45

3K 261 75
                                    

Mendengar kabar Brian sekeluarga hendak pindah rumah beserta sekolah, para makhluk antah-barantah ini mengadakan acara nistain Brian untuk yang terakhir kali.

Sesekali nangkring di restoran, jangan warteg pinggiran mulu.

Bukan sok kaya, tapi menu di tempat ini seharga sebelah ginjal.

"Btw, abang lu mana, Wid?" tanya Brian, rasanya ingin sekali ia goyang dumang di hadapan Alfi.

Mulai sekarang lelaki itu tidak bisa mendekati Dea lagi. Sebuah kemenangan untuk Brian.

"Belum tau ya kalau Alfi pindah?"

"Eh, beneran?" tukas Kiki tak percaya. "Terus, Dea gimana?"

Semua atensi tertuju pada gadis yang duduk di samping Brian. Gadis itu menyorot bingung. "Apanya?"

"Hubungan kalian?"

"Kami udahan."

"Yes."

Fiza langsung menjitak kepala Brian yang kegirangan sendiri. "Adek lagi sedih lu malah cengengesan."

"Ya senenglah, rival udah gak ada!"

Kiki menarik jambang Brian sampai empunya nangis-nangis minta lepas.

"Ingat woi, lo udah punya pacar."

"Iya, iya!"

Baru dibilang orangnya tiba. Perasaan gak ada yang mengundang Vanya datang. Persis Jelangkung.

"Eh, minggir dong, gue mau duduk di sini," usir gadis itu pada Dea.

Kursi lain ada padahal, emang dianya sengaja ngajak rusuh. Dea melirik tak berminat kemudian kembali berkutat dengan minumannya.

Suasana jadi hening. Semua sibuk sendiri mengacuhkan Vanya di sana. Brian hanya menunduk memainkan ponsel seolah tak tau apa-apa ketika semua lirikan tertuju padanya.

"Dea, gue bilang minggir."

"Itu ada kursi nganggur di sebelah Widya kalau kau buta."

Gadis itu terkekeh, nada suaranya meninggi. "Gue mau duduk di samping pacar gue lah!"

"Gue yang pacaran aja duduknya gak mesti sampingan," cibir Kiki julid.

Kalau sudah begini ujung-ujungnya pasti baku-hantam. Fiza yang tadi anteng di sebelah kiri Brian berdiri.

"Noh, kosong."

Widya ikut pindah membiarkan kursinya ditempati Fiza agar lelaki itu dapat duduk bersebelahan dengan sang pacar. Baku-hantam berhasil dihindari.

Vanya berdecak sebal kemudian duduk di tempat kosong tadi. Brian membuang muka saat ditatap sinis oleh Widya.

Seolah pandangannya tersirat kata 'Kalau bakal baku hantam, kenapa Vanya diajak ke sini?'

Brian membalas menatap gadis tadi, bagai mengatakan 'Gapapa, biar seru.'

Memang kedua orang ini jagonya telepati.

Tidak peduli sekitar, sedari tadi Yoga sibuk dengan berbagai menu makanan yang ia pesan. Melihat kerakusan itu, Widya jadi was-was pada dompetnya.

Jangan-jangan gadis itu lagi yang disuruh bayarin.

"Awas luntur," ujar Fiza ambigu melihat Yoga banjir keringat.

Tersadar, lelaki itu meninggalkan makanan dan pergi ke toilet membawa tasnya. Gadis-gadis di sana tidak paham hanya saling pandang.

"Apanya yang luntur?" tanya Kiki.

Fiza menatap gadis itu serius. "Rasa cintaku padamu."

"Fiza! Gak lucu ih."

Siscon SomplakWhere stories live. Discover now