Perfect- 33

739 52 9
                                    

Entah sudah berapa kali Selena mengembuskan napas. Keringat dingin bercucuran dari seluruh wajahnya. Perasaannya juga diliputi rasa gelisah.

Saat ini ia sedang berada di dalam kantor Tora, menunggu lelaki itu selesai rapat. Tadinya ia tidak ingin melakukan ini semua. Karena ini hanya akan melukai harga dirinya.

Tapi Selena kembali ke masa lalu di mana Edgar selalu ada untuknya. Berusaha membuatnya tersenyum, bahkan mengerti dirinya saat Lydia sendiri selalu memaksakan kehendak padanya.

Ya, anggap saja ini balas budi atas semua perlakuan manis Edgar meskipun itu semua hanyalah kebohongan.

Netranya kemudian bergulir menatap seseorang dengan jas hijau tua yang nampak berbincang dengan beberapa rekan kerjanya. Segera ia berdiri, membenarkan tasnya dan menghampiri mereka.

"Pak," ucap Selena pada Tora.

Beberapa pasang mata menatap ke arahnya dari atas sampai bawah. Mungkin mereka tidak pernah melihat Selena sebelumnya.

Lagipula dia sengaja memakai pakaian kantor dan bersikap seperti seorang pegawai di sini agar tidak ada yang curiga.

Tora menatap Selena dari ujung rambut sampai ujung kaki lalu mengerutkan dahinya.

"Saya ada perlu sama Bapak," ucap Selena yang langsung dipahami Tora.

Lelaki itu kemudian tersenyum.

"Ini karyawan baru ya, Pak?" tanya salah seorang pegawai perempuan.

"Iya. Saya juga belum pernah melihatnya," tambah seseorang lagi.

"Dia cantik, ya. Jadi saat kedatangannya, semua mata langsung tertuju padanya."

Selena hanya tersenyum kikuk bingung harus bereaksi seperti apa. Dia kan sudah pernah bilang kalau dipuji remaja seumurannya sudah pasti ia akan sangat senang.

Tapi ini bapak-bapak yang sudah pasti telah beristri bahkan beranak pinak.

Tora terkekeh pelan membuat Selena menatapnya dengan horor. "Dia asisten pribadi saya, cantik, 'kan?"

Kalau bukan buat Edgar mana mau gue ngelakuin ginian. Lingkungannya ngelawan arus banget sama lingkungan gue.

"Iya, Pak, cantik."

"Kalau begitu kami permisi dulu. Kami harus menyiapkan proyek Bapak yang baru."

Setelah memberi hormat, mereka semua pergi meninggalkan Tora berdua dengan Selena.

Sebesar apa pun Selena mencoba menguatkan keberaniannya, tetap saja ada sedikit rasa takut yang muncul dihatinya. Yang ia hadapi ini adalah seseorang yang kejam. Seseorang yang bahkan tidak keberatan untuk menyakiti putranya sendiri.

"Ekhem!"

Tora memasukan kedua tangannya ke dalam saku celana. Sementara Selena baru saja kembali ke alam sadar ketika mendengar deheman itu.

"Mau bicara apa, Nona Selena Magdalena? Oh, atau harus saya panggil Nona asisten pribadi." Tora terkekeh sebentar melihat ekspresinya yang terlihat tidak nyaman.

"Om, saya mau bicara tentang hal yang penting," ucap Selena berusaha menyingkirkan semua ketakutan yang bersarang dalam hatinya.

"Kamu sangat pintar bersandiwara, Selena. Tapi saya suka akting kamu."

Selena tidak tahu harus menganggapnya pujian atau ejekkan. Yang jelas mereka harus segera pergi dari sini atau akan ada yang tahu soal status pegawai palsu miliknya itu.

"Om, saya mau bicara tapi gak di sini."

Tora terlihat diam sebentar namun tak urung mengangguk. "Oke, mau bicara di mana? Restoran bintang lima? Atau hotel sekalian?"

Perfect [SELESAI]Where stories live. Discover now