7

79K 6.6K 842
                                    

Dira sekarang sedang berada di toko buku, menyandang sebagai mahasiswi dan juga sendiri. Ya, dari dulu Dira selalu menolak para cowok yang mencoba mendekatinya, mulai dari cowok yang suka maksa anterin Dira pulang, dan ujung-ujungnya kena marah si bunda. Terus, ada yang hampir setiap Minggu kasih bunga dengan kata-kata alay dan berakhir di tong sampah. Menurut pandangan Dira, semuanya sama tidak ada cinta hanya saja obsesi.

"Dira!"

Dira menyipitkan matanya kala dia menemukan seseorang yang memanggilnya. Wajahnya familiar, tapi siapa?

Laki-laki itu mendekat ke arah Dira,lalu menjulurkan tangan nya untuk bersalaman. "Gue Rasya, pasti lo lupa"

Dira menautkan alisnya,"Rasya? Kita pernah ketemu?"

Laki-laki yang 'katanya' bernama Rasya itu mengangguk. Dira tampak berpikir, ah iya dia mengingatnya. Dia merupakan teman organisasi nya waktu SMA dulu. Dia menonjol karena dia aktif, pintar, dan ganteng.

"Lo Rasya temen gue kan pas SMA?"

Rasya mengangguk, lagi.

"Ish lo ngangguk terus dari tadi kayak boneka mampang."

Rasya tertawa, "Lo dari dulu nggak berubah ya, Dir."

Dira mengerutkan keningnya, "Lah emang gue kenapa?"

Rasya tersenyum simpul, "Lo nggak berubah pecicilannya."

Mereka berdua tertawa lepas, tapi sedetik kemudian mereka sadar bahwa sedang di tempat umum, lalu Rasya mengajak Dira untuk keluar tentunya dengan tangan kosong.

"Kafe yuk!"

Dira mengangguk canggung.

***

"Diminum dong." ucap Rasya pada Dira

Dira tersenyum kikuk.

"Lo kuliah ?"

Rasya mengangguk

"Di mana?"

"Di Yogyakarta sih, tapi gue ke sini cuma nengokin nyokap kok."

"Jadi lo tinggal sendiri di sana?"

"Sama nenek gue, tapi rencananya sih gue mau pindah ke Jakarta aja"

"Serius?" Tanya Dira antusias

"Baru rencana, Dira. Bisa jadi bisa enggak. Emang kenapa?"

"Kalau lo pindah ke sini, berarti gue jadi punya temen lama merangkap temen baru lah."

***

"Pak, saya kan udah menyelesaikan tugas dari Bapak. Lagi pula saya cuma terlambat 9 menit doang kenapa hukumannya berminggu-minggu gini." Ucap Dira dengan nada pasrah

Ya, Sekarang Dira berada di ruangan Dosennya yang mencekam itu, bukan karena ruangannya yang angker tapi karena raut wajah Dosennya.

Rafly hanya melirik sekilas lalu kembali pada laptopnya.

Dira menghela napasnya, "Ada apa lagi Pak? ada yang bisa saya bantu?"

Rafly menatap ke arah Dira, "Ada."

Semoga ini awal yang baik dari akhir yang buruk.

"Kamu nikah sama saya."

WHAT THE HELL?!

LO PIKIR GUE BONEKA ?

"Maksud Bapak apa, ya?"

"Saya sedang mencari calon, Dira."

DIH DIKIRA NYARI CALON ISTRI SE-GAMPANG BALIKIN TELAPAK TANGAN APA.

"Saya tau, mencari seseorang untuk mendampingi hidup saya memang tidak mudah."

Dosen, Selalu Benar [TAMAT] BELUM REVISIWhere stories live. Discover now