Part 27

2K 104 11
                                    

Setelah sampai di ruang rawat Intan, fikiran Vinka sekarang hanya fokus pada wajah pucat dan selang infus di tangan putri nya. 

Ibu adalah seorang wanita biasa. Dia bisa merasakan amarah, kesedihan, bahagia, terkadang kecewa. Seperti yang dirasakan Vinka saat ini, hatinya sakit melihat anak yang ia kandung sembilan bulan, bertaruh nyawa untuk kehidupan anaknya. Perjuangan nya tak sampai disitu, Vinka harus mengalami kegagalan rumah tangga dengan sang mantan suami.

"Bunda datang sayang, bunda jemput kamu" Lirih Vinka yang terus mengusap-usap kepala Intan

"Maafin bunda yang gak bisa berbuat apa-apa atas keputusan ayah kamu, hiks… hiks" Vinka tak henti-hentinya mengajak Intan berbicara walau tak mendapatkan respon apapun dari Intan yang masing-masing dalam pengaruh obat. 

"Bunda tau kamu gak suka kan tidur dirumah sakit, ini bunda temenin kamu ya. Bunda janji gak bakal ngejauh dari kamu lagi sayang" Ucap Vinka kemudian mengecup sayang dahi sangat putri. 

"Bunda, Zahra ikut jaga kak Intan ya" Ujar Zahra 

"Jangan sayang, kamu harus jaga kesehatan kamu. Kamu pulang aja ya, pak udin masih di parkiran kok" Ucap Vinka halus agar menjaga perasaan Zahra. 

"Yaudah Zahra pamit dulu ya bun" 

"Bunda antar kamu ke parkiran ya nak"

"Zahra sendiri aja ya bun, Zahra bisa kok"

"Yaudah tapi kamu hati-hati ya sayang" Ucap Vinka yang diangguki Zahra

Zahra menyeret langkahnya keluar dari ruang rawat Intan, ia dapat melihat raut wajah rindu pada Vinka yang ditunjukkan pada Intan. 

Saat ingin berbelok di lorong yang menuju jalan keluar dari rumah sakit langkahnya terhenti saat melihat seseorang yang juga sedang melihatnya. 

"Kakak" Sapa Zahra dengan senyum manis dibibirnya. 

"Zahra, kamu ngapain kesini? Kamu sakit? " Tanya Danish. 

"Zahra gak sakit kok kak, tapi kak Intan yang sakit" 

"Sakit apa? " 

"Kak Intan keguguran kak" Lirih Zahra dengan lesu. 

"Kak Danish kenapa disini? "

"Kakak sedang praktikum disini"

" Kita makan ketoprak yuk" Ajak Danish kemudian Zahra berseru bahagia. Mendengar makanan tradisional tersebut, Ia begitu ingin mencicipi ketoprak dengan bumbu kacang yang pedas. 

Danis tertawa kecil melihat ekspresi Zahra yang manis dan begitu menggemaskan di matanya, berbeda dengan Agam yang menggertakkan giginya tidak senang. Bukan begini pemandangan yang ia inginkan, bukan seperti ini caranya melihat Zahra tersenyum tapi dengan laki-laki lain. Tanpa sadar Agam sudah mengepalkan kedua tangannya menahan panas yang ada di hatinya. 

==============

Zahra melambaikan tangannya pada mobil Danish yang bergerak menjauhi Perkarangan rumah Faiz. 

Zahra sangat senang bisa bersama dengan Danish yang selalu lembut dan mampu membuatnya tersenyum, namun merasa tak enak hati jika ia mengingat betapa Siska sangat menyukai Danish. 

Zahra memasuki rumah yang terlihat sepi setelah kejadian tadi sore. 

"Bahagia sekali anak ayah" Ujar Faiz di ujung anak tangga

"Enggak kok yah"

"Siapa sih yang anter pulang? Kok gak dikenalin sama ayah?" 

"Bukan siapa-siapa kok yah, hanya teman" Jelas Zahra disertai dengan senyuman

"Teman apa calon teman hidup? "

"Kenalin ke ayah dong! Siapa tau cocok untuk di jadiin mantu" Ujar Faiz yang mulai gemas dengan Zahra yang tak kunjung menjawab pertanyaannya. 

"Ayahhh… " Ucap Zahra yang sudah terlihat geram dengan ucapan ayahnya

"Iya iya. Ayah gak larang kamu dekat dengan siapapun. Walau ingin menjadikan kamu sebagai istri, ayah gak masalah asal dia bisa nerima kamu dan anak kamu nanti"

"Terimakasih ayah" Ucap Zahra dengan mata yang sudah berkaca-kaca. 

"Kamu anak ayah, jadi gak perlu berterimakasih. Seorang ayah selalu ingin mendapatkan hal yang terbaik untuk anak-anaknya" 

"Kalau gitu, nanti kita jenguk kak Intan ya ayah" Pergerakan Faiz terhenti saat Zahra menyebutkan nama Intan

"Ayah ke atas dulu" Ujar Faiz yang siap untuk pergi dari hadapan Zahra, namun baru selangkah tangan Faiz sudah dicekal. 

"Zahra mohon yah, ayah gak lupa kan apa yang ayah ucapkan tadi? Kak Intan juga butuh ayah" 

"Sudah malam kamu istirahat dulu, besok kita jenguk kak Intan" Ucap Faiz kemudian pergi meninggalkan Zahra yang tengah tersenyum dengan jawaban sangat ayah. 

==============

Suasana didalam ruang perawatan seketika senyap. Hanya suara jarum jam yang mengisi suara di ruangan tersebut. Agam mengira setelah Intan sadar, ia akan kembali histeris. Tapi tidak disangka Intan sekarang kembali tenang walau matanya memancarkan kesedihan yang dapat dibaca oleh siapapun. 

"Sayang, kamu kenapa diem aja? Apa ada yang sakit? " Ujar Vinka

"Ayah kemana bun? " Tanya Intan, perlahan air matanya turun, isak tangis kembali terdengar di telinga Agam. 

"Ayah lagi di luar kota, besok pagi pasti ayah datang kok jenguk kamu" Jelas Vinka berbohong, karena ia tak mungkin mengatakan yang sebenarnya terjadi. Intan terlalu menyayangi Faiz, hatinya pasti akan hancur jika Vinka mengaku jika Faiz tak ingin menjenguk putrinya. 

"Bunda bohong kan?" Lirih Intan dengan air mata yang tak berhenti mengalir. 

"Aku tadi jemput Bunda kerumah, dan benar kok ayah lagi gak dirumah" Ucap Agam menenangkan. 

"Bun telfon ayah ya, sampaikan sama ayah kalau Intan sayang ayah. Intan gak sanggup kalau ayah marah lama-lama dengan Intan"

"Besok aja ya nak, sudah malam pasti ayah udah istirahat" Bujuk Vinka, namun tidak disangka Intan menutup kedua matanya. Dari sudut matanya keluar setitik air mata, bersamaan dengan anggukan pelan sebagai persetujuan Intan. 

====================

Matahari pagi semakin naik ketika Zahra sampai di rumah sakit, yang tentunya bersama Faiz. 

Diperjalanan menuju ruang rawat Intan Zahra sangat begitu semangat untuk segera sampai, berbeda dengan Faiz yang terlihat tidak perduli tapi di hati dan fikiran Faiz memikirkan keadaan anaknya. 

"Ayok ayah, pasti kak Intan senang liat ayah" Ujar Zahra dengan suara yang terdengar manja, sangat berbeda dengan Intan. Jika Intan selalu berkata dengan tegas namun tidak menghilangkan sikap lembutnya namun setelah kejadian ini Faiz merasakan kehilangan Intan. 

"Assalamu'alaikum" Salam Zahra kemudian membuka pintu ruangan dan menghampiri Vinka dan Intan untuk mencium tangan mereka sebagai tanda hormat Zahra pada bibi dan juga saudara nya. 

"Waalaikumsalam, Zahra sama siapa kesini nak? " Tanya Vinka yang terkejut dengan kedatangan Zahra secara tiba-tiba. 

"Zahra sama Ayah bun" Ujar Faiz yang baru saja masuk kedalam ruangan. 

"Ayah… . "Panggil Intan dengan mata yang sudah berkaca-kaca, namun Faiz menghiraukan panggilan Intan, dan memilih untuk duduk kursi sofa yang disediakan rumah sakit. 

Hal tersebut mampu membuat hati Intan sakit melihat pengabaian Ayahnya. Tapi Intan berusaha menepis rasa sakit itu, asal ia dapat melihat sang ayah walau Faiz tak menganggap kehadirannya. 


Maaf baru bisa up.
Diusahain setelah bulan ini akan up setiap hari seperti biasanya.
Ini gak bisa up tiap hari karena banyak tugas kuliah yang menumpuk.
Sekali lagi maaf🙏

sebening Cinta azzahraWhere stories live. Discover now