L (15)

2.4K 748 43
                                    

Genggam tangannya terus menarikku menuju parkiran yang sudah sepi. Dedaunan kering beberapa kali terkena seret langkah kami. Entah, kebiasaan Risa terulang kembali.

"Sayang, pelan-pelan. Jangan tarik aku kaya gini dong."

"Sekarang jelasin ke aku."

"Jelasin apa?"

"Cewek yang tadi siapa?"

Risa melipat kedua tangannya tepat di dekat motorku. Ia berwajah dingin, sudah lama ekspresi itu tidak nampak darinya dan kini muncul lagi. Aku menghela napas lalu menjelaskan perlahan.

"Kak Iza. Senior aku. Dia yang bimbing ospek hari pertama."

"Oh."

"Sayang, kenapa kaya gini sih? Jangan ngambek dong sama aku."

"Lagian kamu berdua aja sama dia. Ngapain coba?"

"Nggak ngapa-ngapain, sayang."

"Masa?"

"Iya, Ri. Kami hanya ngobrol biasa."

Risa kemudian terdiam dan aku terus memandangnya.

"Kalau memang begitu. Coba buktiin ke aku."

"Caranya?"

"Ya kamu pikir aja sendiri. Gimana buat aku percaya ke kamu kalau memang kalian nggak ada apa-apa."

Kini malah aku yang terdiam dan memikirkan cara untuk membujuk Risa agar tak marah lagi kepadaku.

"Sayang?"

"Hmm?"

"Jangan ngambek lagi ya, aku sayang banget sama kamu."

Aku menangkupkan wajahnya untuk semakin mendekat ke arahku. Kemudian aku mengecup keningnya dan mendekapnya penuh sayang. Tidak lama Risa membalas pelukanku.

"Aku juga sayang kamu, nggak mau kehilangan kamu."

Akhirnya kami pulang menuju rumah masing-masing. Setelah mandi dan makan malam. Aku menuju kamar untuk mengistirahatkan tubuhku.

Tiba-tiba ponsel yang sedang aku charge berbunyi singkat beberapa kali. Rupanya ada pesan yang masuk. Namun karena aku lelah maka tidak langsung aku buka.

Aku meneruskan kegiatanku dengan membaca buku panduan ospek yang hari ini diberikan oleh senior. Masih ada tiga hari lagi dan rasanya aku ingin segera menyelesaikan. Kemudian aku membuka ponselku dan ternyata ada nomor baru.

New Number
"Hai, L."
"Selamat malam. Ini aku, Iza."
"Ini aku kirim video kamu ya."

Deg!

Ternyata itu kak Iza. Dari mana ia tahu nomor ponselku?

Aku melihat video yang ia kirim ternyata kak Iza benar-benar memvideokan hingga usai. Antara malu dan senang karena yang merekam adalah ia. Kemudian aku membalas pesannya dan menyimpan nomornya.

Levania
"Malam kak Iza."
"Makasih banyak ya kak, jadi malu."
"Oh iya, kakak tahu nomorku dari mana?"

Aku langsung mengirim pesan balasan itu dan untuk beberapa menit belum terbaca. Hatiku jadi berdebar menunggu balasan dari kak Iza. Tapi ternyata pesanku berbalas juga.

Kak Eliza
"Kembali kasih, L."
"Nggak perlu malu, masih pake baju kan?"
"Dari kampus. Biodata mahasiswa/i baru."

Aku yang membaca pesan itu dengan spontan menepuk dahiku. Benar juga yang kak Iza bilang. Pasti tahu dari kampus masa dari orang lain? Aku kan anak baru.

LTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang