02

34.8K 7.4K 2.7K
                                    


















Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

















Pagi itu, Jihoon terbangun lebih cepat dari biasanya. Ia terbangun karena tiba-tiba merasa lapar. Padahal, jam dinding di kamarnya masih menunjukkan pukul setengah empat pagi. Iya, masih sepagi itu.


Jihoon terduduk di sisi kasurnya, lalu meregangkan tubuhnya sesaat. Ia lalu menatap teman sekamarnya yang sedang tertidur pulas dengan posisi yang lumayan absurd di ranjang yang berada di seberang ranjang Jihoon, Park Jeongwoo. Seperti biasa, Jeongwoo terlihat sangat lelah, seakan tidak bisa terbangun walau mendengar suara kencang.


Kesempatan emas untuk seorang Park Jihoon.


Iya. Kesempatan emas. Kesempatan emas bagi Jihoon untuk mengambil mie instan milik Jeongwoo dan merebusnya tanpa harus bertengkar dengan pemilik mie instan itu.


Jihoon berdiri, lalu cepat-cepat berjalan menuju kabinet tempat mereka biasa menyimpan makanan. Jihoon mencebikkan bibirnya kasar kala menyadari kalau mie instan di sana sudah habis, padahal Jihoon sendiri yang menghabiskan.


Jihoon berpikir sejenak. Mie instan di kamar mana yang kira-kira bisa ia curi tanpa perlu berdebat dengan pemilik kamarnya.


Kamar Hyunsuk-Mashiho? Tidak. Hyunsuk memang lumayan kaya, tetapi kalau soal makanan, Hyunsuk tetap akan kesal. Ditambah, Mashiho biasanya bangun di pagi hari. Dan tentu saja, kalau Jihoon mengambil mie instan di kamar Mashiho, Mashiho pasti akan memberitahu Hyunsuk.


Kamar Yedam-Haruto? Tidak. Haruto sangat menyukai makanan itu, dan ia jelas akan marah kalau mie instan miliknya diambil. Plus, Yedam biasanya akan bangun pagi dan membangunkan teman sekamarnya itu.


Kamar Asahi-Doyoung? Mereka berdua biasanya lebih sering makan di luar, jadi, kecil kemungkinan kalau mereka menyimpan mie instan di kabinet di dapur mereka itu.


Kamar Jaehyuk-Junghwan? Jaehyuk biasa memakan mie instan hampir setiap hari, jadi Jaehyuk pasti akan menyadari kalau mie instan miliknya diambil. Dan ia jelas akan mendiamkan Jihoon beberapa hari, menganggapnya tidak ada.


Kamar Yoshi-Junkyu? Junkyu pasti belum terbangun, jadi aman-aman saja bagi Jihoon untuk mengambil mie di dapurnya. Sementara, Yoshi memang biasa bangun pagi, namun ia tidak pernah sungkan untuk berbagi.


Yoshinori ini, orang baik.


Setelah memutuskan untuk pergi ke kamar nomor 401─kamar Yoshi-Junkyu─Jihoon akhirnya bergegas pergi ke kamar temannya itu.




























































































Tok, tok, tok!


Jihoon mengetuk pintu kamar nomor 401 itu.


Tidak ada respon.


Tok, tok, tok, tok, tok!


Lagi-lagi, Jihoon tidak mendapat respon apa-apa. Ia mengernyitkan dahinya heran, lalu membuka kamar itu dengan kunci cadangan yang Yoshi berikan kepada dirinya.


Klek!


Pintu kamar 401 terbuka. Jihoon mengernyitkan dahinya tidak suka, kala hidungnya mencium bau tidak sedap dari dalam. Baunya amis, seperti bau darah.


"Yoshi, lo ada di sini enggak?" Tanya Jihoon, menyahut dari depan pintu.


Tidak ada jawaban.


"Yoshi, hoi! Gue langsung ambil mie nya ya, yang rasa ayam bawang!" Kata Jihoon, lalu tanpa curiga, melangkah lebih dalam, memasuki kamar nomor 401 itu.


Beberapa langkah setelahnya, Jihoon melihat sebuah badan yang tergeletak, dengan darah di sekitarnya. Terdapat beberapa sayatan dan tusukan pada tubuhnya.


Seketika, lutut Jihoon melemas.


"ENGGAK GINI WOIIII!!!" Jihoon berteriak, panik sekaligus ketakutan.


Penghuni apartemen di lantai nomor 4 itu lantas menghampirinya, begitu mendengar suara teriakannya itu.


Yang pertama kali menghampiri Jihoon, adalah So Junghwan.


"Kenapa, kak? Ada apaan?" Tanyanya, polos.


Tanpa menjawab, Jihoon menunjuk ke depan tempat tidur Yoshinori, di mana laki-laki itu terlihat berbaring tidak sadarkan diri, dengan darah yang menggenang di sekitarnya, juga dengan beberapa bekas sayatan dan tusukan.


Siapapun yang melakukan ini, jelas sadis.


Lutut Junghwan ikut melemas. Rasanya Junghwan ingin menangis. Yoshi, yang biasa mengajarinya belajar, kini terbaring lemas di dekat tempat tidurnya itu.


Dengan napas yang tersengal-sengal, Junghwan menelusuri sakunya, mengambil ponselnya, lalu menelepon polisi dan ambulans.




























































































Jeongwoo yang baru bangun, meregangkan badannya. Laki-laki itu menatap ranjang di seberangnya, lalu mengernyit heran. Jihoon, kok, tidak ada?


Jeongwoo mengusak rambutnya, lalu dengan langkah gontai, berjalan menuju pintu kamarnya. Jihoon lalu membuka pintu kamarnya itu, lalu mendapati orang-orang sudah berkumpul di lorong. Ada polisi juga di sana, sedang menanyakan beberapa pertanyaan kepada Jihoon.


Jeongwoo lalu menghampiri Jaehyuk yang biasanya serba tahu. Bukan serba tahu dalam pelajaran, melainkan serba tahu dalam gosip.


"Kak, kenapa rame banget? Kenapa ada polisi juga?" Tanya Jeongwoo, penasaran.


Tubuh Jaehyuk seketika bergetar. Jaehyuk menghampiri Jeongwoo, lalu berbisik. "Kak Yoshi, meninggal." Katanya.


Jeongwoo membulatkan matanya. "HAH?!? BENERAN?!?" Tanyanya, tidak percaya.


"Emangnya, lo enggak tau, Woo?" Tanya Jaehyuk.


Jeongwoo menggeleng. "Enggak tau lah! Kemarin ada perampokan atau gimana?" Tanyanya.


Jaehyuk menggeleng. "Gue enggak tau. Yang jelas, Kak Yoshi meninggal gara-gara pisau." Katanya.


"Ada barang hilang enggak, di kamar Kak Yoshi?" Tanya Jeongwoo.


"Mana gue tau!" Protes Jaehyuk, kesal.


Jeongwoo terkekeh, sambil masih memasang air muka panik. "Yakin, lo enggak tau?" Tanyanya, meledek.


Jaehyuk mencebikkan bibirnya, memasang wajah tidak selo. "Ya enggak tau, lah!" Katanya lagi.


"Oh, ya? Junghwan bilang, lo enggak ada di kamar, semalam. Yakin, enggak tau?"



















***
Wayo bagus banget, seperti biasa, Yedam memang selalu membanggakan!

04th floor . treasure [✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang