L (18)

2.1K 702 89
                                    

Levania's POV

Kejadian kemarin benar-benar membuatku jadi tak bersemangat. Risa belum bisa menerima permintaan maafku. Terkadang aku tidak mengerti dengan hati ini, mengapa cepat sekali tertarik dengan seseorang?

Pagi ini aku akan menuju rumah Risa dan menjemputnya agar kami berangkat bersama. Pasti sepanjang jalan kami akan terdiam. Pesan dariku saja tidak ia balas sedangkan teleponku ditolak terus.

Kulaju motorku ke arah rumah Risa. Di halaman rumahnya sudah terdapat mama Risa yang sedang menyapu. Aku turun dari motorku dan menyapa beliau.

"Pagi, ma"

"Lho? Pagi, L. Kirain udah berangkat."

"Kan mau bareng Risa, ma."

"Barusan aja Risa berangkat diantar papanya."

Aku tersentak. Ternyata Risa sudah ke kampus bersama papanya. Semangatku semakin lesu saja.

"Oh gitu ya, ma. L  nggak tau sih, jadinya nyamper ke sini."

"Kalian lagi kenapa sih, L? Masa Risa bilang kamu diculik beruang."

Mataku terbelalak dan mendadak bingung. Setelah beberapa detik aku baru sadar bahwa itu tanda bahwa Risa kesal padaku.

"Hehe, nggak apa-apa. Masalah kecil aja kok, ma."

"Oh gitu, ya semoga cepat baikan lagi ya. Maaf, Risa memang anaknya susah buat dibujuk."

Kemudian aku langsung berpamitan dan menuju kampus seorang diri.

Di sepanjang jalan yang dingin ini terasa semakin dingin saja tanpa hadirnya Risa. Biasanya ada dia yang memelukku. Namun ini adalah konsekuensi yang harus aku tanggung.

Sesampai di kampus, aku memarkirkan motorku dan bergegas menuju lapangan. Hari ini adalah ospek terakhir dan sebagai penutup maka kami semua berkumpul di lapangan utama kampus. Nantinya akan digelar upacara dan serangkaian acara penutupan ospek.

"Pagi, L."

Tiba-tiba seseorang menepuk bahuku dan aku menoleh.

"Eh, pagi juga kak."

Ternyata itu kak Chris dengan ciri khas senyuman dan semangatnya. Setidaknya sedikit menaikan mood-ku yang turun drastis. Lalu ia menarikku untuk duduk di tepian lapangan karena di sana ada beberapa kursi kayu berukuran dua sampai tiga orang.

"Nah, duduk dulu. Belum mulai kok upacaranya, dari pada di lapangan."

"Iya kak."

"Kamu udah sarapan?"

Aku menggeleng, "Belum, kak."

"Lho? Kenapa? Sarapan itu bagus untuk modal awal menempuh hari."

"Nggak apa-apa kak."

"Kalau cewek bilang nggak apa-apa, biasanya ada apa-apa. Hayo kamu kenapa?"

Benar juga yang kak Chris bilang. Lalu ia mengeluarkan sesuatu dari tas ranselnya yang berukuran tidak terlalu besar. Ya kurang lebih hanya seukuran binder besar pada umumnya.

"Hmm, menurut kakak. Kalau kita akrab sama orang lain, salah nggak?"

Kak Chris menyodorkan aku sebuah kotak bekal berwarna biru muda, "Nih, makan roti lapis dulu sama aku. Kebetulan aku bawa ini, tadinya buat makan siang tapi kamu kan belum sarapan."

"Eh? Hmm, ng-nggak usah kak. Aku nggak lapar."

"Ambil nggak? Atau aku marah."

Aku yang sungkan lalu mengambil satu potong roti lapis itu dan kak Chris juga mengambil satu potongan lainnya. Masih tersisa dua potong lagi rupanya. Ternyata kak Chris perhatian juga padaku.

LKde žijí příběhy. Začni objevovat