Prolog

2.7K 205 33
                                    

Dia suamiku. Tidak boleh ada satupun yang bisa mengganggunya. Jangan coba-coba. Ya, dulu dia seseorang yang begitu menyebalkan sebagai suami, tetapi sekarang aku justru takut kehilangannya. Akan tetapi, kalian jangan beritahukan ini pada suamiku, ia bisa besar kepala.

Postur badannya yang atletis karena sering melakukan gym, wajahnya yang membuatku terkesima walaupun ia sudah tua. Tidak tua-tua amat sebenarnya, hanya saja dia lebih tua lima tahun dariku.

Kami menikah empat tahun lalu. Sudah dikaruniai seorang anak perempuan cantik. Sekarang, aku sedang mengandung anak kedua.

Entah kenapa aku begitu membenci sebuah kehamilan. Selalu saja aku tidak pernah siap hamil. Dulu sangat tidak bisa ku terima karena aku belum begitu mencintai suamiku. Bye the way, aku dipaksa menikah dengannya.

Untuk kehamilan kedua ini, aku justru tidak siap karena anak pertamaku masih belia, umurnya baru dua tahun setengah, tapi sudah akan memiliki adik lagi. Aku khawatir kasih sayangku padanya akan terbagi.

Oke, mari kita ghibah suamiku lagi. Lelaki yang bernama lengkap Aiman Zulfan itu unik! Keturunan Melayu dengan bahasa melayunya yang membuatku sakit kepala. Setiap hari kami berdebat hanya karena sebuah kosakata.

"Awak!"

"Namaku Aqila," sahutku.

Baru saja diceritakan, dia sudah muncul saja dari kamar mandi. Aku mendelik melihatnya hanya melilit handuk di pinggangnya.

"Baju Abang dekat mana?" Tanyanya ketika tak melihat ada setelan di atas ranjang. Biasanya aku yang menyiapkan pakaian kerjanya.

"Ambil aja di lemari. Aku lagi morning sickness, mager banget buat bangun," diriku beralasan.

"Hei, bukannya Abang yang morning sickness tadi? Abang yang muntah-muntah. Awak oke je Abang tengok," kesalnya yang menatapku tajam dan berusaha memukulku dengan guling.

Hah ... mau beralasan bagaimanpun, suamiku begitu pintar menjawab. Itu alasan kedua yang membuatku sakit kepala setiap berhadapan dengannya.

Aku hanya menyunggingkan senyum, lalu berbalik badan dan merapatkan selimut. Entah kenapa tidur di pagi hari adalah nikmat dunia. Walaupun aku tau tidak diperkenankan tidur setelah subuh karena akan menghambat rezeki.

"Awak, tolong ambikkan baju Abang kejap!" suruhnya.

"In Indonesia language!" teriakku.

"Sayang, tolong ambilin. Nanti kamu marah kalau lemarinya berantakan,"

Buru-buru aku bangun dan menertawakannya. Kalau begini kan enggak puyeng kepalaku. Dia memang sok-sokan ngomong bahasa Melayu, padahal bisa berbahasa Indonesia jika aku paksa.

***

Segini dulu, semoga kalian jatuh cinta ... pada ceritanya, bukan Zulfannya.

Jangan lupa follow untuk info update selanjutnya! Kalau mau join ke grup WhatsApp, kalian bisa klik link di bio.

Makasih buat semuanya yang udah support!

DEAR, HEART! ✔Where stories live. Discover now