L (6)

4.9K 1.3K 106
                                    

Tidak lama kemudian ia terbangun dari tidur singkatnya. Aku memposisikan diri seperti biasa. Lalu Risa merentangkan tangannya dengan wajah yang masih mengantuk.

"Duh, aku ketiduran lagi. Tapi aku mimpi bagus banget."

"Mimpi apa?"

"Rahasia! Haha."

Risa langsung bangkit dan berlari menjauh dariku. Tanpa pikir panjang aku menyusulnya. Kami akhirnya sampai di rumah masing-masing dan beristirahat.

Esok Hari

Seperti biasa, hari Senin kami mulai dengan upacara bendera. Seluruh murid-murid dari kelas sepuluh, sebelas dan dua belas berkumpul menjadi satu. Posisi Risa selalu berbaris di depanku.

Ia merasa nyaman karena tubuhku dapat menutupi dirinya dari terik matahari. Tidak jarang di sekitar kami terdapat beberapa siswi yang pingsan karena tidak kuat berjemur lama di bawah sinar matahari seperti sekarang. Namun itu tidak pernah terjadi pada aku dan Risa.

Setelah upacara bendera usai, kelas kami kebagian pelajaran olahraga di jam pertama. Maka kami mengganti seragam putih abu-abu dengan seragam olahraga. Risa langsung menarik aku untuk berganti pakaian olahraga di dalam satu kamar mandi.

Sudah bertahun-tahun aku menjadi sahabatnya namun rasa berdebar itu selalu ada jika dekat dengannya. Apalagi di saat situasi seperti saat ini. Kami berganti pakaian dengan saling membelakangi.

"L, kamu udah selesai belum? Aku udah ni."

"Tunggu, Ri. Aku sebentar lagi, jangan dibuka dulu pintu kamar mandinya."

"Iya, tenang aja. Aku juga lagi ngelipat seragam kok."

Ketika sudah selesai, maka kami ke kelas dahulu untuk menaruh seragam putih abu-abu kami. Jam pelajaran olahraga dimulai dengan pemanasan pastinya. Seluruh siswa dan siswi begitu semangat.

Memang pelajaran paling mengasikan adalah saat olahraga. Kami dapat bergerak bebas dan mengekspresikan diri. Melihat canda dan tawa dari teman-teman rasanya bahagia sekali apalagi jika melihat Risa tertawa lepas.

Julukan Ratu Jutek langsung hilang seketika. Tanpa sadar aku jadi melamun dan aku langsung membuyarkan rasa terpanaku. Kini giliran aku dan Risa yang dinilai.

Saat ini pelajaran untuk bola basket berpasangan. Tugas kami adalah saling melakukan operan. Ada tiga operan yang harus kami lakukan yaitu bounch pass, chest pass dan overhead pass. Alias operan pantul, operan dada dan operan melewati kepala.

Kami berdua melakukannya cukup gesit dan dalam waktu yang cukup singkat jika dibandingkan teman-teman lainnya. Usai olahraga kami melakukan pendinginan dan diperbolehkan menuju kantin setelahnya. Risa menarik tanganku dan melewati tanjakan rumput yang ada di sekeliling lapangan dengan tergesa-gesa.

Namun Risa tergelincir dan jatuh. Aku yang ditarik olehnya ikut terjatuh juga. Tubuhku hampir menimpa tubuh Risa namun aku bisa menahan untuk tidak terjatuh di atas tubuhnya.

Lalu tatapan mata kami bertemu sepersekian detik. Lagi, dadaku bergemuruh kembali. Perasaan itu membuatku gugup namun begitu nyaman dan hangat terasa.

"Woy! Bangun! Jangan pacaran aja." celetuk dari salah satu teman perempuan kami yang memang suka ceplas-ceplos bicaranya.

Seketika Risa dan aku terbangun. Aku membantu Risa untuk berdiri. Naas, kakinya terkilir dan ia jadi terbata-bata dalam berjalan.

"Eh, ya ampun. Sini gue bantu. Kasian bener lo, Ri."

Teman kami tadi akhirnya membantu Risa menuju unit kesehatan siswa supaya dapat penanganan. Ia dibaringkan di bangsal dan aku menunggunya. Sementara teman kami yang tadi menuju kantin untuk beristirahat.

LTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang