Epilog

6K 312 110
                                    

Kalau suka sama ceritanya boleh dong rekomendasiin ke temen-temennya hehe.


Happy Reading ❤

-💃-

Gadis yang sedang menggunakan gaun pengantin tampak kesulitan memasuki tempat yang seharusnya tidak perlu ia kunjungi di saat seperti ini. Harusnya ia mengganti bajunya terlebih dahulu, tetapi ia sudah tidak memiliki waktu karena takut hari semakin larut.

Tangan kirinya digunakan untuk memegang gaun pengantinnya, sedangkan tangan kanan digunakan untuk membawa buket bunga. Seren melangkahkan kakinya pelan di antara makam-makam yang lainnya. Ia tersenyum tipis melihat makam kedua orang yang sangat berarti di hidupnya.

Ia langsung duduk di samping makam Ado tanpa memikirkan nasib gaun pengantinnya. "Hai, Ado. Aku datang lagi, tapi bukan sendiri dan bukan nangis-nangis lagi." Ia mengakhiri ucapannya dengan terkekeh.

Ia menarik tangan laki-laki yang sedang menggunakan jas berwarna hitam. Laki-laki itu menurut, mengusap batu nisan Ado dengan senyuman tulusnya tanpa merasakan cemburu karena Seren beberapa kali mengunjungi TPU hanya untuk menceritakan beberapa hal yang baru saja terjadi di hidupnya.

"Aku juga bawain buket bunga buat kamu, Do. Habisnya bingung mau ngasih apa, kalau udah malam nggak ada yang jual bunga yang biasa aku taburin itu." Ia meletakkan buket bunga yang berukuran sedang di bawah batu nisan yang bertuliskan nama Ado.

"Ado, gue janji bakalan jaga Seren karena sekarang kami udah resmi jadi pasangan suami istri. Bukannya buru-buru, tapi gue juga nggak mau kalau Seren sendirian terus mikirin hal-hal di masa lalu."

Seren mengangguk-angguk setuju dengan ucapan Kino. Ia menjentikkan jarinya teringat sesuatu. "Oh iya, kami bakalan pindah universitas karena mau lanjutin di luar negeri," ujar Seren lalu beranjak karena hari sudah semakin larut. Ia mengulurkan tangannya membantu Kino berdiri lalu keduanya melambaikan tangan ke makam Ado sebelum benar-benar meninggalkan makam Ado.

Selama di perjalanan, Seren memilih mengedarkan pandangannya ke jendela agar Kino tidak banyak bertanya. Ia kembali mengingat saat pertama kali bertemu Kino di tempat yang tidak pernah diduga sebelumnya.

Rintik hujan semakin deras, namun tidak menjadi penghalang bagi gadis yang sejak tiga jam lalu duduk, merenung, dan sesekali berteriak kesal di tumpukan tanah yang masih dihiasi banyak bunga.

"Gue udah perhatiin lo beberapa hari dan ternyata anak SD lebih paham arti mengikhlaskan daripada lo."

Seren menengadah, memperhatikan seseorang yang tidak ia kenali tengah berbicara dengan gaya sombongnya. Seren memukul kaki laki-laki itu kesal. "Mending lo pergi, gue nggak mau diganggu."

Bukannya pergi, laki-laki itu malah duduk di samping Seren. Dia memandang tumpukan tanah itu lalu beralih menatap Seren. "Gue nggak mau pergi. Gue nggak sejahat itu dan gue bakalan jagain lo selama di sini."

Awalnya ia tampak biasa saja, namun lama-kelamaan ia luluh karena sikap hangat yang laki-laki itu berikan walaupun sudah sering dimaki oleh Seren. Dia juga sering menceritakan film-film yang dia tonton. Bukan, dia tidak sekadar menceritakan melainkan memetik pelajaran dalam film-film itu.

Waktu terus berjalan, sifatnya semakin perhatian. Seren seperti melihat sosok Ado di sana. Ia perlahan mencoba melupakan Ado lalu menerima laki-laki yang selalu hadir saat ia terpuruk. Tidak ada yang tahu, bukan? Pertemuan yang tidak disengaja berakhir dengan tawa bahagia?

Kino menepuk pelan bahu Seren agar kembali sadar dan tidak merenung. "Nggak baik kalau keseringan melamun." Seren menunjukkan deretan giginya ke arah Kino. Laki-laki itu terkekeh dan kembali fokus mengemudi.

Dering notifikasi pesan masuk membuat Seren mengalihkan pandangannya dari Kino. Ia mengambil sling bag yang berada di kursi penumpang. Dengan cepat ia memeriksanya karena takut itu adalah hal penting. Pesan singkat yang baru saja masuk membuatnya tersenyum lebar. Sudah lama sekali tidak bertemu dengan Ara. Berbicara tentang gadis itu, Ara memilih melanjutkan pendidikannya di luar kota. Ara lebih dulu pindah. Seren sudah memintanya untuk menyelesaikan SMA, namun Ara menolak. Ia buru-buru menekan pesan masuk dari Ara.

Ara syantik
Happy wedding!
Besok gue ke rumah, ya.
Gue bela-belain ngambil cuti demi lo, tapi nggak kesampaian juga buat datang di acara.

Setelah membalas pesan singkat Ara lalu meletakkan kepalanya di bahu Kino. Laki-laki itu mengusap rambut Seren penuh kasih sayang. Kondisi jalanan yang cukup ramai membuat Seren kembali ke posisi awal karena takut membuat Kino tidak fokus. Ia mengeluarkan buku kecil dari dalam tasnya lalu menuliskan beberapa kata di lembaran yang masih kosong.

Terima kasih, Tuhan. Ternyata rencana-Mu begitu indah. Setelah Ado pergi, ternyata ada yang lebih indah dari dia.

-Dua tahun setelah kematian Ado.

-💃-

Sampai ketemu di sequel!














Tapi, boong hehe.

Happy ending!

Huah😂 Akhirnya cerita ini selesai juga. Aku  nggak jahat sebenarnya. Mana mungkin biarin Seren sendirian nggak punya jodoh wkwk.

Aku juga ngucapin makasih buat yang udah mampir, vote, apalagi komen. Sering-sering mampir di cerita aku yang lain, ya. Hehe. 😂

Satu lagi deng. Selamat Hari Raya Idul Fitri, mohon maaf lahir dan batin. ❤

Semoga suka sama endingnya. ❤

Serendipity [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang