Perfect- 42

641 55 26
                                    

Beberapa hari berlalu. Semua tampak berjalan seperti biasanya. Kecuali tentang Selena Magdalena dan dunia sempurnanya yang terluka.

Orang bilang luka itu bisa sembuh kapan pun. Tapi yang tidak akan menghilang adalah bekasnya. Selena tidak masalah dengan pandangan semua orang yang menatapnya memuja selama ini.

Tapi sekarang, saat ini semua menatapnya dengan hina. Selena tidak sesempurna itu untuk bisa menerima semua ujian dalam hidupnya dengan tegar. Ia penuh dengan kekurangan yang membuatnya tidak akan bisa menerima keadaan dalam waktu dekat.

Jika saat itu ia dibunuh saja, mungkin ia tidak masalah. Setidaknya ia akan tenang tanpa memikirkan rasa malu yang akan ia hadapi. Tapi semua penghinaan ini, bahkan lebih kejam dari sebuah pembunuhan.

"Sel, lo makan dulu, ya?" Maureen menawarkan. Ia duduk di tepi tempat tidur dengan tatapan iba pada perempuan yang tengah menatap kosong ke depan.

Selena lantas menatap Maureen sekilas dan mengangguk.

Setelah kejadian itu, hanya Maureen saja yang bersedia datang dan menemaninya. Meski berbagai penolakan ia dapatkan, tapi pada akhirnya Selena mau menerimanya.

Setidaknya sebagai teman bicara. Atau hanya untuk menemaninya saja. Karena semenjak kejadian itu, Selena yang hiperaktif jadi jarang bicara.

"Oh iya, Sel. Lo udah nonton drama Thailand yang baru belum? Gue gak suka sih sebenernya sama drama kayak gitu. Tapi pas gue liat trailernya, seru banget masa." Maureen mulai bercerita dengan masih menyuapi Selena yang mendengarkan semua ucapannya. "Jadi ceritanya itu kan ada cowok yang dibully gitu di sekolah. Terus mereka gak tau kalau ternyata si cowok itu lagi nyamar. Dia sebenernya satu-satunya orang yang bisa nyelamatin galaksi dari si penyihir. Gue gak tau sih lo suka fantasy apa enggak. Tapi kalau lo nonton, dijamin suka deh."

Beberapa detik tidak ada jawaban. Hanya bunyi jarum jam dinding dan dentingan sendok yang berbunyi.

Perlahan Maureen menghela napas pasrah. Setiap hari selalu saja begini. Tapi ia tidak akan menyerah. Selena adalah orang baik, dan Maureen tidak akan membiarkannya pergi terlalu jauh.

Namun kemudian...

"Peran utama ceweknya penyihir bukan?" Selena bersuara dengan suara paraunya. Maklum saja, entah sudah beberapa hari cewek itu hanya bersuara seperlunya saja.

Maureen mendongak mendengar suara parau itu. Ia mendapati Selena yang juga tengah menatap ke arahnya. Maureen begitu antusias. "Iya. Ceweknya itu satu-satunya keturunan penyihir dari kerajaan mereka yang diasingkan karena kekuatannya dianggap berbahaya. Terus nanti dia sama si cowok itu sama-sama nyelamatin dunia. Ah, pokoknya ya, solidaritasnya itu kentara banget, deh. Bukan cuma cinta-cintaan doang."

"Gue mau nonton," ia menjeda. "Judulnya apa?"

Maureen tampak mengetuk-ngetuk dahinya pura-pura berpikir. Lantas menyimpan piring di atas nakas. "Biar gue cariin. Soalnya banyak judul yang sama tapi isinya beda."

Cewek dengan rambut digerai itu tampak mengambil laptop berlogo apel gigit yang sudah lama tak tersentuh. Ia kembali duduk di samping Selena dan mencari beberapa film di situs Youtube.

Setelah beberapa lama mencari, ia mendongak. "Ini nih. Gue cari yang subtittle Indo gak ada. Adanya Inggris doang. Tapi gak pa-pa lah ya. Lo kan pinter bahasa Inggris."

Maureen nyengir setelah mengatakan kalimatnya. Selena lantas mengambil posisi tengkurap dan menonton film di depannya.

Melihat Maureen beranjak, Selena bertanya, "lo gak ikut nonton?"

"Ikut, kok. Tapi gue ambil obat lo bentar sama nyimpen piring. Ya kali gak gue beresin, entar diamuk Tante Lydia lagi," candanya.

Ia tidak benar-benar mengatakan faktanya. Karena kenyataannya, setelah kejadian itu sikap Lydia sedikitnya berubah. Ia menjadi tidak pemaksa dan tidak memilih lagi pada siapa Selena harus berteman.

Perfect [SELESAI]Where stories live. Discover now