25

5K 393 38
                                    

Senin pagi yang cerah, terdengar suara pintu toilet tertutup. Kini saatnya Brian beraksi setelah sekian lama.

Lelaki itu langsung keluar kamar dan menggedor pintu.

"Dea, mandi bareng kuy!"

Brian hendak masuk, tetapi pintu terkunci.

"Deaaaaa.... ayolah."

Suara Dea terdengar dari dalam. "Sampai kapan abang ngajakin mandi terus?"

"Sampai bisa mandi bareng sama kamu."

Sepertinya gadis itu tengah menghela napas panjang. Terdengar suara kunci diputar diiringi titah Dea setelahnya. "Masuk."

Brian pasti langsung jingkrak-jingkrak kesenangan. Tanpa pikir panjang ia langsung masuk dan...

Buak!

Sebuah penggorengan baru dari part 8 kemarin mencium wajah lelaki itu. Ia langsung memegangi hidung yang terasa ingin patah.

"Jadi orang jangan mesum!" geram Kiki.

Gadis ini lah pelaku yang memukul Brian barusan.

"Makasih, Ki, udah mau nginep demi membasmi Bang Bian pagi ini."

"No problem."

Kiki menendang Brian keluar dari toilet dan mendorongnya hingga tersungkur.

"Ngotak dong!"

"Lu yang ngotak, bego! Bukan siapa-siapa tapi ngajak mandi bareng."

"Mata kau meledak bukan siapa-siapa, gua abangnya woi!"

"Iya, ya?" tanya Kiki watados.

"Lu gatau kami bersaudara?!"

Fix, emang ada yang salah dengan gadis satu ini.

"Mana gue tau! Muka kalian aja gak mirip."

"Kembar siam kali, mirip!"

"Gak gitu juga, Julehah!"

"Bodoamat, penting gua mau mandi bareng Dea."

Brian hendak masuk kembali namun kakinya malah tersandung dan membuat lelaki itu terjatuh tepat di kaki Dea.

Saat ia mendongakkan kepala, terlihatlah gundukan indah milik Dea yang begitu berlimpah.

"ABAAAAAAAAAAANG!"

•••

Brian memegangi wajahnya yang lebam-lebam. Karena apa lagi kalau bukan diinjak-injak Dea sampai mampus.

Di kamar sang adik, terdengar keributan di sana. Entah apa yang diributkan, Brian tidak tau.

"Beneran Brian itu abang lu? Sumpah? Kok dia gitu sih?" Kiki menyerbu Dea dengan pertanyaan beruntun.

"Gitu gimana?"

"Kenapa dia nembak lu? Padahal kalian saudara."

"Abang aku siscon, somplak pula, jadilah siscon somplak kek judul cerita ini."

"Ooo..." Kiki mengangguk-angguk seolah paham.

"Paham, kan?"

"Enggak sih."

•••

Pagi-pagi Fiza sudah datang ke rumah Brian. Padahal ia tadi sudah sampai sekolah tapi diancam Brian untuk ke rumahnya.

Perlakuan Brian persis seperti om-om gay yang memaksa lelaki datang ke rumah dengan ancaman.

"Lu sama Fiza, Dea sama gua," tunjuk lelaki itu pada Kiki.

Astaga, berangkat sekolah saja bisa seribet ini. Padahal ada pepatah wattpad mengatakan, yang ribet-ribet kasih aja ke Arlan.

"Kenapa gue harus bareng orang asing nan mencurigakan ini?" Kiki memfilter Fiza dari atas ke bawah.

"Mending gua nyuruh dia, daripada Yoga, kelar idup lu."

"Tapi kan sama-sama orang asing."

"Gundulmu! Semalam kita udah ketemu pun," greget Fiza.

Bodolah, Fiza menyumpal headset ke telinga dan mendengarkan suara orang mengaji. Untuk menenangkan pikiran tentunya.

Sesekali ia ikut melantunkan ayat-ayat itu. Suara Fiza begitu merdu hingga Kiki sampai cengo melihatnya.

Dan gadis itu baru menyadari ketampanan Fiza.

Sudah tampan, suara merdu pula, idaman mama.

"Oke, gue berangkat sama orang ini."

"Nah, gitu kan enak. Yok, De, sini."

Dea menggeleng ketika Brian memanggil. "Abang mesum."

"Gapapa, De, daripada kita telat."

Gadis itu manyun, jika Kiki sudah berkata begitu ia bisa apa.

"Sempat macem-macem aku bikin abang meninggal."

"Kematian adalah dimana semua orang mencintaimu," ujar Brian bijak.

"Tapi cuma sehari," timbrung Kiki.

"Selebihnya party."

"Yang penting makan-makan."

Siscon SomplakTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang