L (22)

2.1K 536 35
                                    

Hari ini sesuai dengan perjanjian antara aku dan kak Iza. Maka aku mengajak Risa untuk menuju lokasi pemotretan. Kebetulan ini hari minggu jadi kami bisa meluangkan banyak waktu.

"Morning, baby. Muach!"

Aku mencium kening kekasihku. Kini aku sudah berada di rumahnya, tepat di terasnya. Ia sedang duduk sembari memakai sepatu casual berwarna putih.

"Sini, biar aku aja yang pakein."

"Ih, L. Nggak usah. Aku bisa sendiri, sayang."

"Udah nggak apa, diam kakinya."

Aku langsung bersimpuh dan menyimpulkan tali sepatunya. Risa melihatku sembari tersenyum. Setelah selesai, aku berdiri dan mengajaknya pergi.

"Let's go!"

"Iya, Levania."

"Hahaha, L aja sih. Duh kamu nih, gemes."

Kucubit kedua pipinya lalu memakaikan helm kepada Risa. Kemudian kami pergi menyusuri dinginnya jalan di pagi hari. Suasana hijau di kanan dan kiri jalan menambah sejuk keadaan kami saat ini.

Motor ini kulaju dengan kecepatan sedang sembari gadisku memeluk tubuh seperti biasa. Risa juga menopang dagunya di bahuku. Lalu kami bercerita supaya perjalanan ini tidak terasa lama.

"Akhirnya sampai juga, sayang."

Risa turun dan menggandengku. Lalu kami menuju lokasi dimana kak Iza berada. Di sana sudah terdapat kak Iza bersama seorang fotografer.

Suasana taman ini tidak terlalu ramai, hanya ada beberapa orang yang berlari-lari kecil atau berfoto-foto. Kami melambaikan tangan dari jauh dan kak Iza mengetahui keberadaan kami. Setelah kami mendekat dan berkenalan dengan seorang pemuda yang berprofesi sebagai fotografer ini, proses pengambilan gambar dimulai.

Hari ini masing-masing dari kami mengenakan tiga setelan berbeda. Sesekali kak Iza ikut mengarahkan gaya kepada kami dengan sabar. Ketika aku yang dipotret maka Risa dan kak Iza melihatku begitu juga sebaliknya.

Pemotretanku usai dan kini giliran Risa. Aku bersama kak Iza memerhatikan Risa yang sedang melakukan pemotretan. Kami berdua duduk sembari meminum es kopi yang diberikan kak Iza.

"L, ternyata Risa manis ya kalau sering-sering senyum gitu."

"Iya kak, banget. Tapi di keseharian ya gitu emang kak, rada flat mukanya."

"Hahaha, kamu ini. Tapi, gitu-gitu kamu sayang kan sama dia?"

Aku yang sedari tadi memerhatikan Risa seketika menoleh ke arah kak Iza. Dia juga mengarah pandang padaku. Mata kami bertemu dan aku jadi tergugup.

"Eh, anu. Hmm, maksud kakak?"

"Ya, pasti kamu sayang kan sama dia? Kalian kan sahabatan banget."

"Oh itu, iya kak pastinya. Hehehe."

Jantungku bergemuruh seketika. Aku kira kak Iza mengetahui hubungan terlarang kami. Sebab kami berdua berusaha bersikap biasa supaya orang lain tidak curiga akan kedekatan spesial di antara kami.

"L, kamu seneng kan atas kerja sama ini?"

"Banget, kak. Makasih banget ya kak."

"Iya sama-sama, nggak usah sungkan gitu."

Aku mengangguk dan tidak terasa pemotretan kami usai. Hasilnya akan diberikan kepada kak Iza oleh sang fotografer nantinya. Mungkin lusa sudah ada hasil.

"Girls, kita makan yuk! Udah siang nih. Di dekat sini ada tempat makan bakmi yang enak banget. Kalian harus coba deh."

"Hmm, boleh kak."

LWhere stories live. Discover now