08

23.5K 5.7K 1.5K
                                    


















04th floor
















Hari ini, Daniel tidak bisa menyelidiki kasus apartemen trejo bersama Seungwoo. Rekannya itu memilih untuk mengganti pekerjaan karena telah mendapatkan tawaran dari sebuah perusahaan dengan gaji yang terbilang besar.

Jadi, mulai hari ini, Daniel bekerja dengan rekannya yang lain, yang kemarin baru saja naik pangkat, menggantikan posisi Seungwoo. Nama rekannya itu, Ong Seongwoo.

Seongwoo dan Daniel lumayan akrab di luar kantor. Saat tidak banyak orang di sekitar, tidak jarang mereka berlaku santai.

Seperti saat ini, di mana keduanya tengah berada di ruangan CCTV, sambil memerhatikan layarnya lamat-lamat, mencari petunjuk.

"Mpus, kamar 404 tuh, Mpus. Ada yang masuk." Seongwoo memberi tahu Daniel, sambil menunjuk salah satu layar yang sedang mereka perhatikan itu.

Namun, Daniel sepertinya malah lebih fokus dengan panggilan Seongwoo kepadanya. Ia lalu menatap Seongwoo kesal. "Mpus, Mpus! Emangnya gue kucing?" Tanyanya, sambil menoyor kepala teman sekaligus rekannya itu.

"Emangnya bukan? Duh, maaf nih, gue enggak bisa bedain saking deketnya lo sama mereka, mana rumah lo udah kayak peternakan kucing..." Tutur Seongwoo panjang lebar.

Daniel menatap Seongwoo, tajam. "Diem, kita lagi kerja." Katanya, setelah mencebikkan bibirnya kesal.

Seongwoo terkekeh. "Si Jihyo gimana? Masih sama dia, dia, lo?" Tanya Seongwoo, penasaran.

Daniel tersenyum membayangkan wajah Jihyo, lalu mengangguk. "Masih. Udah tunangan juga. Tunangannya bulan lalu, jadi kan ceritanya Jihyo ulang tahun, terus gue ajak jalan, habis itu-" belum selesai Daniel bercerita, ocehannya terputus oleh sebuah jitakan yang meluncur kepada kepalanya.

"Tadi katanya lagi kerja! Pilih kasih lo, dasar kucing!" Kata Seongwoo, sambil kembali menatap komputer di depannya.

Daniel terkekeh pelan. "Jadi, ada orang masuk ke kamar 404. Terus?"

Seongwoo menunjuk rekaman di layar. "Ada dua orang, yang satu tinggi, yang satu berat badannya rata-rata." Jawabnya.

"Tapi, Da, yang dibunuh kan, di kamar 406. Masa pembunuhnya ke kamar 404?" Tanya Daniel.

"Da apaan?" Tanya Seongwoo, salah fokus dengan panggilan yang diberikan Daniel kepadanya itu.

"Kuda." Jawab Daniel, santai.

Seongwoo menatap Daniel, kesal. "Gue yang gantengnya melebihi Roy Kiyowo gini lo bilang kuda?" Tanyanya, tidak terima.

Sementara kedua orang itu sedang bercengkrama, mereka tidak sadar, kalau sedari tadi, seseorang sibuk mendengarkan dari balik pintu.

Park Jihoon.




























































































"Eh, eh, tau enggak sih~" Jihoon memanggil Jeongwoo yang sedang sibuk memainkan ponselnya itu, membuat Jeongwoo menolehkan kepalanya.

"Paan?" Tanya Jeongwoo, beralih menatap Jihoon. Laki-laki itu menyimpan ponselnya di saku, lalu menatap Jihoon, penuh tanya.

"Tadi, gue dengerin Pak Daniel sama Pak Seongwoo lagi ngobrol di ruang CCTV..." Jawab Jihoon.

"Terus?" Jeongwoo yang mulai tertarik dengan topik pembicaraan mereka, mulai bergeser mendekat ke ranjang Jihoon yang berada di seberang ranjangnya itu.

"Katanya, ada dua orang masuk ke kamar kita malem-malem..." Sambung Jihoon.

Jeongwoo mengernyitkan dahinya. "Lah, kita, dong? Kita kan berdua-" Jeongwoo hendak meneruskan, namun Jihoon memotongnya lebih dulu.

"Bukan! Di CCTV nya udah malem banget!" Sergahnya.

Jeongwoo membulatkan mulutnya. "Serem juga, ya." Katanya, berpendapat.

"Serem gimana? Fans gue itu! Gue kan pemes, jadi dia enggak berani ngomong langsung!" Kata Jihoon, mengada-ngada.

Jeongwoo menggelengkan kepalanya heran. "Liat kondisi, eiy!" Katanya, sambil menoyor kepala Jihoon.

Jihoon terkekeh kecil. Namun, kekehan itu langsung pudar begitu ia melihat sebuah badan yang berdiri membelakangi pintu kamarnya.

Jeongwoo yang sadar dengan tatapan Jihoon, lekas menoleh. "Haruto? Ngapain di situ? Sini masuk!" Katanya, malah memanggil.

Haruto mengangguk canggung, lalu masuk ke kamar Jihoon. Jihoon menatapnya tajam.

"Haruto, lo tau enggak sih~" katanya, meniru Jihoon. Pandangannya teralih kepada teman sekamarnya yang lebih tua beberapa tahun darinya itu. Jihoon terlihat sedang menggeleng-gelengkan kepalanya, meminta Jeongwoo untuk tidak memberitahu Haruto.

Namun, Jeongwoo adalah Jeongwoo. Nyatanya, ia lebih memilih mengalihkan pandangannya kembali pada Haruto, lalu menyahut. "Kan ternyata ada orang mampir ke kamar gue pas Kak Mashiho dibunuh..." Kata Jeongwoo, memberitahu. Jihoon yang berada di seberang, lantas menepuk dahinya.

Haruto mengangguk paham. "Itu sih bukan killernya." Katanya, berpendapat.

"Iya kan." Timpal Jeongwoo, setuju.

Jihoon yang baru saja menyadari sesuatu, lantas mengernyitkan dahinya.

Serius, lain kali, Jihoon tidak mau bercerita kepada Jeongwoo lagi.

















***
3 dulu ya :'

04th floor . treasure [✓]Where stories live. Discover now