13

8K 726 74
                                    

Kalo gak tembus 10 vote besok gak update V':

Yamaap author abis ide😗

•••

Hening masih, atmosfer terasa berat di antara Brian dan Vanya. Lelaki itu masih menyorot dingin sedangkan si gadis mematung.

"Hahaha... maaf udah bikin abang gak nyaman. Sekali lagi maaf." Gadis itu menyatukan kedua telapak tangan sebagai bentuk penyesalannya.

"Bagus kalau lu paham."

Brian kembali melangkah dan Vanya mengikuti. Sampai di ruang tamu masih terlihat Yoga masih setia bergelut dengan alat pelnya.

"Woi babu, kerja yang bener," tegur Brian.

"Biji kao petjah."

Mengabaikan Yoga, keduanya berjalan menuju dapur.

"Dapet kembaliannya, Yan?" goda Fiza.

"Gua tau lu sekongkol sama mak gua. Ngaku lu."

"Enggak tuh, fitnah boss."

"Sumpah?"

"Iye."

"Demi apa?" Brian menjulurkan tangannya.

Fiza menjabat tangan lelaki itu. "Demi Tuhan."

"Bohong mak lu meninggal."

"Nah kan bener lu sekongkol!" Brian melayangkan tampolan manja ke lelaki itu

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

"Nah kan bener lu sekongkol!" Brian melayangkan tampolan manja ke lelaki itu. "Cukup tau gua, Fiz."

"Ini tidak seperti yang kau pikirkan!"

"Apaan, gua mikir aja kagak, kan gak punya otak."

"Kan ceritanya ngedrama." Gantian kini Fiza yang menampol Brian manja.

Jadilah kini keduanya saling melemparkan beberapa jurus tampolan yang mereka punya.

Vanya merasa terabaikan, ia masih mematung di tempat sambil menenteng rantang makanannya.

Lisa keluar dari toilet, sudah tertebak, pasti habis berak.

"Pacar kamu, Yan?"

Mereka yang tadinya bergelud manja kini kembali ke posisi semula.

"Bukan pacar," bantah Brian cepat.

Sakit. Namun Vanya berusaha bersikap biasa.

"Oalah." Lisa mengangguk-angguk. "Pacaran gih, mayan cecans."

"Emak gak ada obat."

•••

Dengan bertambahnya Vanya di rumah ini, beban Brian menjadi sedikit berkurang. Apalagi cucian piring. Gadis itu sudah membawa lauk pauk lengkap dengan sayuran jadi Brian tidak perlu memasak. Horeee!

Sehabis buka pun Vanya yang mencuci semua piring. Terbaik lah, lelaki itu jadi sedikit bersantai.

Mereka tarawih bersama, kali ini yang jadi imam si Fiza. Suaranya merdu, memanjakan pendengaran para jemaah. Tapi, surah yang dibacakan tidak jauh-jauh dari Surah Al-ashr, An-Nashr, dan Al-Kautsar.

Surah tiga ayat memang the best.

Meski begitu, jangan harap Fiza membiarkan tarawih malam ini berlalu dengan cepat. Di rakaat terakhir dibacanya Surah An-Nazi'at. 46 ayat boss.

Tepar gak tuh.

Nih Fiza lebih nyebelin dari Imam di part Brian dikentutin kemarin.

Ya Tuhan, cobaan apa lagi ini.

Brian yang berdiri tepat di belakang Fiza tak kuasa menahan kakinya untuk menendang lelaki itu.

Tahan...

Jangan kepancing oleh temen binatang.

•••

Dea tengah berada di jalan pulang sehabis tarawih bersama Hana. Erich tiba-tiba mengirim sebuah foto. Di foto tersebut, tampak Vanya yang tersenyum dengan Brian di sampingnya.

Erich

• Cewek yang nampar lo di kelas waktu itu pacar abang lo?
• Gue screenshot tuh foto dari postingan fb-nya.

Bang Bian gak pernah ngomong kalo •
dia punya pacar.

Akibat tidak memperhatikan jalan, Dea malah tersandung menyebabkan lututnya terluka. Sakit.

Tetapi bukan lutut itu yang sakit. Dada si gadis terasa sesak. Kenapa ini? Kenapa air matanya malah menetes?

Hana membantu gadis tadi berdiri. "Lain kali jangan main ponsel sambil jalan."

"Iya, Nek, maaf."

•••

"Sengaja lu ngeprank ya di rakaat terakhir malah baca Surah An-Nazi'at."

Sepanjang perjalanan pulang, Brian masih memukul-mukul kepala Fiza geram. Yang dipukul hanya melindungi kepala dan berusaha kabur sebisa mungkin.

"Mending gue ngeprank jemaah, Yoga lebih parah," ujar lelaki itu membela diri.

"Iya sih ngeprank semua orang, mukanya ketolong make-up."

"Bukan itu."

"Lah terus?" Brian menyorot penasaran. Jiwa-jiwa kepo-nya bergejolak.

"Yoga sering ngeprank Tuhan. Wudhu doang shalat kagak."

"Astagfirullah, Yogaaaa!"

Siscon SomplakWhere stories live. Discover now