1

34.2K 1.3K 257
                                    

"ENGGAAAAA!" Teriakan itu menggema sampai ke rumah tetangga. Bagaikan alarm yang membangunkan orang-orang agar tidak kesiangan.

"Ayo mandi bareng." Lelaki berusia 17 tahun itu memelas kepada sang adik.

"Gak mau, abang mesum!"

"Sekaliiiii... aja."

"Brian!" Keduanya terdiam. Mematung di tempat. Jika ibu negara sudah berteriak seperti itu, tamat lah sudah.

"Mampus," ledek Dea. Dengan cepat ia menutup pintu toilet yang sedari tadi ditahan oleh sang kakak.

Lisa menghampiri lelaki itu, tanpa ampun ditarik telinga Brian sampai si empunya jingkrak-jingkrak kesakitan.

"Ampun, Ma. Ampun..."

"Gangguin adik kamu troos. Gak malu apa pagi-pagi selalu teriak."

"Engga, Ma. Yang teriak Dea bukan aku."

"Coba liat tetangga belakang rumah, gak pernah berisik dikit pun."

"Mereka kan gak punya anak, cuma tinggal berdua. Kalo berisik berarti lagi baku hantam."

"Menjawab kamu!"

"Btw udah lama aku gak liat mama papa gelud." Lisa kesal semakin memperkuat jewerannya. "Engga, ampun!"

Brian melepas paksa tangan sang ibu dari telinga. Napas lelaki itu memburu seperti habis bersepeda mendaki gunung diiringi lagu Hime Hime.

"Hampir copot nih telinga."

•••

"Abang punya temen, dia orang Jawa tapi gak pernah mau ngomong bahasa Jawa," curhat Brian pada adiknya di perjalanan ke sekolah.

"Sombong amat temen abang."

"Iya, soalnya dia bisu."

Plak!

Sekuat tenaga Dea memukul kepala Brian hingga helm sang kakak hampir terlepas.

Di depan sana ada polisi tidur, sengaja Brian agak mempercepat laju motornya.

"Abang!"

Ia menoleh, sorot mata si lelaki langsung menuju ke arah gundukan syurgawi milik adiknya. Memantul akibat melewati polisi tidur tadi. Vitamin mata. Brian kembali memalingkan wajah ke depan.

Plak!

Lagi-lagi Dea memukul kepalanya.

"Apa sih?"

"Mata abang tadi ngeliat kemana?"

"Hehe..."

Dea melancarkan beribu cubitan ke punggung kakaknya. Brian menggeliat bagaikan cacing disiram air garam.

"Tadi sengaja kan ngebut di polisi tidur!"

"Enggak! Beneran."

"Bohong! Abang mesum!"

"Enggak! Gak salah lagi maksudnya ngehehehe."

"Mesum! Akh!" Brian mengerem mendadak, Dea tidak siap sontak menabrak punggung lelaki itu.

Yang ditabrak senyum kegirangan, gundukan syurgawi si adik bersentuhan dengan bagian belakang tubuhnya.

Dea turun, wajah gadis itu cemberut. Ia membuka helm dan melemparkannya tepat mengenai wajah mesum Brian. Segera ia berlari memasuki pagar sekolah meninggalkan sang kakak di sana.

"ABANG MESUM!"

•••

Haiiii~ welcome di lapak acuuu ♡

Penasaran deh, kok bisa kalian nyasar ke sini? Eh, sebelum itu mari kita berkenalan, karna tak kenal maka tak sayang. Udah sayang ternyata dia nganggapnya cuma teman. Ughh...


Aku Melani Aratha. Bisa dipanggil Melani, Melan, Lani. No Melarat! Big No!

Perkenalannya modus aja sih v: aku cuma mau kasih tantangan ke kalian. Baca cerita ini cukup sampai part 5, setelah itu stop baca. Bisa?

Jangan sampai ketagihan yaww, ntar bablas baca sampe part terakhir :3

See u ♡

Siscon SomplakTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang