22

50.3K 3.7K 105
                                    

"Dir, kamu gak kuliah?" Tanya Bunda sembari menepuk-nepuk kan tangan nya ke pipi Dira

Dira menggeliat, "ngga, hari ini aku libur"

Bunda nya langsung meninggalkan Dira, membiarkan putri semata wayang nya itu tidur lagi karena ia tau semalam Dira pasti nonton drama Korea sampai larut malam karena semalam setelah Bunda dari kamar kecil, ia mendengar suara jerit-jerit dari kamar Dira.

Drrtt..drrtt..

Pak dosen ✨ is calling

"Siapa sih pagi buta gini nelpon" Dira bermonolog dengan mata tertutup nya sambil meraba-raba letak ponsel nya

Setelah melihat id caller nya, Dira langsung membuka mata nya lebar-lebar, dan menetralkan suara khas bangun tidur nya agar terdengar sepeti sudah bangun sejak tadi

"Selamat pagi pacar" sapa Dira

"Selamat pagi juga, Dira"

"Kenapa telpon?"

"Ingin dengar suara kamu"

Dira hendak mengomel karena bahasa nya terlalu baku

Tapi tiba-tiba pintu di buka, ternyata Bunda

"Udah bangun? 10 menit yang lalu perasaan belum bangun deh" ujar bunda santai

Dira hanya menampilkan gigi rata nya dengan terpaksa, bahaya ini.

"Oh iya, bunda minta tolong ya beliin beberapa bahan dapur yang kosong nanti ke supermarket" ucap bunda lalu meninggalkan putri nya yang sekarang sedang menggigit telunjuk nya

"Apa? Kamu baru bangun?" Suara Rafly mengagetkan Dira yang tengah panik, sudah Dira duga pasti Rafly mendengar kan bunda nya ngomong. Ah si Bunda datang gak tepat waktu.

"Anindhira?"

"Ah iya?"

"Saya tidak suka kalau kamu terlalu tidur larut malam hingga kamu bangun siang" ucap Rafly

"Kok tau aku semalem tidur larut?"

"Sudah pasti, kebanyakan orang-orang bangun siang karena semalam begadang."

"Hmmm... Tapi ada kok beberapa yang suka bangun siang tapi semalem gak begadang" elak Dira

"Pasti, pasti ada. Itu namanya orang bego, tidak tau waktu berapa jam harus tidur." Tegas nya

Dira menghela napasnya kasar, "kok ngomong nya baku banget? Kan kemarin udah sepakat"

"Sepertinya saya tidak terbiasa"

"Yahhh..."

"Saya mau ngajar"

"Oke, semangat pak dosen"

Tut..tut

Dira melihat ponsel nya, "hih di matiin! Bukannya bilang makasih kek ato apa gitu, gini nih nasib punya pacar jenis manusia formal"

***

Dira sedang mengantri membayar belanjaan yang ada di troli miliknya, lalu ia melihat ke kanan-kiri, ia melihat seseorang yang tampak familiar menurut nya. Tapi siapa?

Flashback on

"Dira, mau makan es krim?" Tanya pria yang berdiri di samping Dira yang sedang duduk

"Aku gak mau itu" jawab Dira

"Terus mau apa?"

"Mau pulang aja"

Pria tersebut mengacak-acak rambut Dira, lalu menggenggam tangan nya dan mengajak pergi

Sekarang ia berada di atas motor di boncengi oleh pria tadi sambil memeluk pria itu dari belakang, sangat erat.

Flashback off

"Mbak?" Tanya sang kasir yang melihat Dira melamun. Namun Dira sama sekali tak bergeming

"Mbak?" Sekali lagi, sang kasir memanggil nya dengan nada lebih tinggi dari sebelumnya

Dira menatap sang kasir dengan tatapan seperti 'ada apa' namun sedetik kemudian ia menyadari bahwa di depan nya sudah kosong, dengan langkah canggung ia memberi kan apa yang ia beli

Dira menoleh ke tempat tadi yang di mana ia seperti melihat 'seseorang yang ia kenal'

"Jadi 376.700 mbak" ucap sang kasir

Dira langsung memberikan kartu kredit dari dalam tas nya. Ia kemudian menenteng kantong plastik tadi. Ia melihat sekeliling terlebih dahulu sebelum ia melanjutkan langkah nya

****

"Bun!" Ucap Dira

Bunda bergumam singkat

"Tadi-" ucap Dira ragu-ragu

Bunda menoleh, "apa Dir?"

"Eh nggak deh, aku masuk kamar dulu ya"

Bunda mengernyit heran lalu acuh

"Tadi siapa sih? Kok kayak dia?" Ucap Dira sambil merebahkan tubuh nya ke kasur

"Gue jadi inget-"

Sebelum Dira melanjutkan ucapan nya, ponsel Dira berbunyi

"Halo"

"Saya sebentar lagi ada rapat"

Dira menautkan alis nya, "terus?"

"Saya hanya memberi tau"

"Tapi aku gak mau tau"

"Ya sudah"

Tut..tut

Panggilan di putuskan secara sepihak oleh Rafly, Dira hanya mengernyit heran. Apa ada kata-kata yang salah ia ucapkan?

***

Pagi itu, Rafly tidak menjemput nya. Bahkan, dia tidak menghubungi Dira terlebih dahulu. Begitupun dengan Dira, ia tak mencoba memberi kabar terlebih dahulu, karena menurutnya itu tak terlalu penting. Begitulah, sama-sama egois.

"Ghea" ucap Dira

"Napa?"

"Gue kemarin ngeliat dia"

Ghea mengernyit bingung, "Dia?"

Dira mengangguk

"Maksud lo si-" ucapan Ghea terpotong

"Ah ada telpon, bentar ya"

Dira langsung mengangkat telpon tersebut dan sedikit menjauh dari Ghea. Setelah selesai, Dira kembali

"Siapa?"

"Nyokap gue"

Ghea manggut-manggut, "dia siapa?"

"Dia si pembuat retak" jawab Dira dengan tatapan lurus

"Terus Lo nyapa dia?"

"Gue cuma nebak aja sih keliatan kek dia"

"Lagian dir, si-"

"Stop! Jangan sebut nama dia di depan gue!"

Memang, semenjak hidup nya di buat hancur oleh si 'pembuat retak' itu, Dira semakin enggan hidup dengan cinta dari seorang laki-laki kecuali ayah nya. Dia takut siklus cinta nya seperti masalalu nya. Dari situ lah, Dira tidak mau ada orang yang selalu mengungkit masalalu nya.

"Oke, sorry-sorry"

***




Dosen, Selalu Benar [TAMAT] BELUM REVISIDove le storie prendono vita. Scoprilo ora