22

20.3K 5.3K 1.5K
                                    



















04th floor

















Saat itu pukul dua malam. Biasanya Jaehyuk tertidur jam segitu. Tapi kali ini tidak─ia malah sedang bersiap-siap untuk mengendap-endap ke kamar Doyoung bersama Haruto. Kalau Junghwan? Tentu saja laki-laki itu sedang tertidur.


Haruto berjalan di depan. Laki-laki itu lebih berani dengan hal-hal seperti ini dibandingkan Jaehyuk. Yang Haruto takutkan, ya hantu. Jaehyuk sih kebalikannya, dia lebih takut dengan pembunuh daripada hantu.


Haruto dan Jaehyuk berjalan mengendap-endap. Haruto mengintip lewat lubang kunci, sementara Jaehyuk menempelkan telinganya pada pintu, berusaha menguping.


Haruto hanya melihat meja belajar Doyoung di balik lubang kunci itu. Ranjang Asahi maupun ranjang Doyoung tidak terlihat sedikitpun. Haruto menghela napas kesal, lalu memandang Jaehyuk penuh harap.


Setelah menguping beberapa detik, Jaehyuk menoleh pada Haruto dan akhirnya menggeleng. "Enggak kedengaran apa-apa."


"Lanjut aja ya? Gue udah bela-belain bangun malem malem buat ke sini. Masa berhenti di sini?" tanya Haruto. Lebih tepatnya, memaksa.


Jaehyuk mengernyit bingung. "Bukannya lo bangun tiap malem?" tanyanya sambil memandang Haruto penuh tanya.


Haruto menggeleng panik. "Enggak. Nyimpulin dari mana lo?" tanyanya balik.


Jaehyuk menggeleng pelan sambil tersenyum kecil. "Enggak." katanya, lalu berjalan ke belakang Haruto, berusaha menghindari arah percakapan itu.


Dengan hati-hati, Haruto membuka pintu kamar yang rupanya tidak dikunci itu. Ia menyembulkan kepalanya dari balik pintu, menoleh kesana-kemari, memastikan ketidakberadaan Kim Doyoung dan Hamada Asahi si dalam kamar Doyoung itu.


Setelah memastikan kalau kamar 403 kosong, Haruto langsung menatap Jaehyuk dan mengangguk, memberi tahu pemuda Yoon itu kalau kamar di depan mereka itu, aman.


Jaehyuk hanya mengangguk paham, sebelum ia berjalan mendahului Haruto masuk ke dalam kamar Doyoung.


"Eh iya, kita nyari apaan sih?" tanya Jaehyuk, sambil mengangkat salah satu buku yang berada di atas meja belajar Doyoung.


Haruto mengendikkan bahunya. "Apa aja. Handphone Doyoung mungkin?" tanyanya, sambil mengalihkan pandangan ke laci kamar Doyoung.


Jaehyuk mengernyit heran. Ia lalu melangkahkan kakinya menuju kulkas, diikuti oleh Haruto di belakangnya.


Di depan kulkas, Jaehyuk lagi-lagi mengernyit. Ia menoleh ke kanan dan ke kiri, memastikan hanya Haruto yang melihatnya. Setelahnya ia membuka kulkas itu dan tersenyum lebar begitu melihat sebungkus keripik keju di dalamnya. Dengan gesit, Jaehyuk mengambil bungkusan itu, membukanya, dan melahap isinya. Terdengar suara kriuk besar menggema dalam kamar Doyoung.


Haruto langsung menatap Jaehyuk dengan penuh tanya. Jaehyuk tertawa kecil, "Rasanya enak. Lagian mereka gak bakal nyadar kok kalo cuma segini yang ilang." katanya, sambil memamerkan bungkus keripik itu pada Haruto.


"Sempet sempetnya..." Haruto memutar bola mata. Jaehyuk hanya terkekeh kecil melihatnya.


Selanjutnya, Haruto berjalan menuju nakas Doyoung, lalu membuka benda itu. Mencari ponsel Doyoung di dalamnya. Ia membulatkan mata begitu tangannya berhasil menangkap sebuah benda hitam berbentuk persegi.


Jaehyuk memandang Haruto penuh tanya. "Kenapa? Dapet?"


Haruto mengangguk cepat, mengeluarkan ponsel Doyoung dari nakas. Jaehyuk maju beberapa langkah, berusaha mengintip isi ponsel Doyoung. Haruto lalu membuka ponsel yang rupanya tidak bersandi itu.


Haruto memeriksa aplikasi chat di ponsel Doyoung. Roomchatnya kosong─Doyoung jelas sudah menghapus chat dengan orang-orang yang mengiriminya pesan. Hanya ada grup keluarga, juga chat Doyoung dengan sebuah nomor yang tidak disimpannya.


Namun pesan itu belum dibaca oleh pemilik ponselnya.


Unknown number

|Gue tau lo baca
|Jangan pura-pura gak tau apa-apa
|Lo pikir gue bego?
|Dendam dendam tai anjing
|Kejadian itu udah lama, baperan amat?
|RFV HU
|Tunggu aja sebentar lagi.
01.49
Read


Jaehyuk mengernyit kaget. Sementara, Haruto membulatkan mata begitu ia mendengar suara langkah kaki uang semakin lama semakin terdengar. Dengan panik, ia mengotak-atik ponsel Doyoung sebentar, lalu melemparnya asal dan menarik Jaehyuk masuk ke dalam lemari.


Kriet...


Pintu kamar Doyoung terbuka. Seseorang melangkah masuk, melangkahkan kakinya pada ranjang Doyoung.


Itu sang pemilik kamar. Kim Doyoung. Dia terlihat tersenyum miring sejenak begitu menemukan ponselnya, sebelum akhirnya ia memilih untuk pergi ke dapur. Mengambil sebuah pisau dan mengasahnya. "Betah banget ngumpet di dalem lemari?" tanya Doyoung.


Jaehyuk membulatkan mata, menatap Haruto meminta penjelasan. Yang ditatap hanya meletakkan jarinya di bibir, mengisyaratkan Jaehyuk untuk diam.


Doyoung tersenyum miring, mengayunkan pisaunya asal dengan jarinya. "Ini kalo dilempar sakit loh." katanya. Jaehyuk dan Haruto hanya diam mencoba untuk tidak bersuara di dalam lemari Doyoung.


Tanpa aba-aba, Doyoung melempar pisaunya pada pintu lemarinya, nyaris saja mengenai Jaehyuk. Laki-laki yang biasanya memakai headband itu lalu maju beberapa langkah, mencabut pisau itu dengan mudah. Ia lantas berbisik, "Kalo begini lagi, gue enggak bakal ngasih toleransi lho."


Setelahnya, Doyoung berjalan ke luar kamarnya, meninggalkan Jaehyuk dan Haruto yang masih mematung waspada.



















Gampang banget ya, cluenya? :(

04th floor . treasure [✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang