belas tahun, ia selalu dituntut untuk menjadi yang paling sempurna.

Dan ini adalah kali pertama Selena membangkang, hanya karena satu nama saja. Edgar Ron Chester.

Bukannya ingin jadi anak durhaka, hanya saja Selena merasa hidupnya terlalu diatur oleh Lydia. Bahkan, kalau perlu mungkin Lydia akan mengatakan pakaian dalam apa yang harus ia pakai setiap harinya.

Lydia menatap punggung Selena dengan mata membulat. Biasanya putrinya itu selalu menjadi anak penurut.

Segera ia menyusul langkah Selena yang sudah berada di ruang tamu. "Selena, tunggu! Momy belum selesai bicara."

Cewek dengan bandu merah muda itu berbalik. "Kenapa lagi, Mom? Kalau tau Momy akan mengekang aku sampai seperti ini, pasti aku akan lebih memilih untuk tinggal sama Daddy. Setidaknya Mami Valerie lebih menyayangiku dari pada Momy."

Plak!

Jantung wanita berkarier itu bergemuruh, dadanya naik turun menandakan emosinya yang sudah memuncak. Matanya memelotot garang. "Berani kamu melawan Momy? Ini, ini yang Momy gak suka dari Edgar. Sebelum berteman sama dia, kamu selalu menuruti semua ucapan Momy. Tapi lihat sekarang setelah kamu mengenal dia. Kamu jadi pembangkang, Selena."

Selena masih memegangi sebelah pipinya yang memanas. Ia masih speechless dengan hal yang dilakukan Lydia. "Momy yang berubah. Dulu Momy gak pernah main tangan sama aku. Tapi semenjak pacaran sama Om Ivan, Momy jadi kasar dan selalu menuntut aku melakukan hal yang Momy mau. Aku-- kecewa sama Momy."

Lirihan dari putri semata wayangnya itu membuat Lydia kembali ke alam sadar. Ia menatap tangannya bergantian dengan wajah Selena. Ia menggeleng pelan.

Ini memang kali pertama Lydia bertindak sekasar ini. "Sel--"

Ia berniat memanggil dan meminta maaf namun Selena sudah berlari keluar rumah dengan perasaan yang hancur.

Lydia hanya bisa menyesali perbuatannya sekarang.

***

Selena menjalankan mobilnya dengan kecepatan tinggi. Hatinya masih terasa sesak atas perbuatan Lydia padanya. Anak mana yang pernah ditampar ibunya sendiri hanya karena ingin menjadi dirinya sendiri?

Cewek itu memukul-mukul stir dengan tangannya. "Kenapa, sih, semua yang terjadi dalam hidup gue harus sempurna? Apa gue bakal dibuang juga kalau ternyata gak sesempurna sekarang?"

Ia menunduk berusaha meredakan rasa sakit dihati dan juga pipinya. Namun ketika ia menoleh ke depan, ada seorang bapak-bapak yang melintas dengan gerobaknya.

Selena terkejut bukan main, ia lantas memutar kemudinya agar tidak menabrak. Dan di detik berikutnya, mobilnya menabrak sebuah pohon.

Perfect [SELESAI]Where stories live. Discover now