L

16.6K 2K 26
                                    

Warning!
Ini cerita GxG (Girl x Girl)

Jadi untuk kalian yang tidak berminat silakan lewat. Mohon menjadi pembaca yang baik, bijak dan saling menghargai

Segala hal yang terdapat dalam kisah ini adalah fiktif belaka atau murni imajinasi penulis. Jangan pernah memplagiat. OK?

Sehingga saya mohon maaf jika ada yang tidak berkenan dengan tulisan ini entah dari segi nama tokoh, karakter, tempat dan kejadian

Ingat! Semua itu ketidak sengajaan

Semoga kalian menikmati

❤❤❤

"Kamu pasti tahu." suara lembutnya menyadarkan aku dari lamunan.

"Tahu apa? Tahu bulat?" aku menjawab sekenanya.

"Ih! Tuh kan, becanda aja terus. Dasar! Nggak ada akhlak!"

Aku menggaruk tengkuk yang tidak gatal ini ketika ia pergi. Dia memang gadis yang lucu ketika marah seperti itu. Tapi aku percaya bahwa marahnya akan segera mereda.

Di bawah pohon yang rindang ini, aku berbaring. Beralaskan dua lembar koran yang dijejer. Di atas sana langit sudah tampak mendung.

Kulihat arlojiku yang berwarna silver. Di sana sudah nampak pukul lima lewat lima belas menit. Baiklah, sebentar lagi aku akan beranjak dari sini.

"Ayo!"

Seketika aku menengok ke arah suara tersebut. Ternyata dari dia, yang merajuk padaku beberapa menit lalu. Benar kan yang aku bilang, bahwa ia tak akan lama marah padaku.

"Ayo kemana?" aku bangkit dari rebahan.

"Pake nanya! Ya pulang! Nggak pake lama!"

"Iya, iya. Jangan galak-galak dong."

Gadis itu menuntun sepedanya menuruni bukit tempat berpijak kami saat ini. Aku bergegas untuk menyusulnya. Memang aku tidak membawa sepeda karena kami selalu berboncengan menuju sekolah.

"Sini, biar aku yang bawa sepedanya."

Posisi kami bergantian. Aku menuntun sepeda dan ia berjalan di sisiku. Wajahnya sendu diterpa angin sore dan entah mengapa aku merasakan gejolak lain setiap melihat atau menatapnya.

"Eh! Itu muka biasa aja. Ngapain sih kaya gitu banget merhatiin aku?" dia menutup seluruh wajahku dengan telapak tangannya.

"Ye! Siapa juga yang merhatiin kamu? Pede!"

Aku pun menuntun sepeda agak cepat untuk menuruni bukit dan ia mengejarku dengan napas tersengal. Ketika sampai di bawah bukit, ia ngos-ngosan dan aku tertawa melihatnya. Memang mengerjai dia adalah hal menyenangkan bagiku.

"L," ia memanggilku sembari mengatur pola napasnya.

"Hmm?"

"Kamu nyebelin!"

Ia mencubit lengan kananku dengan gemasnya. Hari sudah semakin gelap dan aku mengantarnya pulang. Kemudian aku berjalan kaki menuju rumahku yang tidak jauh dari rumahnya.

"L,"

Ia memanggilku kembali dan aku menghentikan langkah sejenak. Kutengok ia yang baru memarkirkan sepedanya. Ia tersenyum manis sekali.

"Kenapa?"

"Hmm, kamu pasti tahu kan?"

Ia mendekatiku yang sudah beberapa langkah menjauh dari rumahnya.

"Tahu apa sih?"

Aku menggaruk sedikit kepalaku yang lagi-lagi tidak gatal itu. Kulihat wajahnya cemberut seperti tadi sembari sedikit mendengus kesal. Aku menjadi bingung olehnya.

"Tahu bulat!"

***
B e r s a m b u n g . . .

Salam Manis
Canimangel (Q)
Senin, 20 April 2020
23.23 WIB
Instagram : canimangel

.
.
.

LTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang