Part 23

1.7K 94 11
                                    

Flashback On

"Mas mau main itu dong" Pinta Zahra sambil menunjuk sebuah permainan mesin jepit boneka

"Hayuk" Ajak Agam sambil menggandeng tangan  Zahra menuju permainan itu

"Tapi mas yang ambilin boneka nya, bisa gak? " Tantang Zahra

"Hayuk siapa takut" Agam mulai memasukan koin dan menjalankan permainan tersebut namun pada percobaan pertama Agam gagal mendapatkan boneka itu, namun semangat Agam tak luntur Agam terus mencoba mendapatkan boneka tersebut hingga pada percobaan kelima Agam mendapatkan boneka kucing yang ukurannya lumayan besar

"Yey dapat, makasih mas" Ucap Zahra dengan ruang sambil memeluk Agam

"Mas hebat kan" Ucap Agam membanggakan dirinya. 

Flashback off

Faiz memperhatikan Zahra yang sedang melamun sambil memperhatikan boneka kucing yang berukuran lumayan besar. 

Zahra tersadar ketika Faiz menyentuh pundaknya. "Kamu kenapa? " Tanya Faiz yang melihat kesedihan di mata Zahra

"Ayah jangan marahi kak Intan dan mas Agam lagi. Zahra udah memaafkan mereka Ayah" Pinta Zahra pada Faiz

Faiz memeluk Zahra dengan erat. Ia tak tahu terbuat dari apa hati anaknya yang bisa Begitu besar memaafkan kesalahan orang lain. 

"Maafkan Ayah atas kesalahan Intan, Ayah telah gagal mendidik kakakmu" Zahra menggelengkan kepala. 

"Ini bukan salah Ayah, Zahra sudah memaafkan kak Intan dan mas Agam"

Wanita yang lemas akibat banyak menangis menatap kagum pada adiknya, Zahra tak memiliki rasa benci terhadap dirinya. Saat ini Intan sangat ingin memeluk adiknya, adik yang ia rindu kan selama ini. Intan berjalan ke arah Faiz dan Zahra, ia ingin meminta maaf atas semua yang telah ia perbuat. 

"Zahra… " Intan memanggil Zahra yang sudah berurai air mata, ia tidak tahan untuk menahan rindu yang selama ini tumbuh di dalam hatinya. 

"Kakak " Ucap Zahra terkejut melihat Intan yang sudah duduk di lantai dan memeluk kakinya. 

"Maafkan kakak ra. Maaf… " Intan tak dapat meneruskan perkataannya, ia tak sanggup harus dipertemukan dengan adiknya, dalam keadaan seperti ini. 

"Kak Intan jangan begini, Zahra udah memaafkan kakak" Ucap Zahra kemudian menarik Intan untuk duduk di sampingnya. 

"Mungkin Zahra sudah memaafkan kamu, tapi ayah belum bisa menerima ini semua Intan. Ayah tau kamu masih mencintai Agam tapi gak seperti ini caranya"

"Ayahh… 

" Pulanglah bersama suami kamu, biar Zahra disini sama ayah dan Bunda " Ucap Faiz sebelum pergi dari kamar Zahra. 

=================

Agam dan Intan memutuskan untuk pulang malam itu juga, setelah berpamitan kepada Zahra dan Vinka, mereka langsung pergi. 

Diperjalanan hanya ada keheningan yang menyelimuti suasana keduanya, Agam yang fokus pada jalanan sesekali melihat Intan yang duduk diam entah memikirkan apa. 

"Gam aku ingin kita bercerai" Ucap Intan memecah keheningan diantaranya. 

"Maksud kamu apa? " Tanya Agam 

"Aku merelakan kamu untuk adikku gam" Jawab Intan dengan tegas

"Kalau kamu mau itu, maaf aku gak bisa nurutin. Kamu anggap aku barang yang bisa kamu berikan pada siapapun? "

"Bukan gitu gam maksud aku, aku akan bicara dengan Ayah yang sebenarnya gam. Aku gak mau kehilangan adik aku lagi" Jelas Intan yang sudah menangis

"Tapi gak gini caranya Intan! Kita bisa bicarakan ini baik-baik. Aku gak bisa jika harus membuka aib kamu Intan, itu hanya akan membuat ayah makin benci sama kamu"

"Terus aku harus apa Agam" tanya Intan yang sudah prustasi. 

Agam hanya diam, selama ini ia tak pernah menyentuh Intan Agam terlalu mencintai Zahra. Namun dirinya juga yang membuat luka untuk Zahra. 

Perih, sakit, hancur, dan terluka semua seakan terpadu menjadi satu, Intan menghapus air matanya yang kini menetes di pipi yang mulai tembam. Sakit rasanya melihat kenyataan yang terjadi pada dirinya. 

Mengapa dunia ini sangat sempit? 

Mengapa harus Zahra yang menjadi adiknya? 

Mengapa harus dirinya yang hamil diluar nikah? 

Batin Intan bermonolog, air mata yang di hapus semakin deras keluar. Wanita itu begitu kecewa dengan dirinya, jika saja ia dapat menjaga dirinya dengan baik mungkin ia tak kan menikah dengan Agam yang menutupi aibnya. 

Dengan kuat Intan memukul-mukul perutnya dengan tangan terkepal dan tangis Intan semakin nyaring, membuat Agam yang baru memasuki kamar terkejut dengan perlakuan Intan. 

Agam berusaha menahan tangan Intan yang tak henti-hentinya memekul perutnya sendiri. 

"Aku benci anak ini, aku benci! " Ucap Intan dengan histeris. 

"Intan berhenti! Kamu jangan gila" Bentak Agam dengan, mencengkram pergelangan tangan Intan. Sudah cukup Agam dengan keadaan Zahra dan keluarganya Jangan dengan Intan dan bayinya. 

Intan tersadar dengan bentakan Agam. Ia terdiam cukup lama dengan tangan yang di cengkram Agam. 

"Kita hadapi ini bersama ya, kamu Jangan seperti ini. Kasihan bayi yang ada di perut kamu Intan" Ucap Agam dengan memeluk Intan. 

Agam berjanji pada dirinya akan membereskan permasalahan ini, namun ia tahu menyelesaikan masalah ini tapi tidak dengan menceraikan salah satu istrinya. 

sebening Cinta azzahraWhere stories live. Discover now