Perfect- 35

725 43 7
                                    

Hening. Semuanya tidak ada yang bisa bicara. Seperti yang Sean katakan, tidak sulit bagi wanita seperti Lydia untuk mengetahui semua yang terjadi pada Selena

Termasuk cerita yang mengatakan kalau putrinya sudah berpacaran dengan seorang om-om.

"Momy kecewa sama kamu, Selena. Kenapa kamu melakukan semua ini? Di mana otak kamu? Apa yang kamu pikirkan? Tora itu adalah orang jahat, dia bersekongkol dengan Edgar untuk menipu kamu. Tapi kamu? Kamu malah memacari dia. Momy sama sekali nggak habis pikir sama kamu, Sel."

Lydia menjatuhkan bokongnya pada sofa di ruang tamu rumah Nishad. Ia memijit pelipisnya yang terasa sangat pusing.

Dalam hati ia ingin menangis, tapi air matanya tidak keluar juga. Semua ini kesalahannya. Tora dan Edgar ingin balas dendam padanya bukan pada putrinya.

Melihat ibunya rapuh begini membuat Selena tidak tega. Ia kemudian ikut duduk di samping Lydia dan menyentuh bahunya. "Mom, aku minta maaf, aku nggak ada pilihan lain. Semua ini cuma sandiwara."

Perlahan Lydia menurunkan tangan yang sejak tadi menutupi wajahnya. Ia menatap Selena dengan tatapan marah. "Momy tau ini sandiwara. Karena itu Momy marah sama kamu. Hanya demi laki-laki yang sudah membuang kamu, kamu rela melakukan sandiwara sebesar ini? Come on, Selena. Do you think life is a play? Hidup ini bukan sandiwara."

Wanita dengan dress hitam bawah lutut itu menatap nyalang pada putrinya. Ia menekan kalimat terakhir yang ia ucapkan.

Dan lagi-lagi Lydia menutupi wajahnya sendiri.

Valerie yang sedari tadi memperhatikan keduanya pun ikut duduk ddi samping kiri Lydia mencoba menenangkan perempuan itu. "Mbak Lydia yang sabar. Kita semua tau yang dilakukan Selena itu tidak benar. Tapi dia masih kecil, masih remaja, pikirannya pun masih labil."

Melihat itu membuat Selena bangkit dan menghampiri ayahnya yang masih mematung di depannya.

Cewek yang masih memakai seragam sekolah itu berjalan perlahan dan menunduk. Hal yang tidak pernah dilakukan Selena.

"Daddy juga marah, ya sama aku?" Selena berucap sangat lirih.

Dia belum pernah dimarahi kedua orangtuanya kecuali saat ia tidak mau makan, atau minum vitamin. Tapi kali ini ia bisa merasakan kemarahan dari ibu Dan ayahnya itu.

Berikutnya terdengar helaan napas panjang dari Nishad. Tangannya kemudian terulur untuk mengusap kepala putrinya dengan lembut. "Daddy nggak marah sama kamu."

Ucapan tenang nan menyejukkan itu membuat Selena mendongak dan menoleh pada Nishad yang jauh lebih tinggi darinya.

Lewat sorot matanya, Selena meminta Nishad menjelaskan lebih banyak tentang perkatannya barusan.

Nishad lantas tersenyum. Kedua tangannya menangkup wajah Selena. "Daddy tau kamu melakukan kesalahan dengan berpacaran sama Tora. Tapi disisi lain, Daddy juga tau seperti apa perasaan kamu sama putranya, Edgar."

Baru saja Selena tersenyum, ternyata masih ada orang yang mengerti dirinya di keluarga ini. Tapi Lydia sudah bangkit dan membalikkan tubuh Selena kasar agar menghadapnya.

Lydia kemudian menatap Nishad dengan mata yang sudah memerah. "Kamu kenapa, sih, Mas malah belain dia? Jelas-jelas apa yang dia lakukan itu merugikan kita semua."

"Perbuatan Selena tidak merugikanku, Lydia. Mungkin kamu merasa begitu karena sejak kecil, kamu selalu menuntutnya untuk jadi sempurna. Tapi aku sama sekali nggak merasa begitu. Dia hanya mengikuti hatinya, dia punya perasaan meski aku juga tau keputusan yang dia ambil itu nggak benar."

"Tapi dia merugikan dirinya sendiri. Apa yang akan orang katakan tentang Selena? Perempuan simpanan? Wanita murahan?"

Jleb!

Perfect [SELESAI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang