16

21.6K 5.4K 2.6K
                                    



















04th floor

















Yedam menghela napas begitu mendengar suara ketukan pada pintu kamarnya. Padahal kan Yedam sedang belajar untuk ulangan Minggu depan? Masih ada saja yang memilih untuk mengganggunya alih-alih belajar. Yedam jadi tidak habis pikir.


"Roti!" seseorang memanggil Yedam dari luar. Yedam tahu betul pemilik suara itu─siapa lagi kalau bukan Kim Doyoung?


Namun Yedam memilih untuk mengabaikan. Selama ini ia selalu tidak suka kalau waktu belajarnya diganggu. Bukannya Doyoung lebih baik belajar daripada mengganggu Yedam?


Terlebih lagi, Hyunsuk juga sudah pergi─dengan cara yang kurang mengenakkan. Kalau begini, bagaimana bisa Yedam belajar dengan tenang?


"ROTI ROTI ROTI!!!" Doyoung kembali memanggil Yedam, namun dengan suara yang tiga kali lebih keras.


Setelah mengumpat dengan berbagai sumpah serapah, Yedam akhirnya bangkit. "Iya mas!" katanya, sambil membuka pintu kamarnya kencang-kencang─nyaris membantingnya.


"Damie, gak takut tidur sekamar sama Haruto?" tanya Doyoung, sambil bersandar pada pintu kamar Yedam, tersenyum pada pemilik kamar itu.


Yedam menghela napasnya. "By, gue setahun lebih tua daripada lo."


Doyoung manggut-manggut paham, lalu kembali menatap Yedam. "Ya─tapi kan, lo suka dipanggil gitu─back to the point, lo enggak takut tidur sekamar sama Haruto, kak?" tanya Doyoung, menekan kata 'kak'.


"Kenapa harus takut?" Yedam mengendikkan bahunya.


"Kak, kita enggak tau Jeongwoo beneran lagi ada di Kanada atau enggak. Beside, gue punya topik yang harus diomongin berdua doang sama lo─karena gue enggak percaya sama yang lainnya. Gue percaya sama lo doang, Damie."


Yedam sempat tersipu, tapi mengucapkan kata-kata manis itu sudah menjadi salah satu kebiasaan Kim Doyoung. Jadi, dia hanya memandangi Doyoung dengan tatapan datar meskipun kata-kata Doyoung tadi masih terngiang-ngiang dengan jelas di telinganya. "Doy, Jeongwoo pasti aman-aman aja. Kalo dia udah kenapa-napa, Pak Daniel pasti udah ngabarin. Terus kalo soal 'ngomongin sesuatu', langsung aja ngomong sekarang. Toh enggak ada yang denger." tolaknya.


Doyoung menggeleng. "Lo enggak sadar? Dari tadi Haruto liatin kita terus, lho?" kata Doyoung.


Yedam mengernyitkan dahinya, lalu mengedarkan pandangan ke sekeliling. "Mana? Enggak ada, tuh." jawabnya.


Doyoung menunjuk ke kolong tempat tidur. "Terus, itu tangan siapa dong?"


Yedam menoleh ke belakang. Terlihat sebuah tangan berusaha bersembunyi dari Yedam dan Doyoung. Yedam tahu betul pemilik tangan itu─Watanabe Haruto. Pikiran Yedam berubah seketika. Perlahan ia mengangguk, setuju dengan ide Doyoung tadi.





























































































"Kak Asahi kok enggak ada?" tanya Yedam, begitu dirinya sudah berada di kamar Doyoung malam itu.


"Kak Asahi nginep di kamar Kak Jaehyuk sama Junghwan. Tau, uwu banget kan mereka?" tanya Doyoung balik.


Yedam mengangguk setuju, lalu beralih menatap Doyoung. "Jadi, lo mau ngomong apa?"


"Gini, kita kan sempet mikir korbannya itu J. Korban pertama kak Yoshi. Korban kedua kak Mashiho. Ternyata korban keempat kak Hyunsuk─dan dia enggak ada J nya." jawab Doyoung.


"Ya, terus?"


"Berarti J bukan korbannya, justru pelakunya..." kata Doyoung lagi.


Yedam menghela napas. "Itu mah gue udah ta─"


🎶 Sssssh, Treasure 🎶
🎶 Oh oh oh oh na na na na na now 🎶


Ponsel Yedam berdering. Pemiliknya sempat bertatapan dengan Doyoung sejenak, sebelum akhirnya memutuskan untuk memeriksa ponselnya.


Private number
Is calling...


Dengan ragu, Yedam mengangkat panggilan itu. "Halo?"


Terdengar suara tangisan seorang perempuan di sebelah sana.


Ue, ue, ue─ngga gitu.


"Huhu, huhuhu..."


Yedam mengernyit bingung. "Kayaknya kamu salah sambung. Saya matikan y─"


"Yedam, huhuhu..." peneleponnya memanggil nama Yedam, membuat laki-laki itu membulatkan mata.


"Eh, iya? Siapa? Kok tau nama saya? Ada apaan?" tanya Yedam, bertubi-tubi.


"Jeongwoo... anak saya... meninggal, Dam! Meninggal!!!" sahut peneleponnya. Doyoung yang juga mendengar, lantas membulatkan matanya.


Yedam yang merasa sudah tahu peneleponnya, lalu menyalakan loud speaker. Barangkali nyonya Park memiliki clue yang bisa digunakan oleh Yedam dan Doyoung. "Eh? Tante Park? Di mana Jeongwoo meninggal? Kenapa no tante pakai private number?" tanya Yedam lagi.


"Anak saya meninggal... GARA GARA KAMU, DAM!! GARA GARA KAMU!! MATI KAMU!!" suara di seberang meninggi. Yedam ketakutan. Ia tidak memiliki pilihan apa-apa selain menekan tombol yang memutuskan panggilan itu.


Doyoung menatap Yedam dengan tatapan penuh tanya, antara percaya dan tidak percaya dengan penelepon itu. Yedam juga nampak panik, ia yang masih terkejut, berusaha mengontrol napasnya.


Namun, Yedam mendengar suara lain.


Tut... tut... tut...


Bunyi pertanda orang di seberang sudah memutuskan panggilan terdengar. Dan bunyi itu terdengar dari depan kamar Doyoung, disusul oleh suara langkah kaki menjauh setelahnya.


Yedam tahu betul─seseorang ingin orang-orang berpikir kalau Yedam pelakunya. Padahal, Yedam sendiri tidak tahu kabar Jeongwoo sekarang.


Yedam juga tahu─ini semua karena dendam.



















Double up nih! Jangan lupa streaming MV Boy ya! 💗

Oops! Ang larawang ito ay hindi sumusunod sa aming mga alituntunin sa nilalaman. Upang magpatuloy sa pag-publish, subukan itong alisin o mag-upload ng bago.

Double up nih! Jangan lupa streaming MV Boy ya! 💗

04th floor . treasure [✓]Tahanan ng mga kuwento. Tumuklas ngayon