Part 18

1.3K 80 10
                                    

Kondisi Zahra semakin membaik hari ini ia sudah diperbolehkan pulang oleh dokter Irwan. Dari kemarin Agam yang menunggu Zahra selama dirawat, Agam membereskan barang-barang yang ingin dibawa pulang. 

"Ayo pulang" Ajak Agam

"Aku ingin kita bercerai" Ujar Zahra dengan tiba-tiba membuat Agam diam seketika

"Kamu jangan macem-macem, sekarang kita pulang" Ucap Agam sambil menatap tajam Zahra

Zahra terkejut dengan jawaban Agam terhadap permintaannya, dia pikir Agam akan setuju dengan permintaan nya. Bahkan Zahra berfikir jika Agam akan mencampakkan nya. 

"Aku mohon ceraikan aku" Mohon Zahra yang sudah menangis sesenggukan

"Jangan harap aku bakal menceraikan kamu, sekarang kita pulang" Agam menggenggam tangan  Zahra dan sedikit menyeretnya untuk pulang. 

=====================

Agam dan Zahra sudah sampai di depan rumah nya namun Zahra masih berdiam diri didalam mobil ia tak tahu harus gimana dengan keadaan sekarang ia harus berada di tengah-tengah suami dan madunya. 

"Turun" Perintah Agam dengan nada dingin

"Assalamu'alaikum" Salam Zahra, Intan membukan pintu rumah

"Waalaikumsalam" Jawabnya sinis. 

Agam menarik tangan Intan, ia tahu jika Intan tidak suka dengan Zahra

"Kamu kenapa Intan"

"Kamu yang kenapa? Bukannya kamu udah janji gak bakal deket-deket sama dia, inget gam sekarang aku juga istri kamu" Ujarnya ketus, Agam menggenggam tangan Intan dengan lembut. 

"Iya sayang aku tau" Ucap Agam kemudian mencium puncak kepala Intan, interaksi mereka tak luput dari penglihatan Zahra, hatinya sakit kala suaminya memanggil sayang pada orang lain buka pada dirinya. Kalimat istighfar ia lantunkan dalam hati berharap semoga bisa meredam sakit hatinya. 

"Agam, kamu yakin kan gak suka sama Zahra, kamu menikah sama dia hanya sebagai tanggung jawab untuk ayah angkat kamu? "

"Hanya kamu yang aku cinta Intan" Jawaban Agam sukses membuat hati Zahra semakin sakit, dengan sekuat tenaga Zahra tidak ingin menangis di hadapan mereka. 

"Zahra ke kamar dulu" Ucap Zahra yang membuat Agam terkejut ternyata Zahra mendengar semua yang dibicarakan dirinya dan Intan. Agam menatap kepergian Zahra dengan rasa bersalah. 

===================

Seminggu sudah setelah Zahra mendengar pernyataan Agam yang membuat nya makin sakit.

Zahra semakin hari semakin cuek dengan keadaan rumah, dirinya akan bangun pagi-pagi dan selalu berangkat kampus ketika Agam belum terbangun dan Zahra selalu tidur awal sebelum dirinya bertemu dengan Agam, sungguh hatinya belum siap jika menerima ini semua. 

Tanpa disadari dengan perbuatan Zahra seperti itu membuat pikiran Agam menjadi kacau, pikiran Agam selama ini selalu dipenuhi oleh Zahra, istri pertamanya itu selalu menjaga jarak dengan dirinya. 

Saat ini Zahra sudah berada di kantin kampus  untuk sarapan yang ditemani oleh Wulan. Sudah beberapa hari ini Zahra terlalu sibuk dengan kampus dan tugas organisasi nya, hal itu yang membuat dirinya semakin dekat dengan Danish. 

"Wulan aku ke toilet dulu ya" Wulan tak menjawab hanya saja memberi instruksi jika Wulan meng-iyakan. 

Disisi lain Siska sedang mengawasi pergerakan Zahra, Siska tersenyum kala melihat Zahra pergi menuju toilet yang berada di dekat kantin, Siska memperhatikan sekitar jika tidak ada yang melihat kalau Zahra masuk dalam toilet tersebut. 

Siska pergi menuju toilet dimana Zahra berada, hal ini sudah ia tunggu-tunggu sejak lama, ia ingin memberi pelajaran untuk seseorang yang berani mendekati Danish. 

Tiba ditoilet Siska mengunci pintu dan melihat Zahra sedang mencuci tangannya di wastafel. 

"Kak Siska" 

"Kamu udah terlalu lancang mendekati Danish"

"Cewek seperti lo ini, enaknya diapain ya? "Siska tersenyum Siska sambil melihat penampilan Zahra dari ujung kaki sampai ujung kepala. 

Zahra menundukan kepala sambil meremas ujung jilbabnya, ia tak memiliki keberanian untuk menatap mata Siska yang berdiri dihadapan nya, bahkan untuk menjawab ucapan Siska Zahra tak berani untuk mengeluarkan suara

"Cewek sok alim, ini jilbab lo gak pantes dipake sama orang yang udah ngerebut perhatian laki-laki lain dasar penggoda" Ucapan Siska kemudian menarik jilbab yang digunakan oleh Zahra hingga terlepas

"Kak, Zahra gak menggoda siapapun, Zahra dekat dengan kak Danish hanya sebatas organisasi aja kak" Jawab Zahra dengan lembut berharap agar amarah Siska meredam

Siska semakin marah mendengar Zahra dengan berani menjawab ucapannya, Siska mendekati Zahra dan mencengkram kuat bahu Zahra

"Kak lepasin, sakittt"

"Sakit iya sakit? " Tanya Siska yang menambah cengkramannya pada bahu zahra

"Dasar penggoda" 

"Aku bukan penggoda" Bentak Zahra

"Sialan" Umpat Siska semakin kesal saat Zahra membentak dirinya. 

Plakkkk

Zahra memejamkan matanya saat merasakan panas di pipi kanannya akibat dari tamparan Siska. 

"Akhhh" Zahra terjatuh akibat dari dorongan Siska pada dirinya. Zahra mencengkram perutnya yang terasa kaku dan sakit, Zahra semakin panik saat melihat ada darah di lantai. 

Siska melihat Zahra yang kesakitan memilih pergi sebelum dirinya dipergoki oleh orang-orang. 

Dengan menahan sakit Zahra mencari ponselnya di dalam tas, dan mencoba menghubungi suaminya namun panggilannya ditolak. 

"Aku membutuhkan mu mas"  Lirih Zahra saat kesadarannya semakin menipis. 

sebening Cinta azzahraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang