30

47.3K 3.5K 14
                                    

Dira sedang duduk di hadapan ayah nya. Dira tiba-tiba di panggil untuk menghadap rektor yang tak lain adalah ayah nya sendiri. Dira mempunyai firasat buruk, tidak mungkin kan ayah nya tiba-tiba memanggil Dira jika bukan hal yang mendesak atau penting? Biasanya mereka jika berkomunikasi hanya melalui telpon saja tidak pernah berbicara di Ruang Rektor.

"Ada apa yah?" Tanya Dira tanpa memanggil 'Pak'

"Kamu sama sekali nggak tau alasan kamu di panggil ke sini?" Tanya Ayah

Dira menggeleng cepat

"Ayah to the point aja. Tadi ayah nerima laporan kalo kamu mesra-mesraan sama Pak Rafly di koridor. Apa itu benar?" Tanya Ayah dengan penuh penekanan

Dira langsung menatap ayahnya, memang siapa yang berani mengadu masalah sepele seperti ini?

Tunggu.

Apa katanya? Mesra-mesraan?

"Aku gak mesra-mesraan sama dia, Yah. Aku cuma di panggil sama dia buat ke ruangan nya gitu doang udah." Jelas Dira

Ayah langsung mengeluarkan ponsel nya dan memperlihatkan foto Dira yang tangan nya di pegang oleh Rafly

"Ini apa? Dira, Ayah tau kalo kalian berdua saling menyukai, tapi gak perlu di pamerkan di Kampus. Itu bisa menyebarkan fitnah. Mereka akan sirik sama kamu. Mentang-mentang kamu anak rektor di sini kamu bisa mesra-mesraan sama dosen sendiri pikir mereka. Dira, nama ayah juga ikut jatuh kalo seperti itu caranya. Selain itu, nama baik kamu juga Pak Rafly bisa jatuh. Kamu gak mau kan ini terjadi lagi? Kamu gak mau kan jadi bahan gunjingan orang lain? Tolong, ayah mau kamu di bicarakan oleh orang lain karena kamu berprestasi bisa membawa nama kampus kita lebih baik lagi bukan cuma sensasi. Dira paham?" Tanya Ayah

Dira mengangguk lesu setelah mendengar pidato ayahnya. Jujur saja, Ayah nya bukan tipe orang yang cerewet, Ayah nya terlalu pendiam tetapi banyak bertindak. Dira baru mendengar pidato Ayah nya ini setelah beberapa lama ia tidak dengar. Jujur, ada rasa kecewa dalam diri nya, karena Dira merasa tidak melakukan kesalahan seperti yang ada di foto tersebut. Itu hanya salah paham. Lagi pula, Dira juga tidak ingin di ganggu oleh Rafly.

"Dir, kamu ngerti kan yang Ayah omongin?" Tanya Ayah yang melihat putri nya diam saja

Dira terperangah, "Eh iya aku ngerti. Maafin Dira udah ngebuat nama baik Ayah jelek." Ucap Dira tanpa melakukan pembelaan

Ayah mengangguk sembari tersenyum

"Oh iya satu lagi. Ini penting banget." Ucap ayah yang merubah gaya bahasa nya bukan seperti tadi.

"Apa yah?" Tanya Dira yang mulai penasaran

"Boleh sih pacaran, tapi jangan terlalu diumbar. Kalo mau ketemuan, ketemuan nya di ruangan dia aja. Oke?" Bisik ayah yang membuat Dira terkekeh geli

"Ish apaan sih, lagian ya Dira tuh udah putus sama dia." Jawab Dira santai

"Putus? Emang kapan kalian pacaran?" Tanya Ayah

"Eh hah? Ayah gak tau?" Tanya Dira

Jadi selama ini Bunda nggak pernah cerita apapun dong soal Rafly ke Ayah. Bagus lah, Bunda kan suka nambahin cerita biar keliatan calon menantu nya keren.

Ayah menggeleng, "Kamu nggak cerita sama kita." Ucap Ayah. Yang di maksud 'Kita' adalah Ayah dan Bunda

"Aduh!" Ucap Dira sambil memegang perut nya

Ayah panik, "kamu kenapa?" Tanya ayah

"Duh perut aku sakit, kek nya aku harus pulang deh. Maag aku kambuh." Ucap Dira yang masih setia memegang perut nya sambil mengaduh kesakitan

Dosen, Selalu Benar [TAMAT] BELUM REVISITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang