L (25)

2.1K 369 72
                                    

Sore ini hujan mengguyur bumi. Kulihat tetesan demi tetesan air mengucur dari atap rumahku. Rasanya bagai hatiku yang pedih menerima kenyataan pahit akan dilema yang melanda.

"L,"

Tiba-tiba kurasakan ibu memegang pundakku. Kini kami berada di teras rumahku sembari menikmati secangkir teh hangat. Ibu memandang  heran sembari tersenyum tulus padaku.

"Iya, bu?"

"Kamu kenapa? Ibu perhatiin kamu ngelamun aja dari tadi."

"Nggak apa-apa bu."

"L, ibu ini paham kalau kamu ada masalah. Coba cerita sama ibu."

Aku menggeleng perlahan, "Biasa bu, masalah anak muda. L bisa kok selesaiin sendiri. Ibu nggak perlu khawatir."

"Bener?" ibu memastikan dengan raut kecemasan.

"Iya, bu. Beneran kok."

"Ya udah, ibu ke dalam dulu ya. Mau masak buat makan malam."

Aku mengangguk dan menghabiskan teh yang terdapat pada meja kayu sederhana ini. Tidak lama kemudian ada pesan yang tertera pada ponselku. Ternyata dari Risa.

Risa
"Sayang, lagi apa?"
"Aku kangen kamu."

Ketika kumemandang chat darinya selalu bisa membuatku tersenyum namun kini malah membuatku bimbang.

Levania
"Hai sayang."
"Aku lagi duduk di teras."
"Kangen kamu juga, sayang."

Kemudian aku mematikan ponselku. Rasanya aku ingin mengambil jarak sementara waktu. Esok hari akan aku nyalakan kembali ponsel milikku ini.

Esok Hari

"Selamat pagi, sayang. Muach!"

Kulihat di depan rumahku sudah terdapat Risa. Tidak biasanya ia yang menyampar aku. Kebetulan ibu masih berada di pasar jadi tidak mengetahui kedekatan kami ini.

"Pagi, sayang. Kok kamu yang ke rumahku?"

"Kamu kemana? Semalam aku hubungin nggak aktif nomornya. Mau nyamper, hujan deras banget."

"Lowbat, jadi aku matiin lagi pula hujan plus petir kan. Ini baru mau hidupin terus telepon kamu."

"Hmm, dasar! Ya udah berangkat yuk!"

"Iya, Risa sayang."

Aku memakaikan ia helm dan kami berboncengan menuju kampus. Ternyata jalanan masih terasa agak licin karena hujan memang mengguyur semalaman. Udara dingin juga terasa menusuk rusuk.

"Sayang, dingin."

"Iya, peluk aku aja."

Pelukan Risa semakin kuat terhadapku sehingga membuat aku tersenyum mendapat perlakuan hangat dari gadis pujaanku ini. Setibanya di kampus kuparkir motor seperti biasa. Kemudian kami pergi ke kantin karena memang sama-sama belum sarapan. Lalu Risa dengan cepat memesan sarapan untuk kami nikmati bersama.

"Yank, mau sarapan apa?"

"Hmm, samain aja kaya kamu."

"Aku mau nasi uduk, mau?"

"Iya sayang."

Setelah tersaji, kami menyantap sarapan bersama. Aku terdiam sepanjang sarapan dan sesekali kulirik ia yang memerhatikanku. Namun aku pura-pura tidak tahu saja.

LWhere stories live. Discover now