04

27.7K 6.4K 3.2K
                                    


















04th floor

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

04th floor















Daniel dan Seungwoo sudah pergi beberapa menit lalu. Kesebelas manusia tampan butiran berlian yang tersisa kini berkumpul di kamar 403, kamar Asahi dan Doyoung.


"Jadi, di lantai empat, ada maling?" Tanya Jaehyuk, memulai percakapan.


Asahi menggeleng. "Enggak ada barang yang hilang, Jae." Katanya.


Jaehyuk manggut-manggut paham.


"Kak Yoshi itu kan, baik. Masa sih, punya masalah?" Tanya Junghwan.


"Orangnya ngiri kali. Kak Yoshi, kan, pintar dan tampan!" Timpal Haruto. Junghwan mengangguk setuju.


"... Ya meskipun gue tetap yang paling ganteng, sih..." Lanjut Haruto, membanggakan diri.


"Bodo amat!" Timpal Jeongwoo yang duduk di sampingnya. Haruto terkekeh.


"Kalo emang gitu, gue mau nyahut ke dia, kayak begini," Hyunsuk yang mendengar Haruto, menarik napasnya.


"IRI BILANG BOSSS!!!" Hyunsuk melanjutkan. Sembilan orang di sana tertawa, sementara, satunya lagi merengut kesal.


"Kak Jihoon, kenapa cemberut gitu?" Tanya Mashiho, menyadari ekspresi Jihoon yang seperti memberi tahu kalau dirinya tidak suka.


"Enggak, apaan!" Tolak Jihoon, kesal.


Sementara, Jaehyuk yang melihat itu, membisiki Junkyu. "Kak, Kak Jihoon bukannya enggak suka Kak Yoshi, ya? Eh, iya enggak, sih?" Tanyanya.


Junkyu mengangguk pelan, lalu menatap Jaehyuk. "By the way, Jae."


Jaehyuk mengangguk pelan, menyimak.


"... Kalo lo udah tau pelakunya, semisal pelakunya emang dari lantai empat, enggak usah dijadiin gosip, ya?"


Jaehyuk membulatkan matanya. "Kenapa?"


Junkyu menyeringai kecil. "Udah gue ingetin, loh, ya." Katanya.


Jaehyuk meneguk ludahnya, takut.


"Kak Junkyu, Jae!" Mashiho bergabung.


Junkyu berdeham. "Hm?"


"Entar jadi nonton drama, kan? Di kamar gue?" Tanyanya.


Junkyu dan Jaehyuk, keduanya mengangguk. "Jadi." Mereka menjawab, dengan serempak.


"Jangan ngomongin drama dulu, deh." Protes Doyoung, kesal.


"Kenapa, sih, emangnya? Kebelet banget tuduh-tuduhan. Buat apaan, sih?" Tanya Yedam yang sedari tadi hanya menyimak sambil berkutat dengan buku tugasnya.


"Ada pembunuh yang yang bebas masuk ke lantai empat, dan lo santuy santuy aja?" Tanya Doyoung.


Yedam mengangkat buku tugasnya, berniat melemparnya. "Santuy dari mana, Ipin?! Gue tuh lagi belajar, bentar lagi ulangan!" Kata Yedam, kesal.


"IPIN, DONG!" Kata Jihoon, lalu tertawa terbahak-bahak.


Jaehyuk menatap Jihoon. "Diem aja, deh, lo juga Upin, kak." Kata Jaehyuk, membela Yedam dan Doyoung.


"Ngikut aja, Jaerjit!" Kata Jihoon.


"Adanya Jarjit, bukan Jaerjit. Jaerjit kan-" Asahi hendak menjawab, tapi Jihoon menyela.


"Susanti diem aja, deh!" Potong Jihoon. Asahi mengernyitkan dahinya heran.


"Malah jadi upin-ipin, sih?" Protes Haruto.


"Daripada tuduh-tuduhan?" Tanya Yedam.


"Lagian, kenapa ngelak terus, sih?" Tanya Doyoung.


"Apa, lo? Bisa jadi ada pintu lain." Elak Hyunsuk, galak.


"Gue udah bertahun-tahun di sini enggak pernah nemu pintu lain, tuh!" Kata Doyoung.


"Kenapa mojok-mojokin terus, sih, kak? Kesannya Kak Doyoung seneng kalo ribut kayak begini..." Kata Junghwan.


"Lagian, kenapa enggak jujur-jujuran aja? Yang bunuh Kak Yoshi udah jelas ada di lantai empat. Waktu itu yang ada di lantai empat ini, kita doang." Jelas Doyoung.


Hening. Semuanya terdiam mendengarkan teori Doyoung. Teori itu cukup masuk akal, namun, menurut beberapa dari mereka, tidak wajar saja bagi pelajar yang berumur sekitar 16-22 tahun, membunuh orang lain.


Beberapa lainnya percaya-percaya saja. Bahkan ada yang sudah melihat secara langsung, bagaimana Yoshi dibunuh.


Beberapa sisanya, tentu sangat percaya. Mereka bahkan membunuh dengan tangan mereka sendiri. Mereka tertawa dalam hati, menyaksikan raut dari wajah-wajah yang kebingungan itu.


"Berarti, salah satu dari kita, pelakunya?" Tanya Junkyu, tidak percaya.


"Yang bikin ngeri itu, kalo ternyata pembunuhnya itu temen sekamar kita sendiri, lho, Kyu!" Kata Hyunsuk.


"Kalo pembunuhnya ternyata udah enggak punya teman sekamar?" Mashiho menyindir.


"Mashiho nyindir gue?" Tanya Junkyu pada Mashiho. Mashiho diam tidak menjawab.


Junkyu mengernyitkan dahinya, heran. "Gue ada salah apa, sama lo?" Tanya Junkyu lagi.


Mashiho memalingkan wajahnya. "Gue enggak bilang itu lo. Tapi, lo ngerasa, ya, kak?" Tanya Mashiho, menyindir.


"Kak Mashiho!" Junghwan mengingatkan.


"Mashiho, jangan nyesel, lho, ngomong gitu." Kata Junkyu, dengan tatapan yang berbeda.


"Ngancem?" Tanya Mashiho, sarkas.


"Jangan begitu, kak! Sumpah, Kak Mashiho kenapa, sih?!" Tanya Haruto, muak.


Junkyu tiba-tiba berdiri. "Gue tuh enggak bisa diginiin!" Katanya, lalu beranjak ke luar.


"Mau ke mana, kak?" Junghwan bertanya.


Junkyu menoleh. "Mau nyuci piring. Dari pada debat sama Mashiho."


Junghwan tiba-tiba bangkit. "Ikut!" Katanya, lalu mengikuti Junkyu pergi ke kamarnya.


Sementara, Jeongwoo menggelengkan kepalanya, heran. "Bego," umpatnya tanpa suara.


Haruto yang berada di sampingnya mengernyitkan dahinya. "Bego bilang bego." Katanya, kesal.


"Minta dihujat banget, To!"

















***
Mari kita layarkan kapal-kapal pertama :')

04th floor . treasure [✓]Where stories live. Discover now