5

87.8K 7.1K 308
                                    

"Dir, ngantin kuy!" Ajak Ghea

"Kuy!"

Mereka berdua jalan menuju kantin, lalu duduk di tempat biasa yaitu di pojok. Untungnya masih kosong. Namun wajahnya yang terlihat kesal itu langsung mengundang pertanyaan dari Ghea, "Lo kenapa mukanya asem gitu?"

Dira tidak menghiraukan pertanyaan Ghea, Dira malah bertanya, "Lo tau Pak Rafly kan?"

Ghea tertawa, "Tau lah. Dia tiap Minggu ngajar kelas kita kali. Lagi pula ya siapa sih di kampus ini yang nggak tau dia? Sampe ibu kantin paling pojok aja nih tau deh Pak Rafly yang mana." Jelas Ghea

"Iya gue tau, nggak usah di perjelas juga ibu kantinnya."

"Kenapa lo nanya tentang dia?" Tanya Ghea

"Kemarin masa gue di suruh ke kampus terus ngoreksi—" ucapannya terhenti karena Ghea berbicara sangat nyaring

"HAH?! SERIUSAN LO? DEMI APA? KOK BISA SIH?" Tanya Ghea heboh

Dira menghembuskan nafas nya kasar, "Biasa aja kali. Lo di liatin tuh sama cabe."

Ghea langsung melihat ke belakang, ternyata benar. Ia menjadi pusat perhatian.

"Terus terus gimana?" Tanya Ghea penasaran

"Ya gue dateng ke sana habis itu belum kelar gue selesain koreksi eh dia malah ngajak gue makan."

Ghea mengibar-ngibarkan tangan kanannya di depan mukanya sambil memeragakan orang yang kehabisan napas.

LEBAY.

"OH MY GOSH! MO MENINGGAL GUE."

SUMPAH INI SI GHEA LEBAY

"Apa sih alay deh."

Ghea menormalkan wajahnya kembali. "Nah ini nih ciri-ciri manusia kurang bersyukur."

"Hus! Lo ngomong apa sih."

"Ya abis nya lo deket banget sama doi siapa coba yang nggak iri?" Tanya Ghea

Dira memutar bola mata nya malas. Sudah Dira duga, cerita dengan Ghea tidak akan menyelesaikan masalah.

***

"Anindhira!" Sapa seseorang dari belakang

Dira menoleh,

NGAPAIN SIH INI BAPAK-BAPAK?

Dira langsung kembali berjalan tanpa menghiraukan orang yang meneriakinya. Tiba-tiba tangannya dicekal oleh orang tadi. Dira kemudian berhenti, "Bapak cabul!"

Rafly langsung mengerutkan keningnya, lalu Dira menunjukan matanya kearah tangan mereka. "Saya nggak cabul ya!" Kemudian Rafly melepaskan cekalannya.

"Terus ngapain pegang-pegang saya? Nggak sopan tau."

"Bukannya kamu yang tidak sopan? Saya panggil dari tadi nggak nyaut. Saya masih dosen kamu kalo kamu lupa."

Gue inget ya kalo bapak-bapak ini dosen gue. Akan gue inget sampe mati pun, karna dia dosen ter-killer yang gue temuin!

"Anindhira!"

"Hah? Iya pak?"

"Kamu ke ruangan saya sekarang."

"Loh ngapain? Disini aja kalo mau ngomong, Pak."

"Memang siapa yang mau bicara sama kamu? Nggak usah pede, ya."

Dira mendengus kesal.

"5 menit saya tunggu dari sekarang." ucapnya lalu meninggalkan Dira yang masih diam di tempat.

Dosen, Selalu Benar [TAMAT] BELUM REVISIUnde poveștirile trăiesc. Descoperă acum