16

7.2K 579 72
                                    

Part ini agak panjang btw. 717 kata v:

•••

Siang hari, seperti biasa Lisa yang tak tau punya dendam apa kepada Brian kembali meminta lelaki itu untuk memarut kelapa.

"Mama gak tau kalau ada yang namanya santan instan?"

"Kalau kamu punya waktu buat protes, mending manfaatin buat marut ntuh kelapa."

"Beli aja lah, lebih praktis."

"Selagi ada yang sulit kenapa harus dipermudah?"

Brian keki, Fiza lebih dulu menariknya menjauh dan Yoga mengipasi lelaki itu menggunakan nampan.

"Inget, Yan, itu emak lu, gak mau kan jadi Malin Kundang," nasehat Fiza bijak.

"Jangan sampe berantem, kalo lu diusir terus gue mau tinggal dimana."

"Lu sendiri gak ada niat buat baikan sama ortu lu? Udah enam hari, lebih dari seminggu dikenakan biaya inap."

"Perhitungan sama temen sendiri," cibir Yoga tak terima.

"Siapa suruh gak punya duit. Numpang iya, bayar kagak. Ngabisin beras yang ada."

Kali ini Fiza menahan Yoga. Mengipasinya agar menjadi lebih tenang.

Brian kalo ngomong suka bener.

Ingat, untung Yoga tidak pendendam. Jadi beberapa menit selanjutnya mereka kembali berbaikan dan memarut kelapa bersama.

Sungguh persahabatan yang indah.

Sebenarnya kalau Yoga termasuk tipe Fiza yang pendendam, mungkin ia tidak akan seblak-blakan itu. Tapi, ya, salah Yoga sendiri karena gampang memaafkan. Jadi Brian semakin tidak berotak.

Kalau Fiza si tukang drama ini pendendam dan ingatannya kuat. Pernah sekali Brian tidak sengaja menginjak kaki Fiza di hari penyambutan siswa baru. Coba tanya sekarang, masih diingat.

Untung dia bukan seperti Brian, sering mengungkit-ungkit kejadian yang telah lalu.

"Marut kelapa bertiga, kerjaan lain terbengkalai lah, goblok!" Brian geleng-geleng kepala melihat ketololan para makhluk kang numpang ini.

Lisa tiba-tiba muncul dan melontarkan kalimat perintah yang disamarkan dengan kata tolong.

"Fiza, tolongin tante metik kangkung."

"Iya, Tante." Lelaki itu langsung menurut, bagaimana pun ia dan Lisa sudah sangat klop jadi haters Brian.

"Yoga, tolong balik gorengan tante di kuali."

"Iya, Tante." Yoga pun menurut. Takut diusir jika membangkang.

"Brian, habis ini cuci piring ya, sama masak nasi."

"Iya, Ma."

Entah kenapa Brian dan kawan-kawan seperti merasakan bagaimana penderitaan rakyat Indonesia saat "Kerja Romusha" di zaman penjajahan Jepang.

Yoga sering menyesali, ia salah telah memilih rumah Brian sebagai tempat bernaung. Di sini ia malah menjadi babu.

"Oh, iya, temenmu Yuda itu kemana, Yan? Mama mau minta tolong soalnya." Lagi-lagi si setan Lisa tak bosan-bosan menjadikan anak orang lain sebagai babu pribadi.

Abaikan soal babu membabu, saat ini Yoga tengah berkeringat dingin, tidak tau harus menjawab apa.

"Malem tadi dia langsung pulang, gak tahan dengan suara sumbang mama." Kalimat nyelekit nan menusuk hati itu menjadi penyelamat Yoga.

Ia menatap Brian terharu.

"Lain kali jangan izinin temenmu itu nginep di rumah. Bakal mama tendang."

Lisa pergi dari sana. Suasana menjadi hening.

Brian menyorot Yoga sinis. "Gara-gara lu, gua jadi anak durhaka."

Bagai tak berdosa, Yoga hanya terkekeh sembari menggaruk-garuk bokong.

Ketiganya masih mengerjakan tugas masing-masing. Hening.

Ayolah... aku berharap lawakan dari kalian.

Yoga benci dengan keheningan ini akhirnya membuka suara. "Bayangin, lu udah sekolah dari TK sampai S3." Jeda sebentar. "Tiba-tiba kejedot pintu terus ilang ingatan."

"Makanya main FF biar gak kejedot pintu."

"Tau gak, Fiz? Saran lu gak guna."

Kali ini Brian yang berbicara. "Bayangkan, bayangan anda membayangkan anda."

"Gak usah dibayangin. Serem, Yan."

"Penakut lu, duda."

"Gue masih perjaka anjir. Tytyd gue dipegang cewek aja gak pernah," ujar lelaki itu membela diri. "Eh, pernah pas gue sunat."

Brian ngeflat. "Ngomong apasih lu?"

"Ngomongin tytyd gue dipegang pas sunat."

"Fiz, bawa pulang temen lu."

"Ogah gue temenan sama dia," tolak lelaki itu cepat.

"Beneran, akhlak kalian giveaway semua."

Diabaikan.

Cih.

"Btw, kok bisa ya muka orang lain mulus gak ada jerawat," Tuturnya. Jarang-jarang loh Yoga curhat begini.

"Makanya kalo coly itu, sp*rma kasih ke muka biar gak jerawatan."

"Beneran bisa?"

"Lu pernah liat pemain bok3p jerawatan?" timbrung Fiza.

Iya juga.

"Berarti Dea mukanya glowing karna sering lu sumbangin sp*rma, Yan?"

"Lu beneran ngajak ribut?"

"Terus kenapa bisa glowing?!" Heboh Yoga ngegas.

"Lu gak kenal yang namanya skincare?!"

"Ada satu hal yang sampai sekarang masih menjadi misteri." Ini kedua kali Fiza memulai topik selain ngedrama. Ujung-ujungnya pasti percakapan tidak berfaedah.

"Apaan?"

"Kenapa kalo cewek tidur gak pernah pake BH?"

Kan. Sudah ketebak, pasti unfaedah.

"Tetangga sebelah pake kok, kalo gak percaya entar malem gue cek lagi."

"Seriusan selama numpang lu jadi tukang intip, Ga?"

Siscon SomplakWhere stories live. Discover now