Chapter 31

4.3K 286 90
                                    

Cek Mulmed
Acha Septriasa - Sampai Menutup Mata

Happy Reading ❤

-💃-

Seren mengetuk pintu kamar Ara pelan, namun sudah tiga menit menunggu tidak kunjung dibuka oleh sang pemilik kamar. Ada rasa khawatir dan penasaran di dalam dadanya. Ia menarik kenop pintu agar menimbulkan suara, tetapi tetap tidak berhasil.

Ia melangkahkan kakinya menemui asisten rumah tangga Ara, berniat meminjam kunci cadangan karena perasaannya tidak enak. Untuk saat ini, ia tidak memikirkan apa pun. Bertemu Ado dan berpamitan dengannya juga ia nomor duakan karena Ara lebih penting. Ia tahu, Ado pasti akan mengerti kondisi saat ini.

Ia membuka pintu berwarna cokelat menggunakan kunci cadangan, melangkahkan kakinya agar lebih masuk ke dalam. Baru tiga langkah, ia melihat pemandangan yang sangat jauh berbeda dan bertolak belakang dengan keseharian Ara.

Seren berjalan seraya mengambil barang-barang yang berantakan di lantai. Ia mengerti perasaan Ara yang jauh lebih hancur daripada dirinya. Ia menempatkan dirinya di posisi Ara. Biar bagaimanapun, ia juga pernah melakukan hal yang sama bahkan di tempat umum, rumah sakit.

Gadis yang masih menggunakan pakaian serba hitam itu duduk dengan pandangan yang lurus menatap jendela kamarnya. Gadis itu sepertinya tidak benar-benar berpikir, dia menghabiskan waktunya dengan merenung dan menangis.

Ia menghampiri Ara, mengusap kepalanya lembut, lalu memeluk Ara yang masih merenung. Tampaknya gadis itu belum sadar dengan kehadiran Seren, ia menepuk kedua tangannya meyadarkan Ara dari lamunan panjangnya.

"Dia ninggalin gue, Ren. Dia pergi, bunuh diri. Dia jahat banget sama gue, Ren."

Seren menutup mulutnya menggunakan tangan kanan. Apakah Delvin yang ia kenal benar-benar melakukan hal nekat itu? Bunuh diri? Apa seberat itu masalah hidupnya? Seren harus menguatkan dirinya agar isak tangisnya tidak pecah di hadapan Ara. Selama ini Ara yang selalu memberinya semangat dan kali ini, biarkan Seren yang akan melakukannya untuk Ara.

"Jangan nangis, Ra. Itu keputusan dia dan cuma dia yang paling ngerti sama kondisi dia. Kita cuma bisa lihat luarnya doang, 'kan? Apa pun itu, lo harus berusaha buat nerima keadaan. Gue nggak mau lo sedih terus sedangkan Delvin makin nggak tenang di sana. Ayo, semangat, Ra." Seren mengepalkan kedua tangannya di hadapan Ara lalu meraih tangannya. Ia menuntun Ara berjalan ke ranjangnya agar gadis itu bisa beristirahat.

"Tidur, ya, Ra. Gue bakalan nemanin lo di sini. Ingat, besok kita sekolah. Eh, kalau lo masih mau nenangin diri juga nggak apa-apa, gue sendiri aja." Ia menarik selimut hingga ke bahu Ara lalu mengusap rambut Ara perlahan agar rasa sedihnya berkurang dan dia tidak perlu berpikiran bahwa dia hidup sendirian.

Ara menatap Seren, menarik bibirnya agar tersenyum. "Besok gue sekolah, kok. Mana mungkin gue biarin lo sendiri."

-💃-

Seren sudah siap dengan seragam sekolah yang sebelumnya diantar oleh mama Seren. Mamanya sempat menawarkan untuk berangkat bersama, namun ia menolak dengan alasan ini waktu mereka berdua memulai semuanya dari awal.

Setelah memoles make up, ia naik ke atas ranjang dan mulai melompat-lompat agar Ara bangun. "Bangun! Gue nggak mau sekolah sendirian! Bangun koala!"

Serendipity [Completed]Dove le storie prendono vita. Scoprilo ora