L (10)

3.5K 1K 49
                                    

Hari ini aku dan Risa akan mengikuti study tour ke kota. Tentu kami sangat antusias dengan hal ini. Saat ini suasana sekolah telah riuh dengan canda tawa para murid.

Di lapangan ini kami telah dikumpulkan untuk mengetahui bus mana yang akan kami tempati serta dibagikan buku tugas untuk kami isi setelah sampai lokasi. Setelah semuanya telah menempati bus masing-masing maka kami dibagikan sarapan dan beberapa camilan untuk menemani perjalanan kami. Di bus berfasilitas AC, full music dan TV ini maka aku telah duduk di samping Risa dengan posisi Risa berada di dekat jendela.

"Akhirnya duduk juga kita, sarapan yuk!"

Risa menggeleng, "Aku udah sarapan di rumah."

"Oh, mau dimakan nanti gitu?"

Ia hanya membalas dengan anggukan saja dan menatap jendela kembali. Bus melaju dengan kecepatan sedang dan kami semua sembari sarapan yang ditemani indah pemandangan di kiri dan kanan bus. Aku mencoba menyuapi Risa tapi ia tetap tidak mau.

"Aku udah selesai sarapan ni sayang."

"Minumnya jangan lupa."

Aku mengangguk dan meminum air yang ada di botol mineral. Sementara Risa terus diam dan memandang keluar jendela. Aku menjadi bingung terhadap sikapnya.

"Sayang?" aku menyentuh pundaknya.

"Hmm?"

"Kamu kenapa sih? Kok diem aja? Yang lain pada seneng gitu."

Memang teman-teman sekelas yang lain dengan riang bernyanyi sembari diiringi alunan gitar akustik dari salah satu teman kami. Paling tidak bersenda gurau atau ghibah mungkin. Namun tidak dengan gadisku.

"Aku pusing."

"Kamu ada masalah?"

Risa hanya menggeleng dan menggembungkan kedua pipinya sembari memegang perutnya. Ia juga memberi kode untuk membuka ranselnya. Aku diarahkan untuk mengambil sesuatu dari tasnya.

"Ini sayang, kamu mual?"

Benar saja bahwa ia mual dan memuntahkan isi perutnya meski tidak begitu banyak. Aku terkejut karena diamnya Risa menahan perasaan tidak enak sedari tadi. Memang ini adalah pertama kali aku menaiki bus bersama Risa.

"Maaf, yank."

Aku tersenyum, "Nggak apa-apa. Masih mual?"

"Sedikit, sayang."

Kemudian ia menyandarkan tubuhnya pada bangku bus. Aku pandangi ia yang memejamkan matanya seakan lemas. Lalu aku mengambil minyak kayu putih dari dalam kantong kecil ranselku.

"Sayang, sini tiduran di paha aku. Biar aku pijit kepala kamu."

Risa menurut padaku dan aku memijat dengan perlahan kepala serta pelipisnya. Tidak lama ia tertidur dan aku menyelimuti tubuhnya dengan jaket yang cukup tebal ini. Ia hanya memakai sweater hitam di tubuhnya.

"L, Risa kenapa?"

Tiba-tiba seorang guru wanita yang merupakan wali kelasku datang menghampiri.

"Ini bu Mela. Risa habis muntah. Lemes dia, bu."

"Oh gitu, udah kamu kasih minyak kayu putih?"

"Udah bu, ni lagi saya pijetin."

"Ya udah, nanti ibu kasih minuman soda ya buat mengurangi mual."

Aku mengangguk dan tidak berapa lama bu Mela memberi aku satu kaleng soda untuk diminum Risa ketika sudah terbangun. Beliau merupakan guru muda berusia dua puluh tujuh tahun. Ia telah mengajar tiga tahun di sekolah kami.

LTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang