L (8)

4.4K 1.2K 72
                                    

Cinta itu buta, mungkin memang benar

Cinta itu tidak pernah tahu akan kemana melabuhkan kasihnya

Cinta hanya tahu bahwa ia nyaman bersama seseorang tanpa memandang ia siapa

Rasanya hari demi hari yang aku lalui semakin berbunga dengan hadirnya Risa sebagai kekasihku. Aku tidak pernah menyangka bahwa rasa kagum dan tertarik diriku ini memang sebuah cinta. Sebenarnya aku sering mengutuk diriku karena perasaanku ini, namun semakin aku membenci perasaan itu maka aku semakin tertekan.

Kini sudah tidak lagi. Perasaanku lega karena tidak bertepuk sebelah tangan. Meski Risa yang pertama mengungkapkan padaku.

Ratu Jutek telah mencintaiku. Aku harap ini bukan euforia belaka namun akan berlangsung lama adanya. Sungguh aku tidak menyangka bahwa hati ini berlabuh pada seorang wanita yang tak lain sahabatku sendiri.

"L?"

"Eh? Udah siap, sayang?"

"Udah dong. Kamu jangan ngelamun, kesambet aja. Yuk! Berangkat!"

Sedari tadi memang aku berada di teras rumah Risa dan menunggunya yang sedang bersiap. Seperti biasa kami berangkat bersama dengan sepeda milik Risa. Kini setiap pelukan dan sentuhan dari Risa membuatku lebih nyaman dari pada sebelumnya.

Tidak jarang aku mencubit pipinya, mengelus tangannya dan memeluknya tanpa segan. Begitu juga perlakuannya padaku yang begitu hangat. Sudah jarang aku melihat kejutekan dari dirinya.

Kegiatan sekolah, tentunya kami lalui seperti biasa. Memulai pelajaran yang itu-itu saja. Namun dengan antusias kami harus mempelajari agar prestasi tidak turun.

Risa memiliki cita-cita menjadi seorang dokter. Jadi ia harus mempertahankan nilainya supaya tetap bagus. Ia juga menargetkan untuk beasiswa nantinya.

Saat yang aku senangi ketika kegiatan belajar mengajar seperti ini adalah memandanginya kemudian memerhatikan ia yang sedang mencatat. Aku selalu terpesona olehnya, suka berdekatan dengannya dan mencium aroma vanilla atau mawar dari tubuhnya. Ia juga merupakan gadis yang tidak mudah tersenyum namun sekalinya tersenyum membuatku meleleh.

"Sayang, kok bengong? Catet itu." ia berbisik padaku.

"Iya, sayang. Habisnya kamu cantik sih."

Ia sedikit menggeleng, menyibakan rambutnya dan tersenyum kecil. Rasanya hatiku berdebar tak menentu melihat itu semua. Lalu, diam-diam sembari mencatat aku meremas perlahan tangannya dan ia tertawa kecil yang membuatku gemas.

Kemudian kami berdua ke kantin setelah bel berbunyi nyaring. Risa menggandeng aku seperti biasa dan aku merasa bangga karena salah satu gadis populer di sekolah kini menjadi pacarku. Aku juga tahu banyak yang memerhatikan Risa namun tak berani mendekat karena sifat juteknya.

"Kamu mau pesan apa, sayang?"

"Aku mau cheese stick sama jus mangga."

"Hmm, ya udah aku juga deh."

Aku memesan menu yang sama dengan kekasihku. Posisiku berhadapan dengan Risa dan membuat aku jelas sekali dalam menatap matanya. Risa langsung tertunduk malu.

"Sayang, udah ih. Malu."

"Di sini malu, giliran cuma berdua kamu mepet-mepet aku."

"Itu sih, beda suasana jadi beda juga perlakuan."

Aku terkekeh mendengar perkataannya kemudian kami menyantap bersama sembari melempar senyuman. Bertahun-tahun mengenal dan bersama namun kini rasanya semakin bahagia. Jatuh cinta memang berjuta rasanya.

LTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang