L (24)

2K 433 85
                                    

Motor ini kuparkirkan di bawah pohon rindang. Aku melangkah menuju sebuah restoran karena ingin menemui seseorang. Kulihat arloji menunjukan pukul empat sore lewat sedikit.

"Hai, L. Sini!"

Kulihat ada seseorang yang menyerukan namaku dari meja bernomor sembilan. Aku langsung melambaikan tanganku dan menghampiri. Kemudian kami bercipika-cipiki.

"Udah lama kak?"

"Baru setengah jam kok, macet kah?"

"Ya sedikit."

"Ya udah kamu mau pesan apa? Udara di luar lumayan panas lho."

"Terserah kakak aja."

Lalu kak Iza memesankan aku minum dan camilan untuk menemani ngobrol kami sore hari ini. Ia tersenyum di hadapanku sembari menyeruput segelas ice coffee. Aku terdiam sembari memainkan ponselku untuk mengabari Risa bahwa aku telah bertemu kakak tingkatku.

"L, udah selesai main HP-nya?"

Tiba-tiba kak Iza memegang tanganku dan membuatku tersentak karena tangannya begitu lembut serta hangat.

"Eh, kak. I-Iya, udah kok."

"Gimana? Mau ngobrolin apa?"

"Anu kak,"

"Anu apa? Ngomong yang jelas dong, L."

"Itu, masalah chat kakak yang terakhir."

Kemudian kak Iza terdiam sejenak sembari menopang dagunya dan menatapku. Ia terdiam beberapa detik sebelum melanjutkan pembicaraan. Aku langsung menyesap perlahan segelas jus mangga yang dipesan oleh kak Iza.

"Ya kan aku bener, L. Masih ada kamu, jadi nggak perlu galau. Lagian aku udah tau dari beberapa bulan lalu tentang hubungan Farhan dan Chris."

"Hmm, kenapa kakak nggak marah dan seolah-olah biasa?"

"Because, I don't care."

Aku kebingungan dibuatnya dan spontan menggaruk tengkuk yang tak gatal ini.

"Ya kenapa nggak peduli kak? Kak Farhan kan pacar kakak."

"Just for a status."

"Ha? Maksudnya kak?"

"Ya, kamu tahu lah pastinya."

Kak Iza mengedipkan sebelah matanya sembari tersenyum padaku. Lalu ia memakan kentang goreng sembari memainkan ponselnya. Aku yang didiamkan langsung kikuk di hadapannya.

"T-Tahu apa kak? Aku jadi bingung banget nih."

"Aduh, L. Kamu kok polos banget sih? Aku tuh tahu sebenarnya kamu sama Risa punya hubungan khusus kan?"

Deg!

Aku langsung menunduk dan semakin bingung disertai panik. Kak Iza dapat mengetahui hubungan terlarang yang kami jalin. Namun ia berwajah tenang sekali.

"Udah, kita sama. Tenang aja, L."

Seketika wajahku terangkat dan menatapnya. Kak Iza tersenyum sembari mengerling padaku. Ia juga menggenggam dan mengelus kedua tanganku.

"M-Maksud kakak?"

"Ya kita ini sama-sama pecinta wanita."

"J-Jadi kakak?"

"Yes, I'm a lesbian. And I think, I like you."

Deg!

Seketika badanku bergetar menerima kenyataan tersebut. Ternyata kak Iza seperti kami. Jujur dadaku bergemuruh rasanya ketika mengetahui pengakuan kak Iza.

LWhere stories live. Discover now