19

5.7K 482 51
                                    

Bruk.

"Aw!" Dea menjerit. Gadis itu baru saja jatuh tertabrak oleh seseorang. Semua barang bawaannya berserakan.

Kenapa ia bisa sesial ini? Padahal tinggal berbelok di ujung lorong ia akan sampai ke rumah neneknya.

"Sorry, lu gapapa?"

'Mata kau gapapa' Dea memaksa tersenyum. "Gapapa kok."

Orang tadi membantu gadis itu memungut barang-barang yang jatuh. Dea habis belanja banyak dari warung, maklum bawaannya tidak sedikit.

Usai membereskan semua, orang tadi mengulurkan tangan. Dea langsung menatap horor.

"Tangannya kenapa, bang?"

Ia terkekeh. "Mau kenalan. Nama gua Alfi."

Dea masih menyorot waspada, membiarkan tangan Alfi yang masih terulur di sana.

Lelaki itu menarik kembali tangannya dan menggaruk tengkuk yang tak gatal. Salting bor.

"Aku Dea," ucap gadis itu ragu-ragu. "Udah ya aku mau pulang."

Dea pergi, lari menjauh.

Alfi terkekeh melihat tingkah polos gadis itu. Ia berharap semoga dapat bertemu kembali dengannya.

•••

"Assalamu'alaikum." Seorang gadis tampak mengetuk-getuk pintu rumah Dea.

Buak buak buak.

Oke, itu bukan mengetuk lagi namanya.

"Walaikumsalam." Dea membukakan pintu.

Gadis tadi menyodorkan rantang. "Aku tetangga baru, tinggal di sebelah. Ini buat buka."

Dea menerima rantang itu sembari tersenyum. "Makasih."

"Aku Widya, kau?"

"Dea."

"Salam kenal. Aku pulang, bye."

Dea melongo. Apa-apaan gadis tadi. Bukan hanya bicaranya yang datar, wajah pun tak kalah datar.

Jangan-jangan dadanya datar pula. Hm...

Dea yakin ia tidak akan bisa akrab dengan gadis tadi. Lihat saja tingkahnya yang mengetuk rumah ingin bertamu malah serasa ingin diajak gelud.

Astagfirullah...

Gak baik ngomongin orang! Bulan puasa.

Dea mengusap dada menyadari kekhilafannya.

•••

Malam itu sehabis berbuka, tiba-tiba ada nomor asing yang mengirim chat pada Dea.

Siapa? •
Asal? •
Umur? •

• Alfi, 17 tahun dan kita tetanggaan

Tunggu, namamu Alfi doang? •

• Mau nama panjang?

Boleh •

• Alfiiiiiiiiiiiiiiiiiii

• Alfiiiiiiiiiiiiiiiiiii

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Sabar... jangan kepancing oleh binatang.

Bentar, kita beneran tetanggaan? •

• Iya, sebelahan malah

Sebelah mana pula ini, perasaan rumah kosong kemarin cuma ada di sebelah kanan rumah Dea. Cewek tadi siang kan pindah ke sana.

Misteri apa ini? Aku tak paham...


• De, jadian kuy

G •

• Kenapa kok gak mau?

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

• Kenapa kok gak mau?

Baru kenal kok jadian •

• Gua kan suka sama lu


Dea menyorot horor. Gadis itu jadi curiga kalau yang lagi chatingan dengan dirinya adalah Brian.


Apanya yang suka? •

• Suka aja gitu liat sifat lu yang polos


Nah, kan. Jawaban Brian sekali yang seperti ini.


Abang ngeprank kan? Udahlah •

• Engga, gua serius

Buktiin kalo serius •

• Cara buktiin nya?

Ya mana ku tau •

• Bentar, lu nya mau gak pacaran sama gua?

Buktiin dulu •

• Haruskah gua dateng ke rumah lu terus nembak, gitu?


Nih orang kok nekat banget.


Ya gak gitu juga •

• Terus?
• Aku tidack pernah berada dalam situasi ini sebelumnya! >∆<


Dea jenuh. Ia membalas chat orang itu ogah-ogahan.


Kenapa abang pingin pacaran? •

• Kan gua suka sama lu

Apa faedah pacaran? •

• Biar bisa di cap hak milik

Hak milik? •

Ya Tuhan... Dea sungguh tidak mengerti jalan pikiran makhluk satu ini.

Dilihat dari profil whatsapp-nya, cowok ini lumayan ganteng. Ya walau gitu, kecurigaam Dea akan prank dari Brian masih sulit untuk dihilangkan.

Tok... tok... tok...

Terdengar ketukan di luar. Cepat-cepat Dea keluar untuk membuka pintu.

Terlambat, Hana lebih dulu membukakannya dan terlihat di sana sesosok cowok tinggi tengah tersenyum kepada Dea.

Gadis itu berulang kali melihat profil whatsapp di ponsel tadi dan cowok di hadapannya.

Ternyata bukan prank!

"Gimana, mau jadi pacar gua?"

Siscon SomplakWhere stories live. Discover now