23

49K 3.8K 34
                                    

GUYS, MAAF YA BARU BISA UPDATE SEKARANG.....

Happy Reading ✨

.
.
.
.
.

Dira berdiri di pinggir jalan berharap taxi segera lewat, pasalnya kaki nya sudah sangat pegal berdiri. Ia juga sangat lelah untuk hari ini, ia ingin segera merebahkan diri nya di kasur kesayangan. Tapi tiba-tiba ada mobil yang berhenti di depan nya, tentu Dira tau siapa pemilik nya. Orang yang sedari pagi tidak menghubungi nya, bahkan berpapasan pun tidak senyum sama sekali.

Dira langsung buru-buru masuk ke dalam tanpa di perintah, untuk apa coba dia berhenti di depan Dira jika tidak ingin memberi tumpangan, pikir nya.

"Kamu kenapa sih?" Tanya Dira to the point

Rafly masih fokus ke depan, hendak menginjak pedal gas namun hal tersebut ia urungkan kala Dira berbicara

"Kamu marah?" Tanya Dira

Rafly menghela napas nya, tapi ia tak kunjung menjawab malah melajukan mobil nya dengan kecepatan rata-rata. Dalam perjalanan sangat hening, karena antara Dira dan Rafly tidak mencoba untuk berbicara terlebih dahulu

***

Dira sesekali mengecek ponsel nya, siapa tau Rafly menghubungi nya dan meminta maaf atas kejadian di mobil tadi dimana Rafly terus mendiamkan nya. Tapi tak kunjung ponsel tersebut berbunyi, Dira langsung menelungkup kan kepala nya ke bantal

"Apa gue harus nelpon duluan?!"

"Nggak nggak! Harga diri please."

Dira mengacak-acak rambut nya frustasi, tapi tiba-tiba ponsel nya berdering, Dira langsung menyambar ponsel nya semangat dan melihat siapa yang mengubungi nya. Raut wajah nya langsung muram, ternyata bukan Rafly melainkan Rasya

"Halo"

"Lo di rumah?"

"Hm"

"Kenapa sih jawab nya jutek gitu"

"Kepo lo"

"Buat ngilangin BT Lo, gimana kalo kita pergi cari angin?"

"Ngapain cari angin? Angin tuh lewat doang gak bisa di gapai kek dia"

"Ujung-ujungnya bucin kan lo"

Dira cekikikan

"Ayo, mau gak?"

"Boleh deh, jemput ya"

"Siap Bu bos"

Panggilan terputus

Mungkin Dira salah telah memilih pergi bersama Rasya dibanding menghubungi Rafly terlebih dahulu. Tapi Dira butuh hiburan saat ini, jangan salahkan Dira.

Dira sudah siap dengan pakaian nya, lalu ia pergi menghampiri Bunda yang sedang ada di taman

"Lho mau kemana?" Tanya bunda

"Keluar bun"

"Sama siapa?"

Bel rumah berbunyi

Sontak Bunda dan Dira menoleh

"Nah itu orangnya" ucap Dira sambil menunjuk ke arah pintu. Dira berjalan menghampiri Rasya dan di susul oleh Bunda

"Halo, sorry ya lama" ucap Dira

Rasya tersenyum, lalu melirik ke belakang Dira, maka Dira pun langsung berbalik badan, ternyata Bunda.

"Hai tante" sapa Rasya sembari tersenyum dan mengulurkan tangannya untuk menyalimi Bunda

Otomatis Dira menyingkir dari mereka. Bunda pun langsung menerima uluran tangan Rasya dengan senang hati.

Setelah sesi salam-salaman, Rasya memperkenalkan diri, "aku Rasya tan, temen kuliah Dira"

Bunda mengangguk, "sama Bunda nya Dira" ucap nya

"Temen SMA aku juga Bun, dulu kita pernah se organisasi gitu. Ya kan?" Ucap Dira sambil meminta persetujuan dari Rasya

"Hehe iya" jawab Rasya

"Yaudah, kita pergi dulu ya. Assalamualaikum" pamit Dira

"Waalaikumsalam" jawab Bunda.

***

"Mau kemana?" Tanya Rasya

Dira menaikan sebelah alisnya, "bukan nya lo ya yang ngajak gue keluar"

"Ke kafe?" Tanya Rasya

Dira berdecak, "ah ke kafe mulu."

"Restoran?"

"Aelah, tiap ketemuan ngajak nya ke tempat makan mulu. Bisa-bisa gue makin gendut"

"Ya gapapa"

"Gapapa buat lo, apa-apa buat gue."

Rasya menaikan sebelah alisnya, "maksud Lo?"

"Bocil emang susah buat ngerti" jawab Dira sambil menjulurkan lidah nya

***

"Aku pulaangg!" Teriak Dira

Kening nya mengernyit ketika mata nya melihat seseorang yang sangat familiar. Dengan segera ia menghampiri nya yang kini sedang duduk di sofa sambil memerhatikan meja yang ada di depan nya

"Lho?! Kok di sini?" Tanya Dira dengan membelalakan mata nya ketika melihat Rafly

"Kamu dari mana?" Tanya Rafly to the point

"Abis main ke rumah Ghea" jawab Dira gelagapan.

Duh terpaksa boong deh

"Ghea? Bukan sama Rasya?"

Dira langsung melotot, bagaimana bisa Rafly tau bahwa ia pergi bersama Rasya?

"Jawab saya!" Ucap Rafly dengan tegas

"Mm-maaf" ucap Dira lirih

Rafly menghela napas nya kasar

"Kenapa bohong?" Tanya Rafly

"Aku takut kamu marah" Dira tertunduk lesu

"Lebih marah lagi kalau kamu bohong."

"Kenapa harus Rasya?" Sambung nya

Dira menggelengkan kepala nya

Rafly langsung memijit pangkal hidung nya. Ia menyerah kali ini. Tidak, bukan menyerah pada hubungan nya melainkan pada sikap Dira yang menurutnya masih kekanak-kanakan. Rafly tidak tau harus bersikap seperti apa kedepannya, yang jelas hari ini ia merasa kecewa karena menurutnya ia telah di khianati oleh kekasih nya sendiri. Kekasih nya lebih memilih orang lain di banding menghubungi nya terlebih dahulu. Apa ini akibat dari hubungan yang sama-sama egois?

***

Menurut author sih, Pak Rafly ini termasuk orang yang gengsi terhadap pasangan gitu lho kalo lagi marah. Terus Dira juga sama-sama punya kepribadian yang gengsi juga sama pasangan nya. Intinya mereka sama-sama egois, ga mau ngalah. Terus gimana coba sama nasib hubungan mereka kalo mereka nya bersikap kek gitu?

Dalam dunia nyata aja kalo sama-sama egois dalam hubungan bakal berakhir dong? Selalu beda pendapat itu bisa memicu pertengkaran juga, itu sih gimana kita nya aja ngadepin nya gimana. Hehe kok author malah nulis ga jelas gini sih?
So banget jago dalam hubungan padahal author sendiri ga punya someone spesial hihi. Kalo kalian gimana? Masih pada jomblo, pacaran atau baru putus? Hihi ...

Btw makasih ya buat kalian yang udah setia nunggu ❤️ yok dukung cerita ini dengan ngasih bintang di pojok kiri bawah, terus komen sebanyak-banyaknya!

Author juga bacain komen kalian kok, terus buat yang DM juga sering aku bales. Kalo ada yang mau DM terus curhat-curhat manjah boleh DM 😆😗

Ada yang mau tau Instagram author ga?
Ngga? Oke ga masalah 😆🌠

Dosen, Selalu Benar [TAMAT] BELUM REVISITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang