Perfect-09

907 64 4
                                    

Ini scene spesial Edgar-Selena.

Gatau kenapa lagi pengen banget bikin mereka manis-manisan. Wkwk.

***

"Apa sih si Edgar gak jelas banget? Kemarin marah-marah dan sekarang ngasih gue es cendol. Meskipun enak juga sih. Tapi kenapa itu orang kalau ketemu gue bawaannya sinis mulu, sih? Bikin gue bete aja. Giliran sama Maureen aja baiknya na'udzubillah," Selena terus saja menggerutu dengan menghentak-hentakan kakinya.

Tapi kemudian langkahnya terhenti karena tali sepatunya tiba-tiba lepas. "Aish! Kenapa mesti copot sekarang, sih? Gak mau kerjasama banget nih tali sepatu!"

Selena menggerutu namun segera membungkuk untuk membenarkan tali sepatunya. Tanpa ia sadari, hampir semua orang yang lewat menatapnya dari tadi.

Masalahnya adalah, belahan dada Selena terlihat dengan jelas begitu membungkuk seperti itu! Bagaimana dia bisa lupa kalau jaketnya tertinggal di kursi Mang Narto tadi?

Setelah ia kembali berdiri, ia mendapati banyak cowok yang menatapnya jenaka bahkan banyak yang menggodanya.

Selena hanya merespons dengan senyuman bangga seperti biasa. Namun kemudian tangan seseorang mengulurkan sebuah jaket untuk menutupi bagian depan tubuhnya.

Selena terkejut bukan main. Tapi ia lebih terkejut saat menyadari kenapa cowok-cowok itu memandangnya dengan berbeda.

Ia segera mengambil alih jaket itu dan memegangnya sendiri untuk menutupi dadanya.

"Apa lo lihat-lihat? Nonton aja sana yang puas biar gak lihatin orang seenaknya lagi," titah Edgar membuat cowok-cowok itu pergi. Tapi masih mengedipkan tatapan jahil pada Selena.

"Dasar mata keranjang!" Edgar mengumpat. Sedangkan cewek itu sedang memasangkan jaketnya kembali.

"Sel, kan gue udah bilang tadi jangan terlalu pamer body lah di sini. Lo gak mau dicap murahan, kan?" tanya Edgar.

Dari sekian banyaknya kata-kata pedas dari mulut Edgar, ini yang paling membuat Selena sakit. "Gak cukup lo maki-maki gue, terus sekarang lo ngerendahin gue juga? Iya gue tau gue ini selalu bertindak semena-mena. Tapi lo gak berhak ngerendahin gue kayak gini."

Edgar meneguk ludah. Bukan begitu maksudnya, ia hanya berusaha memberitahu Selena. "Gue lagi gak ngerendahin lo, Sel. Gue cuma ngingetin lo."

"Tapi bisa, kan ngingetinnya gak usah marah-marah atau kasar juga?"

Cowok itu melunak. Ia sepenuhnya sadar, menyinggung harga diri perempuan yang baru saja dilecehkan adalah kesalahan fatal. "Oke, gue salah. Gue minta maaf."

"Gitu doang?"

"Emangnya gue harus ngapain lagi?"

Pertanyaan Edgar sukses membuat Selena berkacak pinggang. "Lo gak pernah deket sama cewek apa? Kalau cewek marah tuh dibujuk pake apa kek gitu."

"Intinya lo gak maafin gue?"

"Sekarang belum. Kan lo masih belum bujukin gue."

"Lo tuh ribet banget, ya. Tinggal maafin doang apa susahnya coba."

"Lo lupa lagi minta maaf sama siapa? Gue Selena Magdalena. Cewek paling perfect yang menjabat sebagai primadona sekolah."

Edgar memutar bola mata. Tapi ada sedikit rasa lega dihatinya. Jika cewek itu sudah menyombongkan diri, artinya suasana hatinya sudah membaik.

Kadang Edgar berpikir apakah Selena memiliki semacam penyakit bipolar? Pasalnya, mood cewek itu mudah sekali berubah.

"Terus mau lo apa?" tanya Edgar akhirnya. Memilih menyerah berdebat dengan si Miss Perfect.

Perfect [SELESAI]Where stories live. Discover now