L (17)

2.2K 739 72
                                    

Risa's POV

Hari ini aku bahagia karena kekasihku mendapatkan apa yang banyak pelajar impikan yaitu beasiswa penuh. Sebenarnya masih menyimpan sebuah misteri. Bagaimana bisa senior yang bernama kak Iza mendapatkan surat pemberitahuan tersebut?

Terlebih L terlihat cepat akrab dengan gadis itu. Padahal kami ini mahasiswi baru bahkan satu minggu berada di kampus saja belum. Namun aku coba berpikir positif saja bahwa senior di kampus ini memang ramah-ramah.

Di fakultas kedokteran ini juga terdapat senior yang baik-baik pada kami. Ospek kami dijalani dengan senang hati. Hanya saja aku merasa risih dengan beberapa orang yang mengajak kenalan.

Jujur, sedari dulu aku tidak suka yang langsung sok kenal sok dekat. Bukannya aku sombong atau bagaimana tapi hanya protektif saja terhadap diriku. Setidaknya itu yang papa ajarkan padaku untuk tidak cepat akrab dengan orang baru karena kita tidak pernah tahu apa motif seseorang itu.

"Adik-adik, dimohon perhatiannya. Sekarang kalian semua tolong membentuk kelompok seperti hari kemarin karena kita akan memulai permainan yang baru."

Seorang senior perempuan yang bertubuh lebih tinggi dariku memberi perintah pada kami. Kemudian kami semua membentuk kelompok yang masing-masing terdiri dari sepuluh orang. Calon mahasiswa dan mahasiswi kedokteran di sini belum ada yang terkena hukuman sampai hari keempat ini, luar biasa.

Setelah memainkan beberapa permainan edukatif yang mengandalkan kekompakan maka kami semua diperbolehkan makan siang. Lalu nasi kotak dibagikan kepada masing-masing dari kami. Isi nasi kotak ini benar-benar memenuhi nilai gizi karena mengandung empat sehat lima sempurna. Di dalamnya terdapat nasi, sayur, lauk-pauk, buah dan susu serta air mineral pastinya.

"Risa, makan bareng ya."

"Oh, iya."

Ada seorang gadis berkacamata bulat yang meminta izin untuk makan bersama denganku. Aku melihat papan namanya yang bertulisan Jessy. Ketika perkenalan hari pertama, ia bukan berasal dari daerah kami alias anak perantauan dan tinggal di asrama kampus.

Setelah seluruh kegiatan kami usai, maka kami menghamburkan diri. Seperti biasa, aku menunggu L di parkiran. Sebenarnya aku merasa dongkol karena ia selalu saja tidak tepat waktu dan membuatku menunggu.

Kemudian dari kejauhan aku melihatnya bersama seseorang. Namun bukan senior yang bernama kak Iza itu. Memang L banyak akrab dengan senior di kampus ini aku rasa.

"Sayang, aku nggak telat lagi kan?"

L mencium kedua pipiku. Lalu ia memelukku singkat. Aku hanya membalas seperlunya saja.

"Tadi siapa lagi?"

"Oh, itu kak Chris."

"Perasaan banyak banget deh yang deketin kamu?"

"Haha, nggak banyak sayang. Kak Iza dan kak Chris hanya senior di fakultas aku, itu aja kok. Cie, cemburu ya? Hmm?"

L menaikan sebelah alisnya sembari memakaikan aku helm. Namun aku hanya diam saja karena ada perasaan kesal. Entah mengapa hatiku berkata, ada sesuatu hal lain yang terjadi pada kekasih yang menemani aku selama setahun belakangan.

"Awas ya! Kalau kamu macam-macam di belakang aku."

"Apa sih, yank? Nggak usah berlebihan gitu lah. Apa salahnya sih akrab ke senior?"

"Akrab ke senior sih nggak salah, asal nggak ada maksud lain. Ngerti kan L maksudku?"

"Udah ah, sayang. Nggak usah bahas itu lagi."

L langsung menutup pembicaraan dan melajukan motornya. Sepanjang perjalanan kami hanya terdiam. Kali ini L menuju kafe yang kemarin lagi, nampaknya L benar-benar membuktikan bahwa kafe ini tempat yang akan menjadi tongkrongan kami seterusnya.

LWhere stories live. Discover now