DM || Bagian 16

13.7K 1.7K 47
                                    

"Malam ini, keranda kematian akan kembali ditandu. Tinggal menunggu, siapa yang akan ada di dalamnya, dan nama yang akan tertulis di nisannya."

OoO

"JIHAN!"

Isabel dan Riri menjerit. Mereka nyaris berlari masuk sebelum Yuta berhasil menahan lengan keduanya. Berniat menjauhkan kedua gadis itu dari teror buruk yang menyerang mereka malam ini. Sayangnya, cengkraman Yuta pada lengan Isabel terlepas. Dia berhasil berlari masuk ke kamar. Ingin menyelamatkan nyawa Jihan yang belum tentu nyawanya sendiri akan terselamatkan.

"Riri biar nunggu disini sama Abas sama kamu, Mal. Biar saya sendiri yang nyusul Isabel. Apapun yang terjadi, jangan susul kita!" Yuta menatap tegas.

"Tapi, Yut--" Kamal mencoba menyela.

"Abas sama Riri butuh kamu, Mal. Jagain mereka berdua," ucap Yuta. Tersenyum samar sebelum berlari menyusul Isabel.

"JANGAN BAWA JIHAN!"

Yuta langsung terdiam ketika berhasil menyusul Isabel yang kini tengah berdiri di pojok kamar. Pemuda itu terperangah. Yuta ... benar - benar tidak menyangka jika wujud Mayang akan sebegitu mengerikannya. Mata merah yang menatap nyalang pada sekitar. Lelehan darah yang terus menetes dari sisi wajahnya yang tertutupi rambut. Kuku panjang yang bahkan menjuntai sampai ke tanah. Dan rambut panjang Mayang, yang kini tengah membelit leher Jihan; membuat gadis itu meronta karena paru - parunya yang mulai kehabisan oksigen.

"I-isabel--" Jihan tersedak. Kakinya terus menendang udara untuk mencari pijakan. Wajah pucatnya sudah mulai membiru. Tetesan darah nampak mengalir dari lehernya. Jihan terkulai lemas. Dia ada di ambang nyawanya.

"LEPASIN JIHAN!" Isabel berteriak panik. Dia mencoba melempar apapun yang hanya berefek nihil di tubuh Mayang. Yuta yang sedari tadi berusaha menahan lengannya tetap tidak berguna. Isabel benar - benar panik.

"Apa yang harus aku ambil buat bunuh Mayang?" Isabel berbisik lirih. Sejenak dia diam dan menatap dalam.

Pisau.

Isabel butuh pisau.

Meski terdengar mustahil, Isabel akan berusaha keras membunuh Mayang. Meskipun perkenalan mereka dengan Jihan sesingkat itu, Isabel tidak mau jika perpisahan mereka akan datang secepat itu pula.

Isabel sudah berjanji jika Jihan juga akan selamat.

Pergi keluar dari desa terkutuk ini bersama mereka.

Jihan tidak boleh mati.

Tanpa basa - basi Isabel langsung berlari ke dapur. Dia mengobrak - abrik barang - barang di meja sebelum berhasil menemukan apa yang dicarinya. Sebuah pisau besar. Isabel langsung berlari masuk ke dalam.

"Isabel, jangan gegabah!" Yuta berteriak memperingati ketika Isabel berlari begitu saja melewatinya dengan pisau yang terangkat mengancam.

"LEPASIN JIHAN ATAU AKU BUNUH KAMU SIALAN!" Isabel buta. Dia terlalu putus asa dan jatuh dalam ambang ketakutannya. Isabel ... hanya tidak mau kehilangan siapapun yang sudah dianggapnya teman.

Mayang menyeringai. Dengan satu sentakan, dia membelit tubuh Isabel dengan rambutnya dan mengangkat tubuh mungil itu tinggi - tinggi. Pisau yang tadi terarah pada Mayang, kini berbalik terpaksa menghadapnya. Bersiap menusuk lehernya sendiri.

Keadaan sudah berbalik.

"Dua. Hehe. Dua," Mayang tergelak senang, "kalau dapat dua, hidupnya akan lebih lama. Tidak akan ada yang luka lagi. Tidak ada yang rusak lagi. Kamu... juga harus mati."

Desa Mati [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang