12

62.7K 5.2K 69
                                    

"kamu baru pulang?" Tanya laki laki yang sedang duduk manis di kursi rumah nya itu.

"Seperti yang bapak liat" ya, siapa lagi kalau bukan Rafly si dosen rese itu

Rafly langsung melirik jam yang ada di pergelangan tangannya, lalu mendongakkan kepala nya "jam berapa sekarang ? Kok baru pulang?"

Dira menghela napasnya, kenapa sih dosen nya itu selalu basa-basi terhadapnya? Tidak bisa kah dia bersikap biasa saja? Dan bertanya tentang hal yang penting saja?

Baik, Dira akui ia telah membuatnya menunggu selama 2 jam. Tapi Dira tidak menyuruh nya bukan? Dira bahkan sudah izin ke bunda nya untuk pergi keluar jadi tidak ada salahnya ia me time terlebih dahulu. Dira sebenarnya telah pamit dari acara makan nya bersama Rasya sejak 1 jam yang lalu, dengan alasan bunda menyuruhnya untuk pulang. Tapi faktanya, Dira langsung pergi ke salah satu mall yang ada di daerah nya. Kalian penasaran bukan kenapa Dira tidak membawa pulang kantong belanjaan nya? Ya karena Dira hanya melihat-lihat saja, tadi nya Dira jatuh hati pada sepatu high heels berwarna peach itu. Tetapi, ia masih sayang dengan uangnya. Walaupun, ayah nya mengizinkan untuk belanja apapun yang ia sukai, tapi ia anak yang pengertian bahwa 'mencari uang itu tidak mudah'

"Bapak kapan sih berhenti nanya hal yang sebenernya bapak udah tau? Bapak tadi liat kan jam di tangan bapak, terus kenapa nanya saya jam berapa?" Ujarnya ketus

Lagi, Dira sebenarnya tau motif dari pertanyaan dosen nya itu. Dia berusaha mendapatkan informasi kemana saja Dira pergi sampai melupakan Rafly yang setia menunggu nya di rumah. Tapi bukan Dira namanya jika ia tak pandai membuat dosen nya kesal.

"Terus, bapak ngapain di rumah saya? Mau maling kan?"

Maafkan mulut Dira yang selalu lancang ketika berinteraksi dengan dosen itu.

"Sembarangan kamu, saya datang kesini baik-baik. Lagipula,hari ini kamu sudah menuduh saya dua kali sebagai maling di rumah kamu."

"Kapan saya bilang gitu?" Tantang Dira dengan wajah angkuh nya

"Kamu masih muda saja sudah pelupa, bagaimana nanti ketika sudah tua?"

Sial bos

Dia ngatain gue

Wait

Emang kapan gue bilang dia maling?

*Pas di telfon, dir #author

OHHHHH

MAKASIH THOR UDAH NGINGETIN :*

Dira sekarang jadi malu sendiri deh.

"Ehm" Rafly berdehem sambil memegang bagian leher nya dengan sebelah tangan

Dira menaikan alis kanan nya, "Kenapa? Bapak sakit tenggorokan ya? Sana berobat ke puskesmas atau ke rumah sakit."

"Ya, tenggorokan saya kering. Sedari tadi tidak ada yang membuatkan saya minum. Jadi, tenggorokan saya sedikit kekurangan air." Ujar nya sembari berdehem pelan lagi.

Sebenarnya, tadi bunda sudah membuatkan teh untuk Rafly dan tentunya Rafly minum sampai habis. Karena bunda nya Dira akan pergi ke rumah tetangga dulu, jadi Rafly berniat mengerjai Dira dengan menyimpan bekas gelas teh-nya di wastafel. Baik bukan akting nya?

"Tuh pak-" Dira menunjuk kearah kulkas di dapur dengan jari telunjuk nya. Rafly sontak mengikuti gerakan tangan nya

"Bapak liat kan? Itu ada kulkas lagi berdiri. Siap dibuka kapan aja, dan tentunya kulkas saya ada isi nya terutama air. Bapak bisa ngambil di sana" ujarnya

Rafly malah melongo mendengar ucapan Dira. Dia benar-benar perempuan tidak peka. Sebentar, memang kulkas bisa berbaring? Kok Dira menyebut nya kulkas berdiri?

"Saya permisi dulu, tamu yang tak di undang." Ucap Dira sambil menampilkan senyum terpaksa nya dan berlalu meninggalkan Rafly yang masih setia duduk di sofa.

Mungkin Dira ingin berganti pakaian, pikir Rafly. Jadi, ia bersedia menunggu lebih sabar lagi. Toh, di rumah calon pacar ini jadi tidak perlu merasa canggung. Oh ralat, Rafly adalah tipe manusia yang tingkat ke-canggungan nya minim.

Dira merebahkan dirinya di kasur, lalu menatap langit-langit kamar nya. "Dia kok setia banget nungguin gue?"

Dira melamun, lalu tersentak kala ia mengingat bunda nya. "Bunda kemana ya? Kok gue gak liat? Apa jangan-jangan si bunda di sekap lagi sama manusia itu?" Dira langsung bangkit dan berjalan menuju meja rias nya

"Tapi di sekap di mana? Ini kan rumah bunda bukan rumah dia. Mana mungkin tamu nyekap tuan rumah" Dira menatap pantulan diri nya di depan cermin lalu menyorot tajam

"Oh gue tau nih, dia pasti nyembunyiin bunda di gudang. Ya, gudang." Dira langsung berjalan keluar kamar, dan melihat dosen nya itu masih ada di sana duduk sambil memainkan ponsel nya.

"Pak, dimana bapak nyekap bunda saya?"

Rafly langsung mengernyit kan kening nya, "maksud kamu?"

Dira berdecak, "halah gak usah so gak ngerti deh, saya tau motif bapak kesini untuk apa. Bapak nyekap bunda kan? Terus setelah bunda di sekap, bapak bisa se-enaknya ngambil barang-barang yang ada di rumah saya."

Rafly kembali menunjukan ekspresi wajah bingung, lalu tak lama kemudian ia tertawa keras. Dira mengernyit kan keningnya

Gila kali tuh ketawa sendiri

Eh bukan gila, tapi psikopat kelas kakap!

Entah kenapa, menurut Rafly , Dira semakin terlihat gemas dengan memarahi nya seperti ini. Rafly sama sekali tidak merasa tersinggung atas apa yang di tuduh kan oleh Dira. Ya, Dira saja memaki Rafly dengan wajah yang tak yakin dan gemas bagaimana Rafly bisa tersinggung?

Dira berdecak, lalu pergi ke arah gudang dan Rafly menyusul nya. Dira langsung membuka pintu gudang, ternyata tidak di kunci. Lalu, ia membuka nya dan hasilnya zonk. Bunda nya tidak ada di sana, bahkan Dira sudah mencari ke setiap sudut. Siapa tau bunda nya pingsan kan gara gara mulut nya di bekap oleh manusia itu.

Sedangkan Rafly masih berdiri di depan pintu sambil menyilang kan kedua tangan nya di dada. "See? Saya bukan maling apalagi menyembunyikan bunda kamu."

Sebenarnya Dira malu, tapi ia tetap bersikeras pada opini nya, "alah bapak bohong kan? Saya tau bapak nyembunyiin bunda di tempat lain."

"Diraa!"

Dira langsung melongo mendengar suara bunda nya yang berteriak

"Nah itu bunda. Kali ini bapak gak bisa lolos dari saya."

"DIRA" teriak bunda nya. Dira langsung berjalan mengikuti suara bunda nya itu yang terus meneriaki nama nya.

"Dira! Ini sepatu kamu gak di simpen rapi di rak nya!"

Hah?

Dira tampak terkejut melihat bunda nya yang datang dari arah pintu depan sambil menenteng sepatu milik Dira. Ia langsung menghampiri sang Bunda, dan jangan lupakan Rafly. Rafly pun mengikuti Dira sedari tadi.

"Bunda gak papa kan?" Tanya Dira panik sambil memegangi lengan bunda nya

Sedangkan, bunda menampilkan ekspresi bingung. "Kamu apa sih dir? Bunda baik-baik aja kok."

"Bunda tadi gak di ancem atau di apa-apain kan sama pak Rafly?"

Rafly berdecih pelan

"Heh, denger ya dir. Bunda itu abis dari tetangga sebelah. Lagi liatin cucu nya tuh, gemes banget."

HAH?!

***

GUYS, MAKASIH UDAH BACA CERITA AKU. JANGAN LUPA VOTE NYA, KARENA VOTE DARI KALIAN ITU SANGAT BERHARGA BUAT AKU. DENGAN ITU, AKU NGERASA DI HARGAIN DAN AKU LEBIH SEMANGAT LAGI LANJUT KE CHAPTER BERIKUTNYA🌠

Love you😊❤️

Dosen, Selalu Benar [TAMAT] BELUM REVISIHikayelerin yaşadığı yer. Şimdi keşfedin