Part 4

1.6K 121 1
                                    

"Innalillahi wainnailaihi rojiun… " Ucapnya bersamaan dengan air mata yang jatuh

Zahra mendengar itu tak kuasa menahan air matanya

"Ga mungkin enggak, ayah bangun ayah jangan tinggalin Zahra ayah hiks… hiks…  ayaaahhhhhhh" Tangis Zahra terasa pilu di pendengaran Agam, di peluk nya Zahra yang sangat terlihat rapuh. 

Agam mencium tangan ayah tangan yang dulu selalu menggenggam tangan nya, tangan yang selalu menepuk bahunya kala ia melakukan kesalahan. Sekarang tangan itu terbujur kaku dan dingin. 

Agam berusaha tegar agar jalan sangat ayah menjadi terang, Allah sangat baik mencabut nyawa ayah saat sedang shalat semoga ayah khusnul khotimah. 

Kematian adalah takdir seluruh makhluk, manusia maupun jin, hewan dan makhluk-makhluk lain, baik lelaki atau perempuan, tua ataupun muda, baik orang sehat ataupun sakit.

كُلُّ نَفْسٍ ذَائِقَةُ الْمَوْتِ

“Tiap-tiap yang berjiwa akan merasakan mati.”

Zahra merunduk mencium kening ayahnya lama. Air Mata yang mulai bercucuran menetes tanpa henti membasahi wajah sang ayah yang kini terbujur kaku dan pucat hanya tunggu ditutup dengan kain kafan. 

Zahra melepas ciuman nya dan tersenyum walau air matanya tak berhenti "ayah yang terbaik" 

Setelah itu kain kafan ditutup bagian wajahnya 

"Ayahhhhh… . "

Teriak Zahra disela-sela tangisnya  siapa pun yang mendengar mampu merasakan rasa kehilangan yang dialami oleh Zahra. 

"Ayah nanti kalo besar Zahra mau seperti ayah" Ungkap Zahra kecil saat bermain dihalaman rumah 

"Oh ya, memangnya Zahra kenapa ingin seperti ayah hmmm? " Tanya fauzi sambil memeluk anaknya yang masih berumur enam tahun itu

"Zahra ingin seperti ayah yang penyabar, baik hati dan ingin menjadi seseorang yang kuat seperti ayahhhhh, ayah yang terbaikkkk"

Disaat ayahnya dishalatkan, mengingatkan Zahra tentang hal kecil dimasa lalu 

"Zahra ayo kita sholat" Ajak fauzi pada anaknya pada dasarnya shalat adalah tiang agama dan ia tak mau anaknya jauh dari shalat

"Ayah kenapa kita harus shalat? "

"Shalat itu penting bagi umat muslim, disaat shalat kita dapat merasakan ketenangan jiwa dan kita bisa dekat dengan Allah Subhanawataala, kalau nanti Zahra sudah besar jangan tinggalkan sholat ya jadikan sholat itu candu bagi Zahra" 

"Iya ayah tapi ayah selalu jadi imam Zahra yah" Fauzi hanya menanggapinya dengan senyum. 

Ayah sudah selesai di sholatkan sekarang para jamaah membawa ayah ke tempat peristirahatan terakhir, tempat peristirahatan yang abadi, dimana rumah yang diagung-agungkan setiap orang makan rumah utama nya tetap pemakaman. 

Agam menatap keranda di depan nya tak menyangka bahwa ia akan mengantarkan ayahnya ke tempat peristirahatan terakhir. Dulu ia yang diantarkan ke sekolah, diantar mengaji bukan hanya diantar tapi ayahnya yang mengajarkan hal kecil yang sangat berharga dalam hidupnya. 

Kini tak ada lagi sosok ayah, tak ada lagi sosok yang menguatkan nya disaat ia terjatuh tak ada lagi sosok bijaksana dalam hidupnya. 

Setelah sepuluh menit perjalanan menuju pemakaman umum, keranda ayahnya dibawa ke Liang yang sudah disiapkan. 

Disini ketegaran Agam diuji kembali ia harus mengumandangkan azan untuk ayah nya 

 اَللهُ اَكْبَرُ،اَللهُ اَكْبَرُ 

Suara Agam terdengar bergetar menahan tangis. Dulu ayahnya yang mengajarkan adzan dan iqomah tapi sekarang ia yang membisikan adzan di telinga ayahnya hantu yang terakhir

Setelah proses pemakaman selesai Zahra masih setia duduk dan mengelus nisan sangat ayah entah sudah berapa kali ia membacakan AlFatihah untuk ayahnya. 

"Ayah… " Zahra membekap mulutnya agar suara tangisnya tak terdengar. 

"Zahra sayang ayah hiks… hiks… terimakasih sudah menjadi yang terbaik untuk Zahra" Zahra tak bisa menahan air matanya lagi. 

"Zahra ayo pulang, biarkan ayah tenang disisi Allah, Zahra tidak lupa kan kalau kita disini hanya sementara jadikan kehidupan sementara ini menjadi ladang pahala kita, semoga ayah khusnul khatimah Zahra"







sebening Cinta azzahraWhere stories live. Discover now