23

19.7K 5.2K 1.6K
                                    



















04th floor

















Pagi itu, Jaehyuk sedang tertidur pulas sambil memimpikan Asahi (cie). Tadinya Jaehyuk pikir pagi ini hanyalah pagi-pagi biasa di mana ia akan dibangunkan oleh Asahi karena mereka bersekolah di sekolah yang sama, namun tidak. Ia malah dibangunkan oleh sebuah tangan yang menarik kakinya.


Jaehyuk mendengus kesal. Awalnya dia berpikir kalau orang yang menarik kakinya itu Junghwan, jadi ia malah marah-marah. "Diem, Junghwan..."


Kakinya lagi-lagi ditarik. Kali ini Jaehyuk mendengus lagi, namun lebih kencang. Ia membalas dengan suara kencang, "diem! Sekarang kan hari Minggu!" katanya.


Tangan itu berhenti beberapa detik, sampai akhirnya kembali menarik kaki Jaehyuk sampai laki-laki itu hampir terjatuh dari kasurnya. Jaehyuk mengerjap kaget, lalu langsung membulatkan matanya begitu ia melihat Junghwan yang berbaring lemas tidak sadarkan diri di seberangnya.


Dengan sebuah pisau yang menancap pada perutnya. Pisau itu cukup familiar bagi Jaehyuk─namun Jaehyuk tahu bukan waktunya untuk mengidentifikasi pisau itu.


Masih dengan jantung yang berdetak begitu cepat, Jaehyuk meraih ponselnya yang berada di atas nakas. Menelepon Daniel dengan panik.





























































































"Pisau? Serius?" tanya Asahi, sambil mengernyitkan dahinya.


Jaehyuk mengangguk cepat. "Gue sampe lemes sendiri kalo nginget." katanya, sambil bergidik ngeri.


"Gue mau pindah aja ah. Apartemen trejo udah serem. Ini sih fix serial killer. Gue enggak percaya salah satu dari kita tega bunuh-bunuhin orang kayak begini." kata Asahi dengan tatapan lesu.


Jaehyuk mengernyit. "Pindah ke mana?"


Asahi menoleh pada Jaehyuk, "apartemen Treasure." jawabnya. Jaehyuk manggut-manggut paham.


Sedetik setelahnya, Jaehyuk kembali mengernyit. "Berarti lo ninggalin gue dong? Ih tega!" katanya sambil mempoutkan bibir kesal. Asahi hanya tersenyum miring sebagai jawabannya.


"Kak Sahi mau pindah?" tanya Yedam yang ternyata sedari tadi berada di belakang Jaehyuk dan Asahi, membuat Asahi dan Jaehyuk terperanjat kaget.


"Ngagetin aja Dam!" kata Jaehyuk, masih berusaha mengontrol napasnya. Yedam tersenyum canggung.


Asahi mengangguk menjawab Yedam. "Iya. Kenapa? Jangan ikutin." katanya judes. Yedam tersenyum tipis.


"Kim Junkyu?" Daniel berjalan keluar dari lift sambil membawa sebuah pisau. Itu pisau yang Jaehyuk temukan tadi pagi, Jaehyuk tahu jelas.


"Yaa?" Junkyu yang sedang memainkan ponselnya, menoleh pada Daniel sambil mengangkat sebelah tangannya.


"Ini punya kamu." kata Daniel, memberi tahu Junkyu sambil menyodorkan pisau itu.


Junkyu membulatkan matanya. Dengan cepat ia menghampiri Daniel, hampir saja merebut benda tajam itu kalau saja Daniel tidak menangkis tangannya. Daniel memandang lurus hazel Junkyu dengan sorot mata tajam. Junkyu menelan ludah, lalu menjawab, "itu... punya nenek saya. Warisan dari dia. Hadiah terakhir yang dia kasih ke saya, sebelum dia pergi." jelasnya.


Daniel mengangguk paham, lalu beralih memanggil nama lain. "Kim Doyoung,"


Doyoung menoleh, lalu mengernyit. "Ya?"


"Sidik jari kamu ada di sini." ucap Daniel, membuat seluruh pasang mata tertuju pada Kim Doyoung, menatapnya meminta penjelasan.


Kecuali dia. Laki-laki licik yang sedang menyeringai puas sambil menatap Doyoung. Ya ampun─hampir saja ia tertawa terbahak-bahak saking puasnya.


















04th floor . treasure [✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang