07

24K 5.9K 2.1K
                                    


















04th floor
















Semua orang di sekitar kuburan itu menggunakan baju berwarna hitam. Beberapa menangis sesenggukan. Beberapa menonton dengan tatapan iba. Beberapa sisanya, hanya menatap kosong ke arah liang lahat itu.


Tidak. Tidak ada yang bahagia di sini. Pembunuhnya bahkan ikut menyemangati orang-orang yang sedang berduka.


Junkyu adalah penghuni apartemen trejo yang paling menangisi kematian Mashiho. Sementara, Asahi hanya menanggapinya dengan lempeng tanpa ekspresi.


Sementara itu, Yedam nampak berpikir keras, bertanya-tanya apa saja arti dari huruf J yang ditulis oleh Mashiho itu.


Inisial nama? Kalau benar begitu, maka Yedam harus memerhatikan Junkyu, Junghwan, Jaehyuk, Jihoon, dan Jeongwoo.


Tapi, bagaimana kalau pembunuh aslinya ingin orang-orang berpikir seperti itu?


Ditambah, pensil Doyoung berada di sana. Doyoung sama sekali tidak memiliki unsur J pada identitasnya. Jadi, bisa jadi, kan, Doyoung merekayasa semua itu agar tidak ada yang mencurigainya?


Yedam mengacak rambutnya, frustasi. Sekarang, yang menurutnya paling tidak mencurigakan hanya dirinya, Hyunsuk, Haruto, dan Asahi.


"Hoi, mabok, lo?" Tanya Doyoung, menyadari ekspresi Yedam yang kaku itu.


Yedam yang baru sadar dari lamunannya, lalu menatap teman-temannya itu. "Kita perlu bicara." Katanya, tegas.




























































































"Ada apaan, Dam?" Jaehyuk bertanya, sambil mencondongkan tubuhnya ke depan.


Yedam menarik napas panjang. "Ada kertas, tulisannya J, di TKP. Mashiho yang nulis. Atau mungkin, pembunuh aslinya mau kita mikir begitu." Yedam menatap Doyoung. Yang ditatap hanya meneguk ludahnya, cemas.

"Jadi, menurut gue, pembunuhnya antara Kak Jihoon, Kak Junkyu, Kak Jaehyuk, Jeongwoo, sama Junghwan." Lanjutnya.


Jihoon mengepalkan tangannya, marah. Junkyu mencebikkan bibirnya. Jaehyuk menghela napas. Jeongwoo memutar bola matanya. Sementara, Junghwan melontarkan sebuah pertanyaan.


"Kak Yedam terang-terangan ngomong gitu?" Junghwan bertanya.


Yedam mengangguk. "Kenapa, emangnya?"


Junghwan menyeringai. "Awas mati." Katanya, terang-terangan. Yedam bergidik ngeri.


"Bukan gue. Habis nonton drama di kamar Cio, gue ke kamar Asahi." Alibi Jaehyuk, lalu menatap Asahi. "Iya kan, Asahi?" Tanya Jaehyuk. Asahi mengangguk.


"Gue juga enggak salah. Ngapain gue bunuh-bunuhin orang? Apalagi Yoshi, waktu itu. Mending gue suruh mereka bantu gue ngerjain pr." Jawab Jihoon, santai.


"By the way, Kak Junkyu enggak salah." Potong Doyoung. Junkyu, diikuti yang lainnya, menatap Doyoung penuh tanya.


"Buktinya apa?" Yedam bertanya.


"Dari kemarin, dia bareng gue terus!" Kata Doyoung.


"Oh, ya? Ke mana?" Yedam bertanya sekali lagi, membuat Doyoung mengepalkan tangannya.


How smart.


Doyoung mengangkat tangannya. "Bukannya terlalu gampang kalo inisial? Kepikiran enggak, bisa aja, kan, J stands for J line?"


Yedam berpikir sebentar. Kalau Doyoung benar, berarti Doyoung bukan pelakunya. Secara logika, mana ada, sih, maling yang mau membocorkan identitas temannya?


Yedam tersenyum miring. Ia bisa mempercayai Doyoung, kalau begini ceritanya.


Sekarang, yang tidak memiliki unsur huruf J hanya dirinya, Hyunsuk, dan Doyoung. Dan Yedam berniat untuk mengajak kedua tetangganya itu untuk bekerjasama.


Tanpa mereka sadari, J mengepalkan tangannya.


















***
Aku hiatus sampai tanggal 11 Juli. Setelah hiatus aku bakal update langsung 5 chapter atau lebih.

04th floor . treasure [✓]Where stories live. Discover now