▪️Chapter 20 - Third Person

2.7K 370 33
                                    




_______

"Lis gue mau nanya, menurut lo gimana kalau gue nembak Rose besok setelah dia sidang?" Tanya June dengan wajah seriusnya.

Lisa yang mendengarnya langsung terpaku sejenak namun kemudian dia tertawa keras membuat June keheranan.

"Tapi bo'ong," Ucap Lisa kemudian kembali tertawa keras.

"Ahaha, June...June. Tanggal berapa sekarang? Bentar bentar." Lisa mengambil handphonenya berniat mengecek tanggal hari ini. Memang, sejak dia tidak lagi ada jam kuliah reguler dia tidak terlalu memperhatikan tanggal-tanggal seperti biasanya. Sehingga sering lupa hari ini tanggal berapa.

"Gak semudah itu June, gak semudah itu nge-prank gu—" Lisa tertegun melihat tanggal di handphonenya yang tidak menunjukkan tanggal 1 April karena dia fikir ini hari April Mop. Dia langsung kembali melihat June yang kini benar-benar menatapnya dengan serius. Kilatan mata June benar-benar menampakkan keseriusan membuat Lisa bergidik ngeri.

"Gimana? Udah liat tanggalannya? Tanggal berapa sekarang? Gue ini nanya beneran loh Lis. Sumpah." June mencoba meyakinkan Lisa matanya menatap Lisa lekat-lekat.

"J—June lo beneran?" Tanya Lisa gugup dan June mengangguk dengan mantap.

"Iya, gue suka Rose. Maaf baru bilang sekarang." Ucap June jujur sudah tidak ada lagi rasa ragu dari dirinya untuk mengatakan yang sebenarnya pada Lisa.

"Jadi lo beneran suka Rose!" Lisa tidak sadar telah meninggikan volume suaranya dan membuat para mahasiswa yang sedang berseliweran di taman menoleh ke arah mereka berdua.

June langsung menaruh telunjuknya di mulutnya pertanda menyuruh Lisa untuk diam.

"Anjir gak usah teriak-teriak juga njir, mending kita bicarain di cafe depan ayo." June mengajak Lisa untuk pergi dan hanya diangguki oleh gadis cantik itu.

June pun menarik tangan Lisa untuk segera pergi dari areal taman Fakultas Ekonomi untuk membicarakan tentang semua ini dengan lebih aman dan nyaman. Mereka memang butuh tempat yang tepat bukan di tempat dimana banyak mahasiswa berseliweran seperti ini.

Sedangkan Lisa masih syok dengan pengakuan June baru saja. Dia hanya membiarkan June menariknya kesana kemari. Beberapa kali dia berusaha meyakinkan dirinya bahwa ini bukan mimpi. Seorang June Mahendra benar-benar membuat pengakuan serius tentang perasaannya baru saja.

Rasanya dia ingin ambruk saja sekarang. Dia tidak akan menampik jika dinilai berlebihan dalam bereaksi memang dia seperti itu. Yang ada difikirannya saat ini adalah bagaimana mungkin, seorang June yang notabenenya sebagai sahabatnya dan Rose ternyata menyukai Rose.

Lisa benar-benar tidak menyangka bahwa selama ini June tidak pernah sama sekali menampakkan bahwa dia menyukai Rose. June memang care pada mereka berdua tapi dia memperlakukan keduanya sama saja. Entah dirinya saja yang tidak peka jika June menyimpan perasaan pada Rose atau memang June yang terlalu pintar untuk menyembunyikan perasaannya.

❤️❤️❤️

Pagi-pagi sekali, Minhyuk sudah memarkir mobilnya di halaman rumah Naeun. Lelaki yang bekerja sebagai salah satu detektif di kepolisian metropolitan itu tampak tergesa-gesa untuk segera menemui sang empunya rumah. Dia langsung memasuki rumah Naeun seperti menganggap rumahnya sendiri.

"Woho Na, akhirnya balik juga kamu." Lelaki itu menghampiri Naeun yang saat ini tengah duduk di ruang makan sembari mengoles selai pada rotinya. Gadis itu masihlah sama dengan tampilan feminimnya. Rambutnya di kepang dengan rapi dan mengenakan dress selutut berwarna putihnya. Sedangkan Naeun hanya bisa memutar bolanya malas melihat kedatangan lelaki itu yang tiba-tiba.

Unplanned Wedding | JaeroseWhere stories live. Discover now