▪️Chapter 22 - When Jefry meets June (1)

3.7K 473 150
                                    


P.s : Kayaknya ini chapter UW terpanjang yang aku pernah tulis jadi yang sabar bacanya yaa. Kalo gak keberatan, jangan lupa vote dan komennya. Spam komen malah lebih bagus ^^ Makasi banyak atas kebaikan kalian❤️ Selamat membaca^^

________

Pukul 1 siang Rose sudah rapi dengan seragam hitam putih dan jas almamaternya. Rambutnya disisir dengan rapi dan dikuncir kuda. Segala hal yang dibutuhkannya sudah dia simpan dalam tas ranselnya. Sekarang yang akan dia lakukan adalah berpamitan dengan Ibu.

"Cincin nikah kamu mana Rose?" Tanya Ibu ketika Rose pamit pada Ibu untuk berangkat ke kampus. Jeno sendiri sedang tidak ada di rumah karena harus menyelesaikan urusannya. Adik iparnya itu tadi memberikan semangat dengan wajah imutnya sebelum dia pergi, membuat Rose gemas sendiri. Dia tidak pernah memiliki seorang adik tapi Jeno benar-benar membuatnya merasakannya dan ia bahagia.

Kembali ke pada masalah cincin, sedari tadi Ibu memang memperhatikan jemari Rose yang terasa janggal karena tidak ada cincin nikah yang dulu dikenakannya.

Cincin nikah sederhana itu memang bukan terbuat dari emas. Bukannya tidak mampu untuk membelikan yang berbahan emas tapi Ibu memang sengaja meminta Jefry untuk membeli yang demikian, saat dia meminta restu untuk menikahi Rose dahulu. Dengan alasan agar Jefry juga bisa mengenakannya dan sebagai pertanda bahwa dia adalah milik Rose sepenuhnya. Begitupun sebaliknya dengan Rose sebagai simbol bahwa dia milik Jefry sepenuhnya.

Dan Jefry memang selalu mengenakannya kemanapun ia pergi sejak ia menikah dengan Rose tanpa berniat mencopotnya. Membiarkan orang tahu bahwa dia sudah jadi milik Rose seutuhnya.

Mendengar pertanyaan Ibu, Rose langsung gelagapan. Dia memang sudah beberapa minggu ini tidak lagi mengenakan cincin pernikahannya. Dia kemudian berusaha mencari alasan untuk ia lontarkan pada Ibu.

"Ah iya bu, Rose lupa tadi Rose copot bentar dan ketinggalan di kamar. Bentar Rose ambil dulu." Rose kemudian keluar dari kamar Ibu dan kembali lagi dengan cincin yang sudah terpasang di jari manisnya.

"Udah bu, ini udah Rose pake lagi." Rose menunjukkan cincin nikahnya pada Ibu. Ibu pun tersenyum.

"Nah gitu cantik kan, Rose janji ya sama Ibu kamu gak bakal copot-copot lagi kalo gak penting-penting amat. Cincin ini simbol pernikahan kalian, simbol kalau kalian saling memiliki satu sama lain." Ibu meminta pada Rose dengan suara lembutnya. Melihat raut wajah Ibu yang penuh harap Rose tidak punya pilihan lain selain mengiyakan.

"Iya, Rose janji bu." Ucap Rose yang membuat Ibu kemudian tersenyum.

"Kamu memang menantu Ibu yang paling cantik dan baik Rose. Semangat ya sayang. Semoga lancar sidangnya. Ibu doakan dari sini." Ucap Ibu yang membuat Rose tersenyum.

"Makasih bu, Kalo gitu Rose pamit dulu ya bu. Doakan lancar. Assalamualaikum."Ucap Rose sembari mencium telapak tangan Ibu.

"Amin, bismillah sayang. Waalaikumsalam." Ucap Ibu yang dibalas senyum oleh Rose sebelum gadis itu benar-benar keluar.

Saat Rose baru membuka pintu rumah ia begitu terkejut ketika sudah ada Naya, Jenny, dan Jihan yang sedang tersenyum padanya. Ada Tabi digendongan Jihan, sedangkan Acha dan Ken menggandeng tangan Ibunya masing-masing.

"Rose, semangat ya sidangnya. Kita do'ain lancar deh." Ucap Jenny yang diangguki oleh Naya dan Jihan.

"Semangat Rose." Ucap Jihan.

"Lancar ya Rose, ayo Acha sama Ken kasih semangat sama Tante Rose juga sayang." Naya menyuruh kedua anak kecil itu untuk memberi semangat juga.

"Tante Rose, semangat ya Tante!" Ucap Acha dan Ken bersamaan meskipun mereka tidak mengerti mengapa mereka harus memberi semangat. Rose tersenyum melihat apa yang mereka lalukan padanya. Dia kemudian menyamakan badannya pada Acha dan Ken.

Unplanned Wedding | JaeroseTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang