Part 13

1.1K 83 9
                                    

Pov Intan

Dengan perlahan mataku terbuka menyipitkan nya saat cahaya lampu masuk ke dalam retinanya, dengan perlahan mataku sudah terbuka sepenuhnya menyesuaikan pandang yang buram menjadi jelas. 

"Intan kamu udah sadar"

Aku baru ingat saat aku tadi ingin menyebrangi jalan tiba-tiba saja tubuhku terpelanting jauh dari tempat kejadian tersebut. 

Flashback on

Ku langkahkan kaki ini menuju ruangan Agam, ruangan yang dulu menjadi saksi bisu saat-saat kami merintis karier dari bawah. 

Sudah tiga bulan aku tak pernah kesini ternyata tak ada yang berubah dari dekor kantor ini. 

Sambil mengulas senyum lebar aku semakin semangat melangkah menuju ruangan Agam, aku berharap dengan kedatangan ku ini akan membawa perubahan terhadap hubunganku. Saat membuka pintu ruangan aku dapat melihat Agam sedang berkutat dengan berkas-berkas nya sambil memandangi layar monitor

"Agam"

"Intan"  Aku dapat melihat Agam terkejut dengan kedatanganku yang tiba-tiba

"Kamu ngapain kesini? "

"Aku mau ngomong sama kamu gam"

"Ada apa? " 

"Agam aku gak bisa ninggalin kamu" 

"Tapi aku juga ga bisa tan, sekarang aku sudah menikah"

" Yaudah kalau kamu ga bisa ninggalin istri kamu jadikan aku yang kedua gam, aku ikhlas"

"Maaf aku ga bisa"

"Tolong gam, toh selama ini kita gak pernah ada masalah kan gam, dan aku yakin kita bisa melewati ini bertiga gam. Aku kamu dan istri kamu"

"Maaf aku gak bisa menghianati istriku sendiri" Intan melepaskan pelukannya pada Agam ia tak menyangka jika Agam akan menolak nya.

"Sebaiknya kamu kembali pulang, aku gak mau jika ada yang melihat kita dan akan menjadi fitnah"

"Kamu ngusir aku gam? " Aku tak percaya jika Agam akan berubah secepat ini

"Kamu jahat gam" 

Ku langkah kan kaki ini secepatnya, mengabaikan orang lain yang menatapku heran. Rasa sesak yang semakin terasa di hati, rasa kecewa seakan semakin menambah luka hati ini, yang membuat ku memilih untuk pergi. 

Kata-kata Agam terngiang di telingaku, semua ini sungguh menyakitkan, sakit yang tak berdarah namun apa yang harusku lakukan selain berlari dari tempat ini, tempat yang telah memberikan kenangan yang manis namun memberikan luka yang amat dalam. 

Disaat kerapuhan ku tiba-tiba 

BRAK

Tubuhku terpelanting begitu cepat di aspal jalan sebelum kesadaran ku menghilang aku dapat melihat banyak orang yang memandangku, apakah ini akhir dari semua pengorbanan ku selama ini?

Flashback off

"Maafkan aku" Susah Agam dengan tangan yang masih menggenggam tanganku

"Maaf untuk apa? "

"Untuk semuanya, aku telah membuat kamu begini" 

"Tolong beri aku kesempatan untuk bersama kamu gam" Pintar ku

"Maaf aku gak bisa tan" Penolakan itu bagaikan belati yang menggores hati ini, untuk sekian kali aku ditolak oleh pria yang ku cintai

"Kalau begitu pergi dari sini" Ucapku seraya melepaskan genggaman tangannya, aku tak ingin menangis lagi sudah cukup aku menangis untuk kesekian kalinya. 

"Keluar dari sini ku mohon"

"Intan tolong maafkan aku" Ujarnya, tangannya ingin kembali menggenggam tangan ku namun ku tepis begitu saja

"Baiklah aku akan mencoba untuk bersama kamu kembali"

=================

Dilain tempat Zahra sedang  menunggu kepulangan suaminya, malam sudah larut namun suaminya belum juga pulang. 

Akhir-akhir ini Zahra sering mudah kelelahan, mual dan pusing. Zahra merasakan mual yang amat sangat mengganggu sejak tadi pagi saat ia berusaha memuntahkan sesuatu namun yang keluar hanyalah lendir, dirasa sudah tidak mual lagi Zahra membasuh mulutnya dan mengelap bibir nya dengan tisu. 

Zahra mengingat sesuatu dan dengan segera ia mencoba tes dengan alat tes kehamilan. 

Zahra sedikit terkejut dengan hasil yang tertera di alat tersebut, dengan sangat bahagia ia ingin menyampaikan kabar ini pada suaminya namun jam sudah menunjukkan pukul sepuluh malam Agam tak kunjung pulang. 

"Sabar ya sayang kita tunggu ayah pulang, pasti ayah seneng deh kalau kamu sudah diperut ibu"  Ucapnya. Zahra mengusap perut datarnya ia tak percaya jika sekarang ia sedang mengandung. 

===================

Agama tak menyangka jika Intan muncul kembali kedalam hidupnya, sudah tiga bulan Agam tak bertemu dengan Intan namun pagi ini ia terkejut dengan kedatangan Intan ke kantor nya. 

Intan wanita itu tampil dengan sangat jauh berbeda saat sebelum berpisah dengannya, pipinya yang tirus, lingkar mata yang hitam dan badannya jauh lebih kurus, Intan yang dulu selalu tegar dan tegas dalam mengurus masalah sekarang ia terlihat wanita lemah, rapuh dan tak ada lagi senyum di wajahnya. 

"Kamu makan ya" Demi apapun Agam sudah lelah membujuk Intan untuk makan, ini sudah larut malam namun Intan tak makan apapun sejak siang

"Aku gak mau gam"

"Kamu harus makan biar kamu cepet pulih"

"Aku mau makan tapi kamu janji bakal nikahin aku"

"Kenapa secepat ini tan? Kamu belum sembuh"

"Oke setelah aku sembuh aku mau kamu nikahin aku"

"Aku nikah siri juga gak masalah gam asal kamu sama aku" Ucap Intan dengan lirih 

"Tapi kita sudah memutuskan hal ini tan, aku gak bisa hianati istri aku tan"

"Bukan kita gam tapi kamu. Kamu yang memutuskan hubungan ini dengan sepihak tanpa membicarakan nya sama aku gam" Potong Intan dengan suara keras 

"Kamu gak liat seberapa hancurnya aku saat kamu pergi dari hidup aku gam? "

Agam hanya bisa diam karena yang diucapkan Intan benar adanya

"Kenapa kamu diam? Jawab aku gam jawab" Intan berteriak dan memberikan pukulan pada dada Agam sambil menangis meratapi nasibnya

"Jadi semudah itu kamu ngelepas aku gam? Lima tahun gam lima tahun waktu yang cukup lama bagi kita, apa waktu lima tahun itu ga ada artinya bagi kamu? "

"Kamu sangat berarti bagi aku tan, tolong jangan seperti ini. Hati aku sakit melihat kamu seperti ini tan" Ucap Agam sambil memeluk erat Intan

"Tolong jangan tinggalin aku gam, apa salah aku sama kamu sampai kamu berbuat seperti ini sama aku gam? " Agam tak mampu berkata-kata dirinya terlampau sakit saat melihat wanita yang dulu sangat kuat kini ia sangat terlihat lemah

"Besok setelah kamu keluar dari rumah sakit kita nikah ya"

"Bohong kamu hanya ingin menghibur aku kan" Agam melepas pelukannya dan menatap mata Intan dengan dalam

"Tatap mata aku tan, aku bakal nikahin kamu. Aku gak kuat melihat kamu yang rapuh seperti ini" Intan tersenyum kemudian memeluk Agam dengan erat



sebening Cinta azzahraOnde histórias criam vida. Descubra agora