L (7)

4.5K 1.2K 76
                                    

Posisi kami masih sama. Sentuhan bibirnya makin dalam kepadaku. Otomatis aku membalas ciumannya.

Mata kami sama-sama terpejam dan saling merasakan kelembutan satu sama lain. Terlebih Risa meremas bahuku dan aku refleks memeluk pinggangnya untuk lebih erat denganku. Kami benar-benar terhanyut.

"Risa, mama sama papa pulang nih."

Seketika kami menghamburkan diri. Ternyata orangtua Risa sudah pulang. Hampir saja kami semakin terjerat lagi akan peristiwa yang baru saja kami alami dan bisa bahaya jika ketahuan.

"Awh! Sakit, L."

Aku tertawa kecil melihat Risa yang kakinya masih terasa sakit itu. Kemudian kedua orangtua Risa menengok ke dalam kamar. Lalu mereka mengkhawatirkan putri semata wayangnya itu.

"Lho? Ada, L."

"Hehe, iya ma." jawabku.

Karena kedekatan kami berdua. Maka aku memanggil kedua orangtuanya mama dan papa. Begitu juga Risa yang memanggil kedua orangtuaku dengan ibu dan ayah.

"Itu kaki Risa kenapa?"

"Jatoh di sekolah, pa." ujar Risa.

"Kamu nih, pasti kecepetan deh jalannya sampai jatuh gitu. Mentang-mentang pemenang lomba lari, apa-apa kecepetan."

Mama Risa malah dengan santai berceloteh. Memang sudah paham betul dengan kebiasaan Risa yang suka terburu-buru. Aku terkadang juga kewalahan menyusul ia yang berjalan agak cepat.

"Ih, mama. Sakit ni."

"Tapi udah diobatin kan?"

"Iya tadi di sekolah udah ditanganin, terus ini juga udah dikompres sama L."

"Makasih ya, L. Risa udah ditemenin gini."

"Iya, ma. Sudah seharusnya. Kalau gitu, L pamit pulang dulu."

"Ya udah, salam sama ibu ya."

Papa dan mama Risa tersenyum padaku. Kemudian aku pamit karena hari sudah semakin sore. Aku janji akan menengok ia kembali esok hari.

Sesampainya di rumah, aku mandi dan berganti pakaian lalu rebahan. Untuk beberapa saat aku terdiam dan membayangkan peristiwa itu. Ya, itu adalah first kiss yang aku alami.

Sungguh melayang dibuatnya. Senyum yang terlukis di wajahku tidak henti terpancar. Aku jadi rindu padanya. Maka aku ambil ponselku untuk menghubunginya tapi teleponku tidak terangkat. Baiklah aku kirimkan pesan singkat.

"Selamat malam, Risa"
"Cepat sembuh ya."
"Besok pasti aku jenguk kamu."

Pesan itu terkirim dan aku melanjutkan kegiatanku dengan mengerjakan tugas. Setelahnya aku merasa lelah dan tertidur. Di dalam mimpi, aku harap bertemu dirinya.

Esok Hari

Pagi ini memang cerah namun hatiku mendung. Sebab Risa tidak bisa bersekolah selama kakinya masih belum membaik. Kemudian mama Risa menitip surat keterangan sakit padaku untuk aku berikan kepada wali kelas. Hari ini aku akan kesepian tanpa Risa bersamaku. Tapi tidak apa, yang terpenting ia dapat sehat kembali.

Jujur jika membayangkan pernyataannya itu, membuat hatiku bergejolak. Rasanya bahagia sekali bahwa Risa suka padaku. Mungkin akan banyak bunga dan kupu-kupu di sekeliling aku, ya ibaratnya seperti itu.

Jam pelajaran aku jalani seperti biasa. Aku juga mencatat lebih banyak lagi, agar nanti Risa bisa memindahkan ke dalam buku pelajarannya. Sepulang sekolah tentunya akan aku jenguk kembali ia.

Setelah bel istirahat berbunyi. Aku seorang diri ke kantin dan memesan makan. Rasanya ada yang ganjil ketika tidak ada Risa di sampingku. Mie ayam yang aku pesan hanya aku aduk-aduk saja.

LWhere stories live. Discover now